header image
 

All posts in January, 2015

Download (PPTX, Unknown)

Download (PPTX, Unknown)

Tidak Ada Yang Instan

Suatu pagi, seorang petani berjalan melintasi ladang-nya. Si petani juga melihat tanaman di ladang milik tetangganya yang ternyata telah tumbuh cukup tinggi di-bandingkan dengan tanamannya sendiri. Agar tanamannya menjadi tinggi hingga menyamai atau melebihi tanaman milik tetangganya, si petani itu menarik batang tanamannya ke atas satu demi satu. Lega dan bangga dirasakan oleh petani tersebut melihat hasil karyanya yang dia anggap luar biasa. Tetapi, keesokan harinya semua tanamannya layu dan mati.
Zaman sekarang, banyak orang berusaha keras mencari dan melakukan berbagai cara untuk mencapai hasil yang lebih tinggi atau lebih baik dari yang telah dicapai orang lain. Misalnya, seorang pelajar karena ingin mendapat nilai tertinggi akhirnya menyontek dengan cara yang beraneka ragam; seorang penjual yang ingin mendapatkan keuntungan sebesar mungkin menggunakan cara menipu konsumen; seorang supervisor yang ingin dipromosikan, memfitnah atasannya; seorang yang ingin cepat terkenal akhirnya menyontek karya orang lain secara mentah-mentah, dlsb. Obsesi akan ketenaran, kekayaan, jabatan, dan penghargaan sering kali membuat orang lupa diri, sehingga menjadi serakah dan menghalalkan segala cara demi mencapainya. Sebuah kalimat dari orang bijak berbunyi, “Siapa menabur angin, ia akan menuai badai. Siapa menabur hal yang buruk, ia pun akan menerima hasil buruk berlipat ganda. Jika kita melakukan hal yang baik, akibatnya hal baik yang berlipat ganda pun akan kita dapatkan.”
Saat ini banyak yang menawarkan jalan pintas untuk mendapatkan nilai rupiah yang berlimpah dalam waktu yang sangat singkat. Dalam media internet, saya sering menerima iklan penawaran cara kaya dalam waktu singkat. Mereka menawarkan menjadi jutawan hanya dalam hitungan bulan, bahkan dalam hitungan minggu. Namun kenyataannya, yang sukses dengan cara itu bisa dihitung dengan jari. Dalam sebuah percakapan, seseorang bertanya, “Apakah benar-benar ada jalan pintas untuk mencapai sukses?” Kemudian temannya menjawab dengan balik memberikan dua pertanyaan, “Apa ada anak manusia yang bisa lahir sempurna dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan? Apa ada menara kokoh yang bisa dibangun hanya dalam waktu satu malam? Jawabannya tidak ada! Demikian juga dengan kesuksesan, tidak ada yang instan.”
Seperti petani, yang mempersiapkan lahan subur dan dengan banyak sinar matahari, mempersiapkan bibit unggul, aliran air, pupuk, serta melakukan perawatan secara intensif, barulah bisa menuai hasil yang baik. Demikian juga dengan kita! Artinya, dibutuhkan usaha yang banyak dan usaha yang keras untuk dapat menuai kesuksesan. Kesuksesan tidak akan datang dengan sendirinya kepada kita, namun harus kita sendiri yang berjuang menjemputnya.

Bacaan Alkitab : Pengkhotbah 3:13; Amsal 6:6

Disadur dari Renungan Harian Manna Sorgawi

Download (PPTX, Unknown)

Yesus Adalah Pusat Sukacita Kita

Bersukacitalah senantiasa.Tetaplah berdoa.Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
(1 Tes 5:16-18)

 

Seberapa sering kah kita mengawali hari dengan doa dan ucapan syukur penuh  sukacita ? Apakah pada saat bisnis sedang lancar saja,atau kah pada saat hari kelulusan,atau mungkin pada saat hari ulangtahun ? Banyak dari kita yang mudah sekali untuk mengucap syukur dan bersukacita akan hari-hari bahagia kita,saat semua berjalan mulus tanpa hambatan.Tetapi sangat sedikit yang mengawali hari dengan doa,ucapan syukur  dan penuh sukacita saat kemalangan datang.Kita seringkali malas untuk membuka mata dan beranjak dari tempat tidur,apalagi berdoa untuk hari yang baru dengan ucapan syukur,karena berbagai-bagai hal dan pergumulan.Bisnis yang sepi,nilai-nilai yang anjlok,dalam keadaan sakit,dan sebagainya.

