header image
 

All posts in June 9th, 2015

Hikmah Kegagalan

Bacaan : Bilangan 14:39-45; Kisah Para Rasul 2:41

“Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka; kemudian orang-orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke Horma” (Bilangan 14:45).

Kegagalan adalah peristiwa yang paling menakutkan. Tetapi justru dalam kegagalan Allah dapat menghasilkan karya yang hebat dalam hidup Anda. Tahukah Anda bahwa sebelum Thomas Edison menciptakan baterai yang bisa menyimpan tenaga listrik, ia telah melalui 50 ribu kegagalan?! Dengan kata lain ia telah melakukan kurang lebih 50 ribu eksperimen sebelum ia berhasil menciptakan baterai tersebut. Albert Einstein juga disebut-sebut sebagai anak yang bodoh pada mulanya. Sama halnya dengan Petrus yang pernah gagal karena menyangkali Gurunya, namun setelah ia dipenuhi dengan Roh Kudus, sekali khotbah 3.000 jiwa bertobat (Kisah Para Rasul 2:41). Begitu juga dengan tokoh-tokoh yang gagal lainnya.

Kalau Anda merasa Anda adalah orang kalah dan gagal, Allah sanggup mengubahkan semuanya itu untuk kemuliaan-Nya. Saya ingin membagikan ada 3 berkat di dalam kegagalan:

Pertama, kegagalan akan membawa Anda bergantung kepada Allah. Ya, kegagalan adalah seperti menapaki setiap tangga menuju hubungan yang lebih intim dengan Allah. Kegagalan akan menjadikan Anda menyadari akan kelemahan Anda. Dan itu berarti Anda akan menggantungkan hidup Anda kepada Allah.

Kedua, kegagalan akan menjadikan Anda orang yang rendah hati. Tanpa kegagalan, Anda akan memandang remeh kepada orang-orang yang gagal. Anda akan merasa selalu di atas. Namun begitu kegagalan menerpa Anda, maka Anda akan melihat diri Anda setara dengan orang-orang yang gagal. Anda akan melihat diri Anda berada di bawah. Dan inilah saat Anda belajar mengenai kerendahan hati. Persepsi Anda akan sekeliling Anda akan berubah sebab kegagalan itu.

Ketiga, kegagalan akan membuat Anda menghargai kasih karunia dan pengampunan Allah. Kegagalan akan menyebabkan Anda berpaling dari dunia dan menatap kepada Allah. Anda akan memohon pengampunan dan akan menghargai pengampunan Allah. Pengampunan Allah memang gratis tetapi harganya setara dengan pengorbanan Kristus di kayu salib. Orang-orang yang pernah gagal akan melihat salib Kristus dalam pengertian yang baru.

Renungan:

Tidak selamanya kegagalan selalu berkonotasi buruk. Apabila Anda mengizinkan Allah bekerja dalam hidup Anda, maka kegagalan itu akan membawa Anda kepada dimensi baru dalam hidup Anda. Jadi izinkanlah tangan Allah membentuk Anda di tengah kegagalan Anda.

Disadur Dari Renungan Harian

Kisah Si Ayam dan Si Babi

Alkisah, ada dua binatang yang berteman akrab sejak kecil, yaitu si ayam dan si babi. Mereka selalu berjalan berdua kemanapun mereka pergi. Pada suatu hari, ketika mereka berjalan melewati hutan belantara yang jauh dari keramaian kota , mereka menemukan seorang laki-laki yang hampir mati.

Si ayam berkata: “Eh, bie! liat tuh! Kayaknya ada orang sedang berbaring didepan!”

Si babi : “Iya, yam! Gue juga… liat. Kayaknya dia sedang sekarat. Yuk kita deketin.”

Mereka melihat dari dekat, dan laki-laki itu dengan lemah berkata : “Tolong aku, aku lapar dan tidak punya makanan”

Lalu si ayam berkata kepada babi : “Eh, kasihan deh. Bie, yuk kita tolong dia.”

Sahut si babi : “Tapi gimana yam ? Kita kan nggak bawa bekal apa-apa ?”

Si ayam berkata : “Ya sudah, apa yang ada pada diri kita saja kita olah menjadi makanan, setuju?”

Babi mengangguk : “Baiklah, kalau itu bisa menyelamatkan nyawa orang itu, saya bersedia.”

