header image
 

All posts in March 20th, 2015

john newton

Amazing grace, how sweet the sound….” Begitulah lirik awal sebuah himne yang paling dicintai sepanjang masa. Himne ini merupakan sebuah lagu pujian utama dalam berbagai denominasi gereja. Pengarang kata-kata indah itu adalah John Newton, yang mengaku dia adalah orang malang yang terhilang, tetapi ditemukan dan diselamatkan oleh anugerah.

Newton lahir di London pada tanggal 24 Juli 1725. Dia adalah anak dari komandan kapal dagang yang melaut ke Laut Tengah. Ketika John berumur 11 tahun, dia berlayar bersama ayahnya sebanyak enam kali sebelum ayahnya pensiun. Pada tahun 1744, John terkesan dengan perjuangan pahlawan perang, H. M. S. Harwich yang mengalami beratnya kehidupan di kapal. Harwich membelot, kemudian ditangkap, disiksa di depan umum, dan diturunkan dari perwira kapal menjadi pelaut biasa. Akhirnya, atas permintaannya sendiri, dia ditugaskan dalam kapal budak yang membawanya ke pantai Sierra Leone. Kemudian, dia menjadi pelayan seorang penjual budak dan mengalami siksaan dengan kejam. Awal tahun 1748, Harwich diselamatkan oleh kapten yang pernah mengenal ayahnya. John Newton akhirnya menjadi kapten kapal yang melayani perdagangan budak.

Ibu Newton adalah seorang yang saleh. Dia mendorong Newton untuk terlibat dalam pelayanan gereja pada usia yang masih sangat muda. Newton sudah mampu menghafalkan dasar-dasar pelajaran katekisasi dan lagu-lagu himne pada usia 4 tahun. Ibunya meninggal saat ia berusia 7 tahun. Kehidupan di kapal membuat Newton menjauhi prinsip-prinsip kekristenan yang telah diajarkan ibunya dan hidup dalam pesta pora — berbeda dari kehidupan yang dulu pernah dia jalani sebelumnya.

Tanggal 10 Mei 1974 ketika sedang berlayar, badai dahsyat menerjang kapal yang dikemudikan Newton. Ia mencoba mengemudikan kapal melalui badai yang dahsyat, yang seolah-olah hendak membawanya kepada kematian. Di tengah situasi tersebut, Newton justru memikirkan kembali makna kebenaran hidup dalam Kristus. Roh Kudus menggugah hatinya melalui badai ganas dan ia menyadari keadaan hidupnya. Setelah pertobatannya, Newton merasakan anugerah Allah yang mengubah hidupnya dan tetap terlibat dalam perdagangan budak selama beberapa waktu, tetapi dia memperlakukan para budak itu secara manusiawi.

Pada tahun 1750 Newton menikah dengan Mary Catlett — wanita yang sangat dicintainya. Pada tahun 1755, setelah terjangkit penyakit serius, Newton memutuskan untuk berhenti berlayar. Dari tahun 1755 sampai 1760, Newton menjadi pengamat gelombang air di Liverpool. Di sana dia bertemu George Whitefield, majelis di Church of England, pengkhotbah injili, dan pemimpin Calvinist Methodist Church. Newton menjadi murid Whitefield yang sangat antusias. Pada saat-saat itu, Newton juga bertemu dan mengagumi John Wesley, pendiri Methodis. Newton juga mempelajari beberapa bahasa asing secara autodidak seperti bahasa Latin, Ibrani, dan Yunani.

Newton memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan dan melamar ke Archbishop of York. Namun pada tahun 1758, Archbishop menolak permintaannya. Meskipun demikian, Newton tetap berpegang teguh pada tujuannya. Pada tahun 1764, Newton akhirnya ditahbiskan oleh Bishop of Lincoln dan menerima kependetaan dari Olney, Buckinghamshire. Dia tidak hanya berkhotbah di Olney tetapi di berbagai bagian negara. Pada tahun 1767, penyair William Cowper menetap di Olney. Cowper menolong Newton dalam ibadah gereja dan perjalanannya ke berbagai tempat lainnya. Mereka tidak hanya melaksanakan ibadah gereja secara rutin setiap minggu, tetapi juga memulai rangkaian pertemuan doa mingguan. Tujuan mereka adalah menulis himne baru setiap pertemuan. Mereka bekerja sama membuat beberapa edisi Olney Hymns, yang populer sepanjang masa. Edisi pertama diterbitkan pada tahun 1779, berisi 68 lagu yang ditulis oleh Cowper dan 280 ditulis oleh Newton.