Saat ini saya mengajak kita semua agar dapat merenungkan bagaimana penyertaan Tuhan begitu ajaib dalam kehidupan kita semua.Ia menjaga kita sepanjang malam dalam tidur kita,sehingga saat bangun dan masih bisa bernafas,melihat matahari pagi,dan terutama kesempatan hidup sekali lagi,ituah yang terpenting bagi kita.Bayangkanlah,jika saat tidur bencana datang,atau mungkin kematian.Jika kita bisa hidup sehari lagi,itu adalah anugerah yang besar.Jangan sia-sia kan itu.Lakukan lah yang terbaik sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan Yesus Sang pemberi hidup.

Biasakanlah untuk bergaul intim dengan-Nya.Saat membuka mata kita setiap bangun pagi,naikkanlah doa,dalam keadaaan apa pun kita saaat ini,ucap syukurlah selalu dan bersukacitalah.Karena satu hari lagi yang Ia ijinkahn kita lewati adalah masa untuk memperbaiki semua yang salah,mempertahankan semua yang benar,dan membawa jiwa-jiwa baru untuk kemuliaan nama-Nya.Selamat beraktivitas saudara-saudaraku.Jadikan Yesus sebagai pusat sukacita dalam hidup kita,dalam keadaan apapun.Amin.

Oleh Admin Sekretariat

Download (PPTX, Unknown)

*CLICK PADA TANGGAL UNTUK DAPAT MENDOWNLOAD WARTA JEMAAT

 

2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
4 1 1 5 3 7
11 8 8 12 10 14
18 15 15 19 17 21
25 22 22 26 24 28
29 31
Jul Agt Sep Okt Nov Des
5 2 6 4 1 6
12 9 13 11 8 13
19 16 20 18 15 20
26 23 27 25 22 27
30 29

 

Jalan Tuhan Yang Terbaik

Yesaya 55 : 8 “Sebab rancangan-Ku bukan rancanganmu,dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,demikian firman Tuhan.”

Seringkali dalam kehidupan ini,kita semua di hadapkan dengan berbagai kesulitan dan tantangan.Ada yang membawa sukacita karena kita berhasil melewati tantangan tersebut dan memperoleh hasil (misalnya dalam ujian kenaikan kelas,tender proyek,persaingan bisnis,lamaran kerja dan sebagainya).Tetapi ada pula yang membawa dukacita,karena kegagalan.

Setiap kita pastinya akan sangat bersyukur dan memuji kebesaran Tuhan saat sukacita itu datang.Tetapi apakah demikian hal nya jika dukacita dan kegagalan itu datang? Seharusnya juga demikian.Karena Tuhan yang Maha Pengasih itu,tidak pernah sedikit pun meninggalkan kita dalam hal apa pun.Ia selalu punya rencana dan rancangan yang terbaik dalam kehidupan setiap orang yang percaya kepadaNya.Ia sendiri berfirman dalam Yeremia 29 : 11 “Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu,demikianlah firman Tuhan,yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Ia tahu apa yang terbaik dalam hidup dan masa depan kita.Terkadang Ia memakai kesulitan,tantangan bahkan kegagalan sekalipun untuk membuat kehidupan iman kita semakin bertumbuh,bahkan untuk membawa kita kejalan yang sudah dipilihNya untuk kebaikan kita.Yang perlu kita lakukan adalah melakukan segala yang terbaik,berserah kepadaNya sepenuhnya,dan peka terhadap suara dan keinginan Tuhan.