Singkat cerita, mereka masing-masing memberikan bagian diri mereka, mengolahnya menjadi makanan dan memberikan kepada laki-laki tersebut. Ia sangat berterimakasih, kesehatannya telah pulih dan ia melanjutkan perjalanannya. Si ayam dan si babi pun melanjutkan perjalanannya berdua.

Si ayam berkata : “Senang yach, rasanya, kita bisa menjadi berguna untuk orang lain….”

Si babi membalas : “Iya sih, aku juga senang. tapi kamu jalannya jangan cepat-cepat yam, aku tadi memberikan satu kakiku untuk menjadi makanannya, kamu sih enak, bisa bertelur….”

Cerita diatas menggambarkan 2 tipe dalam memberi, yaitu memberi dalam kelimpahan dan memberi dalam kekurangan. Sifat ini dapat kita refleksikan dalam diri kita, yaitu ketika kita memberikan persembahan dalam gereja, boleh ditanyakan dalam diri kita sendiri: “Apakah saya merasa sudah memberikan yang terbaik untuk Tuhan?” Biarlah hati nurani masing-masing yang menjawabnya.

Saya jadi ingat, ketika Tuhan Yesus memperhatikan orang-orang yang memberi persembahan. Orang-orang kaya memberi persembahan dari kelimpahannya, Tetapi seorang janda miskin memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya. (Lukas 21:4). Orang yang memberikan dari kelimpahannya memberi sedikit bagian untuk Tuhan Dan sisa bagian yang jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri, sedangkan si janda miskin memberikan seluruh bagiannya untuk Tuhan dan tidak ada bagian untuk dirinya sendiri. Itulah sebuah kenyataan, bahwa setiap orang memiliki kasih yang berbeda untuk Tuhan kita.

Kehendak Tuhan adalah supaya kita mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.

Tuhan memang tidak butuh harta kita. Ia adalah pemilik surga dan bumi. Jika Ia mau, Ia bisa mengambil semua harta kita. Tuhan menginginkan hati kita, supaya kita berserah kepadaNya. Namun hal ini tidak akan terjadi sepenuhnya sebelum hati kita masih menyayangi harta duniawi. Alkitab berkata : “Dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada” (Mat 6:21).

Dimana hartamu berada, disitu pula hatimu berada.

Disadur dari Renungan Kisah Inspiratif

Satu Tubuh

Pada suatu ketika anggota-anggota tubuh merasa sangat berang terhadap perut. Mereka semua iri karena mereka harus menyediakan makanan dan membawanya ke perut, sementara perut sendiri tidak berbuat lain kecuali mencerna hasil jerih payah mereka.

Maka akhirnya mereka mengadakan rapat dan memutuskan untuk tidak membawa lagi makanan ke perut.

Tangan tidak mau mengangkat makanan ke mulut. Gigi tidak mau mengunyah lagi dan tenggorokkan tidak mau menelan. Dengan keadaan ini mereka berharap mulut akan melakukan sesuatu.

Ternyata hasil dari keputusan mereka adalah tubuh yang menjadi lemah, begitu lemahnya sampai hampir-hampir mati. Demikianlah akhirnya mereka menjadi kapok, dan dengan rela menjalankan tugasnya masing-masing.

Merekapun sadar bahwa tidak ada satu tugas yang lebih penting dari yang lain. Dan entah besar dan kecil tugas yang menjadi bagiannya, semuanya berperan penting untuk mencapi tujuan utama.

Bagaimana dengan tugas pelayanan dan tanggung jawab kita sehari-hari yang sudah Tuhan percayakan kepada kita ? Sudahkah kita jalankan dengan sebaik-baiknya ? Atau mungkin kita malah sibuk membandingkan bentuk pelayanan kita dengan pelayanan orang lain ? Dan berpikir bahwa tugas yang kita terima terlebih berat dibandingkan tugas orang lain ? Dan bahwa kita seharusnya menerima upah yang lebih dari rekan sekerja kita ?

“Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah SATU TUBUH dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Roma 12:4,5)

Meskipun tugas berbeda-beda, tapi ingatlah bahwa setiap orang adalah sama di mata Tuhan (I Kor.3:8). Dan Tuhan akan memberikan upah yang adil bagi setiap orang, sesuai dengan kerelaan dan kesungguhannya melakukan tugasnya.

“TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing” (Amsal 16:4)

Disadur dari Renungan Kristen