header image
 

All posts in September 27th, 2016

Pada suatu hari seorang penginjil dan tukang cukur berjalan melalui daerah kumuh disebuah kota.
Tukang cukur berkata kepada si penginjil, “Lihat, inilah sebabnya saya tidak dapat percaya ada Tuhan yang penuh kasih. Jika Tuhan itu baik sebagaimana yang engkau katakana, Ia tidak akan membiarkan semua kemiskinan, penyakit, dan kekumuhan ini. Ia tidak akan membiarkan orang-orang ini terperangkap ketagihan obat dan semua kebiasaan yang merusak watak. Tidak, saya tidak dapat percaya ada Tuhan yang mengijinkan semua ini terjadi.”
Penginjil itu diam saja sampai ketika mereka bertemu dengan seseorang yang benar-benar jorok dan bau. Rambutnya panjang dan janggutnya seperti tak tersentuh pisau cukur cukup lama.
Kata penginjil itu, “Anda tidak bisa menjadi seorang tukang cukur yang baik kalau anda membiarkan orang seperti dia hidup tanpa rambut dan janggut yang tak terurus.”
Merasa tersinggung, tukang cukur itu menjawab, “Mengapa salahkan aku atas keadaan orang itu ? Aku tidak mengubahnya. Ia tidak pernah datang ke tokoku. Saya bisa saja merapikannya dan membuat ia tampak rupawan !”
Sambil melihat dengan tenang kepada tukang cukur itu, penginjil itu berkata, “Karena itu, jangan menyalahkan Tuhan karena membiarkan orang hidup dalam kejahatan, karena Ia terus menerus mengundang mereka untuk datang dan ‘dicukur‘. Alasan mengapa orang-orang itu menjadi budak kebiasaan jahat adalah karena mereka menolak Dia yang telah mati untuk menyelamatkan mereka.”
Tukang cukur itu mengerti maksudnya. Apakah anda juga ?

Amsal 3:11

 

“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN,
dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.”

 

Siapa yang senang dengan penderitaan? Saya yakin 99% pasti tidak ada seorang pun yang menginginkannya. Namun, sadarkah Anda bahwa Allah terkadang menggunakan hal itu untuk membuat kerohanian Anda bertumbuh?
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa benih sebagian semak harus dihancurkan oleh badai agar dapat berkecambah. Benih-benih itu diselimuti oleh cangkang keras yang berfungsi menjaga agar air tidak masuk. Hal itu memungkinkan mereka tergeletak dalam keadaan istirahat di atas pasir selama beberapa musim sampai kondisinya tepat untuk bertumbuh.
Saat hujan lebat datang, benih-benih kecil itu terbawa banjir bandang. Mereka terbanting ke pasir, kerikil dan bebatuan sewaktu meluncur menuruni tebing. Akhirnya benih-benih itu sampai di sebuah dataran rendah. Di situ tanahnya telah basah sedalam beberapa jengkal. Setelah itu barulah mereka mulai bertumbuh, karena butiran air telah diserap melalui torehan dan sobekan yang mereka alami saat terjatuh.
Demikian pula kesulitan diperlukan untuk membangunkan roh orang-orang percaya yang sedang tidur. Ini mungkin menyakitkan sesaat, namun apabila kita berserah kepada Allah maka kita akan menemukan bahwa tanda memar dalam kehidupan dapat menandai awal kemajuan rohani. Kita mungkin lebih suka menjadi benih, namun Dia ingin agar kita menjadi pohon yang berbuah banyak.
Untuk meraih keberhasilan, ada penderitaan yang harus Anda lalui terlebih dahulu.

Sumber: Kingdom Magazine Oktober 2009

Sikap Dalam Beribadah (1 Tim. 2:8-15)

Timotius adalah seorang anak rohani Paulus yang mendapat perhatian dengan baik dari Paulus. Oleh karena itu dia mendapat surat pengembalaan dari bapak rohaninya. Seorang yang muda namun memimpin pelayanan gereja. Paulus menyadari pergumulan yang dialami oleh Timotius, salah satunya adalah ajaran sesat yang menyerang baik pria ataupun wanita di dalam jemaat. Memang cukup sulit melihat jurang perbedaan dalam konteks sejarah antara zaman dahulu dan sekarang. Zaman sekarang pria dan wanita memiliki porsi dan skill yang tidak dibeda-bedakan. Cukup sulit untuk menerapkan prinsip Paulus secara universal.