Keberhasilan dan kesuksesan orang lain,belum tentu itu menjadi yang terbaik dalam kehidupan kita.Ia menyiapkan berkat dan keberhasilan lain untuk kita.Karena itu,dalam setiap keadaan,baik kesuksesan maupun kegagalan,hendaklah mulut kita selalu memuji dan mengagungkan nama Tuhan Yesus.Selamat berkarya,Tuhan Yesus menyertai kita semua.

Oleh Admin Sekretariat

 

 

Orang Benar Hidup Karena Percaya

Baca:  2 Korintus 5 : 1-10

“-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-“  2 Korintus 5:7

Alkitab menyatakan bahwa  “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”  (Ibrani 11:1).  Jadi, iman menjadi dasar bagi orang percaya dalam menjalankan hidup kekristenan.  Karena itu kita harus memiliki iman yang hidup  (aktif), karena  “…tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.  Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”  (Ibrani 11:6).

Iman adalah kemampuan Ilahi yang sanggup melihat apa yang tidak sanggup diihat mata jasmani.  Orang Kristen yang beriman percaya dan memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan dan janji-janjiNya meski hal itu belum menjadi kenyataan.  Orang Kristen yang beriman tidak ragu dan bimbang akan segala janji Tuhan, sebaliknya memegang teguh janji itu tanpa mempertanyakannya, terus bersabar dan bertekun menantikan janji Tuhan tersebut, dan menjalani hidup dengan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan hari lepas hari.

Meski menghadapi tantangan dan ujian yang berat Rasul Paulus tidak tawar hati:  “…meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.”  (2 Korintus 4:16).  Paulus yakin benar bahwa penderitaan yang dialaminya itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan kelak  (baca Roma 8 : 18).  Banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan letih lesu, keluh kesah, persungutan, omelan dan sebagainya karena fokusnya hanya tertuju pada besarnya masalah dan situasi yang ada.

Mari kita belajar meneladani Paulus yang senantiasa berjalan dengan iman.  Adalah rugi besar jika kita tidak bersungguh-sungguh beriman kepada Tuhan karena dengan iman, kita mampu melihat betapa dahsyatnya kuasa Tuhan yang tidak bisa kita gambarkan.  Secara jasmani Tuhan tidak kelihatan, tetapi Ia ada, dan kuasaNya tidak berubah, baik kemarin, hari ini dan sampai selamanya.  Pemazmur berkata,  “Orang bebal berkata dalam hatinya:  ‘Tidak ada Allah!'”  (Mazmur 53:2a).  Jadi menurut Alkitab hanya orang bodoh dan gila saja yang berkata bahwa Tuhan itu tidak ada!  Iman tidak saja memampukan seseorang melihat yang tidak kelihatan, tetapi bisa melihat sisi positif dari segala yang buruk sekali pun.

“Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”  2 Korintus 4:18

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup

Kisah Nyata : Iman Ruth dan keluarganya

Setiap tempat memiliki cerita tersendiri tentang perjuangan iman dari misionaris-misionaris ataupun masyarakat awam yang memperjuangkan imannya.

Tidak sedikit dari mereka yang meninggal sebagai martir… mempertahankan keimanan mereka walaupun nyawa menjadi taruhannya.

Sampai hari ini-pun masih terdapat sesama kita di daerah tertentu yang hidupnya tidak jauh berbeda seperti misionaris-misionaris tersebut.

Bersyukurlah kita yang pada saat ini dengan leluasa dapat menyelenggarakan ibadah tanpa sembunyi-sembunyi… lebih terbuka tidak takut mengemukakan dasar keimanan kita akan Tuhan Yesus.

Bersyukur pula akan sesama yang memiliki sifat toleransi dan mampu menghormati serta menghargai keanekaragaman setiap orang.