Kita harus melihat permasalahan ini dari frame Kejadian 1-2 untuk dapat memahaminya. Laki-laki dan perempuan diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Keduanya diberikan maksud yang baik. Wanita menjadi pribadi yang mendampingi pria dalam kesendiriannya. Relasi keduanya sebelum kejatuhan menunjukkan suatu kesepadanan. Sedangkan relasi pria dan wanita di dalam jemaat Timotius dalam kondisi tidak ideal. Sehingga Paulus berusaha menarik mereka kembali pada kondisi yang ideal.

Ada dua hal yang dinasihatkan Paulus dan cukup relevan buat kita:

  1. Hal menyangkut sikap laki-laki dalam ibadah (Ay. 8).

Rasul Paulus menasihatkan laki-laki untuk menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan perselisihan. Hal ini berkaitan dengan kemurnian dalam ibadah. Sikap seperti ini merujuk pada mereka yang khusuk dalam beribadah tetapi hatinya masih menyimpan kemarahan. Tidak mungkin seseorang beribadah tanpa tangan yang suci dan memiliki hati yang panas. Nasihat ini juga sebenarnya berlaku juga kepada wanita. Yakobus 2:19-20 menunjukkan bahwa ketika seseorang berdoa tapi masih menyimpan kemarahan, itu tidak berkenan di hati Tuhan.

  1. Hal menyangkut sikap perempuan dalam ibadah (Ay. 9-12).

Hal pertama yang dibahas Paulus adalah masalah berdandan. Ia berkata berdandanlah dengan pantas dan sopan. Jangan kita jadikan tempat ibadah sebagai ajang fashion show, toko butik, atau juga toko emas. Mungkin saja dengan kehadiran kita yang seperti demikian menjadi batu sandungan bagi orang lain. Dandanan wanita Kristen haruslah yang baik, jangan salah kostum. Seorang wanita terlihat cantik kalau berdandan tepat pada kondisi dan tempatnya. Aspek yg mau ditekankan oleh Paulus adalah berkaitan dengan inner beauty yang jauh lebih penting daripada apa yang terlihat di luar. Selain itu, perempuan juga diajarkan untuk berdiam diri dalam pengajaran. Saat zaman Paulus, banyak orang terjerat dalam ajaran palsu. Para perempuan tidak lagi melihat laki-laki sebagai partner dan Paulus menasihatkan itu. Seharusnya, dengan sikap yang benar, kita menjadikan diri kita sebagai pribadi yang hidup memuliakan nama Tuhan bukan mempermalukan nama Tuhan. Perbuatan yang baik adalah dandanan yang baik bagi kita orang percaya.

Ringkasan Khotbah: Pdt. Intan B. Priyono – Manno Radja, S.Th

Bacaan Alkitab : Matius 5 : 43-47 ; Ulangan 6 : 4-6

Oleh Sdra.Lukas Suryawan

 

Kebencian sangat dekat dalam hidup setiap manusia.Kebencian hadir dari hal-hal yang kecil/sederhana.Berawal dari pikiran sampai akhirnya menjadi tindakan.Tuhan mengasihi setiap orang,dan memberikan matahari dan hujan untuk semua orang,baik yang mengasihi Dia maupun tidak.Inilah teladan Yesus bagi kita.Apakah kasih kita hanya terbatas pada orang-orang yang mengasihi kita? Tuhan ingin kita lebih dari sekedar mengasihi sesama,tetapi mengasihi musuh dan orang yang menganiaya kita.

Tuhan mau kita berdoa bagi orang-orang yang memusuhi kita dan menganiaya kita.Apa yang menjadi respon kita saat menghadapi musuh-musuh kita?Jadilah orang yang berbeda,yang mengasihi bukan hanya orang-orang yang mengasihi kita,tetapi sebaliknya.Amin.

 

Ibadah Komisi Kaum Bapak,Jumat 23 September 2016

Apakah perbedaan antara seorang nelayan pemula dengan nelayan yang sudah berpengalaman? Selain cara menangkap ikan, yang menjadi pembeda diantara mereka adalah sikap ketika air pasang datang. Bagi yang baru pertama kali berlayar ke laut, mereka pasti panik dan ketakutan saat perahu mereka diombang-ambingkan oleh air yang besar, tetapi nelayan yang berpengalaman akan bersikap tenang dan mendayung dengan sekuat tenaga agar bisa sampai ke daratan.
Nelayan yang baru pertama kali berlayar merasa ketakutan sangat dan mengambil tindakan untuk panik karena mereka percaya pada arus air, tetapi sebaliknya mereka yang berpengalaman di laut terus berjuang karena mereka pernah melaluinya dan selamat. Pengalaman mereka lolos dari air pasang sebelum-sebelumnya memberi keyakinan yang besar bahwa mereka akan lolos dari bahaya air pasang yang datang selanjutnya.
Bila kita terus menerus hidup di dalam Allah maka ketika masalah besar atau pergumulan begitu berat dihadapi, kita akan tetap percaya bahwa semuanya itu pasti bisa terlewati dengan kemenangan gilang gemilang. Keyakinan ini tidak terjadi dalam satu hari atau lewat satu peristiwa saja, tetapi hari demi hari dan banyak peristiwa.
Apakah hidup Anda saat ini sedang mengalami banyak permasalahan dan ingin mengambil keputusan untuk menyerah? Saya menegur dalam kasih Kristus, jangan melakukan itu. Allah menginginkan Anda menjadi pemenang dan meraih berkat-berkat yang telah disiapkan ketika Anda dapat melewati ‘air pasang’ tersebut. Oleh karenanya, lawan semua masalah itu bersama Allah dan jadilah anak kebanggaan-Nya.
Sebesar apapun air pasang yang menerjang kehidupan Anda, lebih besar Allah yang menyertai kehidupan Anda.

Sumber: God Calling; A.J Russell; Penerbit Pionir Jaya

“Saya suka cuci piring” kata gadis cilik itu.
“Mengapa?” tanyaku takjub.
“Karena saya suka melihat keajaiban setelah mencuci. Piring yang tadinya kotor dan berminyak bisa menjadi bersih dan mengkilap. Mengherankan…..,” jawabnya dengan kedua bola mata yang berpendar indah.
Keajaiban dalam cuci piring. Wah, ini sungguh tak terpikirkan olehku. Keajaiban dalam hal-hal yang sangat sederhana. Gadis cilik itu satu diantara lebih dari seratus anak yang berkumpul dan menikmati camping rohani yang diadakan oleh sekolah minggu gerejaku. Dan tiba-tiba aku melihat dan merasakan keajaiban pada kumpulan anak kecil itu. Ternyata hidup adalah keajaiban. Dan keajaiban tidak semata suatu peristiwa yang luar biasa, yang menakjubkan, yang menjadi buah bibir bagi banyak orang. Keajaiban itu sangatlah sederhana dan dapat dinikmati bahkan dalam peristiwa-peristiwa kecil sehari-hari. Ternyata, hidup kita ini dikelilingi oleh banyak keajaiban. Tahukah anda?
Maka kita yang saat ini sedang mengejar keajaiban, mengharapkan dan merindukan keajaiban, tetapi merasa kecewa dan putus asa karena tak pernah menemukannya, mungkin perlu belajar dari gadis cilik itu. Dengan tangan mungilnya, dia dengan tekun mencuci piring makannya dan menemukan keajaiban yang dicari banyak orang saat menikmati hasil kerjanya. Dari piring yang kotor menjadi piring yang mengkilap.
“Saya suka mencuci piring, karena saya suka melihat keajaiban setelah mencuci…..”
Keajaiban setelah mencuci. Keajaiban setelah bekerja keras membersihkan sisa-sisa lemak dan menggosok piring makannya sendiri. Keajaiban setelah berusaha…..
Mengapa kita seringkali hanya duduk diam menunggu keajaiban itu datang dengan sendirinya? Tidakkah keajaiban itu pun butuh proses kerja yang tidak ringan? Mengapa seringkali kita merasa kecewa karena disepelekan atau dianggap tidak ada? Tidakkah kita sendirilah yang perlu membuktikan keberadaan kita? Mengapa kita harus tergantung pada orang lain? Mengapa kita harus menganggap diri kita harus diperhatikan, harus dicintai, harus dipuji sebagai bukti keberadaan kita? Bukankah kita sendirilah yang harus berupaya untuk memperhatikan, mencintai dan memuji keberadaan orang lain sehingga mereka bisa tahu bahwa kita ada? Keajaiban hanya akan muncul setelah kita bekerja keras. Setelah gadis cilik itu membersihkan piringnya, dan tidak perlu menanti orang lain yang datang membersihkan piringnya. Gadis cilik itu melihat keajaiban setelah mencuci piringnya sendiri….
Keajaiban itu sesederhana hidup ini. Hidup yang harus dijalani, saat demi saat, hari demi hari, dijalani dan dinikmati. Dengan mengeluh dan merasa kecewa tanpa berbuat apa-apa, kita hanya akan mendapatkan semakin banyak kekecewaan dan perasaan putus asa pun kian dalam. Dan keajaiban yang kita harapkan semakin menjauh dari kita. Dengan matanya yang berpendar indah, gadis cilik itu itu memandang piring makan yang kini mengkilap bersih setelah dia mencucinya. Inilah keajaiban itu. Inilah kegembiraan baginya. Dia tidak menunggu seseorang datang dan membersihkannya. Lalu akan merasa kecewa dan sakit hati jika ternyata tak ada yang mau membantunya untuk mencuci piringnya sendiri. Tidak. Dia bekerja sendiri. Dia berusaha sendiri. Dan menikmati hasilnya sendiri. Keajaiban ada setelah dia mencuci piringnya. Dan dia menikmatinya. Menikmatinya.