Hendaklah kita bersyukur pada kehidupan yang indah dalam perbedaan… tanpa takut melihat hari esok.

Berikut adalah sharing salah satu cerita dari sekian banyak cerita tentang “Perjuangan Iman Kristiani di Negara Komunis China” yang memiliki populasi manusia terbanyak di dunia.

Juga menjadi salah satu cerita… goresan perjalanan sejarah dari negara ini tentang kekejaman “Tentara Merah”.

Tidak berfokus pada kejahatan “Tentara Merah” yang telah mereka lakukan pada saudara saudari kita dulu…. tapi pada kekaguman akan perjuangan iman di tengah penderitaan dan kekerasan…. pengorbanan nyawa dari seorang anak usia 11 tahun yang tidak takut akan ancaman dan penderitaan…

KEADAAN YANG BURUK DI PENJARA
Ruth duduk di atas lantai yang kotor. Perasaannya dipenuhi keinginan untuk memberontak karena bau busuk yang begitu menyengat dan meliputi udara di dalam sel. Ruth tidak bisa mengingat bau benda apa yang lebih busuk dari bau ruangan ini. Di dalam sel ini tidak ada toilet, bahkan tidak ada satu lubang kecil untuk pembuangan kotoran. Sedikitpun tidak tersedia air di tempat itu. Di Cina, khususnya selama masa kebrutalan revolusi kebudayaan, para tahanan benar-benar tidak diperhatikan.
Ruth bisa merasakan binatang-binatang kecil merayapi tubuhnya seperti laba-laba, kecoa, dan tikus. Nyamuk-nyamuk yang haus akan darah berdesingan di mana-mana. Kegelapan meliputi tempat itu. Begitu gelapnya sampai Ruth tidak bisa melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Pikirannya sedang melamunkan tiga orang anaknya, Daniel 10 tahun, Joseph 8 tahun, dan Mary 5 tahun, yang ditinggal sendirian di rumah. Ruth bersama dengan suaminya, Michael, telah ditawan dan dimasukkan ke dalam sel tahanan.
TRAGEDI YANG MENGENASKAN
Dalam kegelapan itu, tiba-tiba ada suara seorang teman yang bertanya, “Apakah kamu punya anak?” 
Mendengar pertanyaan yang seakan-akan mengerti pikiran dan perasaannya, Ruth menjawab, “Ya, ada tiga orang. Sebenarnya saya telah melahirkan empat orang anak, namun seorang di antaranya telah mati.” 
“Apa yang terjadi?” 
Ruth tidak bisa menjawab. Untuk sesaat air matanya menglir membasahi pipinya. 
“Tuhan, tolonglah aku untuk mempermuliakan Engkau dalam segala sesuatu,” dia berdoa.
Akhirnya dia mulai menceritakan kisah tragis yang menimpa anaknya ini. 
Dengan suara pilu dia berkata, “Peter,” Ruth menyebut nama anaknya ini, 
“Tiga tahun yang lalu ketika dia berumur 11 tahun, rumah kami digeledah dan didatangi oleh Tentara Merah (Red Guards). Ada beratus-ratus orang yang datang dan memeriksa tempat kami. Mereka telah mengetahui bahwa saya dan suami saya adalah seorang pemimpin dari banyak ‘gereja rumah’ di daerah itu. Mereka menendang roboh pintu rumah kami, mengikat suami saya dan menggunduli kepala kami berdua. Mereka menodongkan senjata di atas kepala kami dan berteriak, “Di mana Alkitabmu? Di mana rekan-rekan yang bersamamu? Di mana kamu melakukan pertemuan?” Karena kami menolak untuk menjawab, mereka mulai menghancurkan perabot-perabot rumah kami dan seisi rumah kami diporak-porandakan. Untuk tiga hari tiga malam kami tidak diizinkan makan, minum, atau tidur. Mereka melihat empat orang anak kami dan mereka membariskan mereka di atas bangku.  Ketika anak kami kelelahan, mereka memukuli anak-anak kami dan memerintahkan untuk terus berdiri di atas bangku. Karena saya dan suami saya tidak mau menajwab saat ditanyai, maka Tentara Merah mulai menginterogasi anak-anak kami. Tetapi anak-anak kami juga menolak untuk bekerja sama. Mereka mengetahui bahwa hidup atau mati, mereka harus mengakui nama Tuhan Yesus dan jangan pernah menyebutkan nama atau identitas rekan-rekan pekerja Kristen yang lain. Dengan kasar mereka mulai memukuli anak kami lagi. Peter diseret keluar rumah dan giginya mulai dicabuti. Dia dipukuli hingga berdarah. Akhirnya mereka melemparkan dan meninggalkan tubuhnya yang sudah lumpuh di atas lantai. Suami saya dibawa dan dipekerjakan secara paksa di kamp militer pekerja berat. Saya segera membawa Peter ke rumah sakit. Dokter mengatakan tidak ada harapan karena anak ini telah banyak mengeluarkan darah. Saya diberitahu untuk mempersiapkan pemakaman baginya. Mereka juga telah memberikan surat-surat yang diperlukan untuk proses pemakaman. Pihak yang berwenang mengizinkan suami saya untuk meninggalkan kamp kerja paksa untuk sesaat dan menjenguk Peter di saat menit-menit terakhir sebelum Peter dijemput Tuhan. Ketika melihat ayahnya datang, Peter sangat gembira. “Ayah dan ibu,” katanya, “Banyak orang yang mengenakan jubah hitam saat mereka mati, tetapi saya ingin berpakaian jubah putih, supaya saya kelihatan indah saat bertemu dengan Tuhan Yesus.” Kami menangis dan sangat berduka karena dia. Dan kami berdoa bersama-sama supaya nama Allah dipermuliakan. Karena musim hujan pada waktu itu, maka semua jendela di tempat itu ditutup. Tetapi ketika kami selesai berdoa, satu jendela terbuka dan ada angin sejuk berhembus masuk memenuhi ruangan. Roh penghibur datang memasuki hati kami. Peter berbisik perlahan, “Yesus telah datang untuk membawaku pulang. Selamat tinggal.” Wajahnya dipenuhi dengan sukacita. Bahkan dokter yang hadir saat itu digerakkan untuk berkomentar, “Saya belum pernah melihat orang yang mati penuh kedamaian seperti ini.” Ketika kami pulang ke rumah, anak-anak kami yang lebih muda dari Peter mengagetkan kami dengan kegembiraan yang luar biasa. Mereka berkata, “Kami tidak bisa tidur, karena kami melihat kumpulan besar malaikat-malaikat di sekeliling rumah. Mereka membawa alat-alat musik dan menyanyi untuk kami. Mereka mengatakan bahwa mereka datang untuk membawa Peter bersama-sama dengan mereka ke Sorga.” Saya menjelaskan, “Kakakmu telah pergi bersama-sama dengan Tuhan Yesus.” Dan mereka semua menangis. Peter begitu mengasihi adik-adiknya ini dan mereka juga membalas kasihnya dengan rasa sayang yang sangat besar.”
MENGGANTI KEBENCIAN DENGAN KASIH
Ada kesunyian yang panjang dalam sel itu. Tetapi kemudian Ruth mulai bisa mendengar suara tangisan yang berasal dari berbagai tempat di sel gelap itu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan kemarahan, “Terkutuklah orang-orang Tentara Merah! Kenapa mereka melakukan hal yang keji seperti ini? Saya berharap bisa mencekik leher orang-orang ini dan membunuh mereka!”
“Jangan! Jangan!” Ruth berteriak, “Kalian jangan membenci mereka. Ini adalah dendam dan lingkaran kepahitan. Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi semua orang bahkan mengasihi musuh-musuh kita. Setiap hari saya berdoa untuk Tentara-Tentara Merah ini, supaya mereka segera menemukan dan mengenal Yesus. Dengan cara yang sama, saya juga telah berdoa bagi kalian semua. Kalian semua juga kekasih-kekasih yang dicintai Tuhan Yesus.”
“Hah!” cetus seseorang dengan geram, “Kalau Yesus sungguh-sungguh mengasihi saya, kenapa saya ada di sini, di dalam sel yang kumuh ini?” Ruth mulai menjelaskan bagaimana sel yang kotor ini sama seperti dosa mereka. Hanya Salib Yesus yang sanggup menjembatani jurang antara orang-orang berdosa dengan Allah yang kudus. Yang mereka butuhkan adalah mengakui dosa-dosa mereka dan meminta Yesus menjadikan mereka manusia yang baru.
Sekali lagi ada kesunyian yang panjang dalam penjara itu. Dan satu persatu anggota sel itu mulai bertekuk lutut di sampingnya, penuh tangisan mengakui dengan keras segala dosa-dosa mereka dan memohon Yesus menyucikannya. “Terima kasih, Tuhan,” 
Ruth berdoa, “Sungguh Engkau bisa mengubahkan segala sesuatunya menjadi baik.”