Source: A. Tonny Sutedja – tonny_sutedja@yahoo.com

Seorang Manusia berbisik, “Tuhan, bicaralah padaku.”
Dan burung kutilang pun bernyanyi.
Tapi, manusia itu tidak mendengarkannya.
Maka, Manusia itu berteriak, “Tuhan, bicaralah padaku !”
Dan guntur dan petir pun mengguruh.
Tapi, Manusia itu tidak mendengarkannya.
Manusia itu melihat sekelilingnya dan berkata, “Tuhan, biarkan aku melihat Engkau.”
Dan bintang pun bersinar terang.
Tapi, Manusia itu tidak melihatnya.
Dan, Manusia berteriak lagi, “Tuhan, tunjukkan aku keajaiban-Mu !”
Dan seorang bayi pun lahirlah.
Tapi, manusia itu tidak menyadarinya.
Maka, ia berseru lagi dalam keputus-asaannya, “Jamahlah aku, Tuhan!”
Dan segera, Tuhan pun turun dan menjamahnya.
Tapi, manusia itu malah mengusir kupu-kupu tersebut dan terus berjalan.
Betapa hal ini semua sebenarnya mengingatkan pada kita bahwa Tuhan selalu hadir di sekitar kita dalam bentuk sederhana dan kecil yang sering kita anggap lalu, bahkan dalam era elektronik ini …karenanya saya ingin menambahkan satu lagi:
Manusia itu berseru, “Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu!”
Dan datanglah e-mail dengan berita-berita baik dan menguatkan.
Namun, ia justru menghapusnya dan terus berkeluh-kesah….
Berita baik itu adalah bahwa anda masih dicintai orang lain !
Janganlah kita mencampakkan suatu anugerah,
hanya karena anugerah itu tidak dikemas dalam bentuk yang diinginkan dan dimengerti oleh kita.

Jadwal & Thema Khotbah Bulan Oktober 2016: “KELUARGA PENUH KASIH”

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
02 Oktober 2016 “Kasih Itu Tiada Berkesudahan” Pdt. Yandi Manobe,S.Th
09 Oktober 2016 “Kasih Tidak Cemburu” Pdt. Elsa Maramba-Kebang
16 Oktober 2016 “Kasih Itu Rela Berkorban” Tukar Mimbar
23 Oktober 2016 “Kasih Itu Setia” Pdt. Yandi Manobe, S.Th
30 Oktober 2016 “Kasih Itu Panjang Sabar” Pdt. Agnes Ina
31 Oktober 2016 “Keluarga Bagi Kristus” Pdt. Tamu