Kesaksian ini menggambarkan betapa hebatnya aniaya dan penderitaan yang dialami gereja-gereja Tuhan di Cina. Namun semua yang dialami orang-orang ini seakan-akan memancarkan kemuliaan Tuhan yang semakin terang dan menjadi kesaksian atas seluruh bangsa di dunia. Keteguhan iman mereka teruji dalam dapur api. Mereka bukan cuma mengakui Yesus dengan mulut mereka, tetapi mereka membayar pengakuan mereka ini dengan aniaya dan penderitaan. Mereka belum pernah merasakan datang ke gereja tiap Minggu, bernyanyi memuji Tuhan, bersukacita, dan mengharapkan untuk hidup dalam kelimpahan. Yang ada pada mereka adalah gereja bawah tanah dan ibadah yang sembunyi-sembunyi. Mereka dikejar-kejar oleh tentara militer, dan rawan dengan aniaya. Pengakuan iman mereka teruji dengan tindakan yang nyata. Kuasa Injil betul-betul dinyatakan dalam kehidupan mereka. Mereka mempertahankan iman dengan nyawa mereka. Tidak ada sesuatupun yang dapat menggoyahkan iman mereka di dalam Tuhan. Iman seperti inilah yang dicari Tuhan.
“… Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Lukas 18:8)
PENGINJIL CINA MEMBUTUHKAN DOA SAUDARA
“Saya begitu sendirian. Saya menghadapi pikiran untuk bunuh diri ketika tidak bisa tidur setiap malamnya. Saya sangat merindukan untuk memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan, namun tidak seorangpun yang mau mendengar. Semua orang memandang rendah dan meremehkan saya. Penghiburan saya hanyalah Yesus yang telah mengalami dan menjalani semuanya ini, penderitaan, aniaya, diremehkan, dan direndahkan.”
Bagian dari surat penginjil Cina ini memberikan gambaran bahwa banyak daerah-daerah di Cina yang belum meresponi panggilan Tuhan. Bahkan kalau seandainya kita memasukkan 70 juta orang Cina Kristen (orang yang meresponi Injil Kristus) dalam hitungan, hitungan ini hanya mencapai kurang dari 7% saja orang Cina yang percaya dan meresponi Injil Kristus. Berdoalah supaya Tuhan meneguhkan setiap penginjil-penginjil yang melayani desa-desa kecil di seluruh Cina, supaya mereka berada dalam kondisi rohani yang berapi-api.
Tragisnya, orang yang menulis surat ini telah dikubur 6 tahun lalu. Tidak ada seorangpun yang tahu apakah ia bunuh diri atau dibunuh.
 
“Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.” (Wahyu 12:11)
« Older Entries     Newer Entries »