Dari sekian banyak himne yang ditulis oleh Newton, beberapa di antaranya masih digemari dan dinyanyikan sampai saat ini, seperti “How Sweet the Name of Jesus Sounds”, “Glorious Things of Thee Are Spoken”, dan “Amazing Grace”. Pujian “Amazing Grace” ditulis antara tahun 1760 sampai 1770 di Olney. Asal melodi lagu ini tidak diketahui. Sebagian besar buku kumpulan himne menghubungkannya dengan lagu rakyat Amerika mula-mula. Jurnalis Bill Moyers berspekulasi, kemungkinan melodi lagu “Amazing Grace” berasal dari nada lagu yang dinyanyikan oleh para budak.

Newton bukan hanya penulis himne yang produktif tetapi dia juga menyimpan banyak jurnal dan menulis banyak surat. Para sejarawan mengakui bahwa jurnal dan suratnya menjadi catatan perdagangan budak abad ke-18. Pada tahun 1780, Newton meninggalkan Olney dan menjadi rektor St. Mary Woolnoth, di London. Di sana dia memunyai jemaat besar dan memberi dampak kepada banyak orang, di antaranya William Wiberforce — seorang pemimpin yang menentang perdagangan budak. Newton terus berkhotbah sampai akhir hidupnya, walaupun dia sudah buta pada saat itu. John Newton — seorang kafir yang kemudian menjadi hamba Tuhan dan dipakai Tuhan secara luar biasa, meninggal dunia di London pada tanggal 21 Desember 1807.

 

Beberapa tahun lalu sebuah grup salesman menghadiri sebuah konfrensi di Chicago. Mereka telah berjanji kepada istri masing-masing akan tiba di rumah pada hari Jumat malam untuk makan malam bersama. Hal ini membuat mereka terburu-buru mengejar pesawat mereka sambil membawa koper-kopernya. Namun saat menuju tempat boarding pass tanpa sengaja salah seorang salesman itu menyenggol sekotak apel yang dijajakan. Apel-apel itu berhamburan kemana-mana. Namun para salesman itu tetap bergegas mengejar pesawat mereka, karena jika tidak maka mereka akan terlambat.

Tetapi satu orang diantara mereka berhenti. Dia berhenti sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam, dia mencoba mendengarkan suara hatinya, dan ia merasakan belas kasihan pada gadis yang menjual apel-apel itu. Dia segera memberitahu teman-temannya untuk berangkat tanpa dirinya, dia meminta salah satu dari mereka untuk menghubungi istrinya bahwa ia akan terlambat pulang. Pria itu kemudian kembali ke terminal dimana apel-apel tadi berhamburan ke lantai.

Pria itu bersyukur telah membuat keputusan yang benar. Gadis penjual apel itu ternyata buta! Gadis itu menangis, dan rasa frustasi terlihat jelas diwajahnya. Dia mencoba meraba-raba mencari apel-apelnya. Ia berseru meminta pertolongan untuk mengumpulkan barang dagangannya, namun tidak seorang pun yang peduli.
Salesman itu berlutut memunguti apel itu bersama gadis itu, setelah mengumpulkannya, ia membantu menatanya kembali di meja. Saat ia melihat banyak diantara apel itu yang rusak, ia memisahkannya. Saat telah selesai, ia berkata kepada gadis itu, “Ini uang 40 dolar, tolong ambil ini untuk mengganti kerusakan yang terjadi. Apakah kamu baik-baik saja?”
Gadis itu menghapus air matanya.Pria itu kemudian berkata, “Aku harap apa yang kami lakukan tidak merusak harimu sedemikian buruk.”
Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan gadis buta itu, gadis itu memanggilnya kembali.
”Tuan..” Pria itu berbalik menatap gadis itu.
”Apakah engkau Yesus?” tanya gadis itu.
Pria itu hanya tertegun dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Perlahan dia pergi ke arah penjual tiket untuk pulang kerumahnya dengan pesawat selanjutnya. Namun pertanyaan gadis itu terus terdengar di telinganya, “Apakah engkau Yesus?”
Banyak orang di dunia ini seperti gadis itu, mereka dalam keadaan buta dan membutuhkan pertolongan. Namun kita yang telah dicelikkan oleh Yesus Kristus jarang yang mau berhenti sejenak dan menolong mereka. Jika kita menyatakan mengenal Yesus, seharusnya kita berjalan dan hidup sebagaimana Yesus hidup. Sehingga ketika kehidupan seseorang bersentuhan dengan hidup kita, dia dapat merasakan kasih Yesus itu. Sudahkah hidup kita mencerminkan kehidupan Yesus?

Kuasa Kebangkitan Yesus Kristus…

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Filipi 3:10-11

Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, hubungan dengan Allah terputus, keadaan rohani manusia yang sebenarnya telah mati dan perlu penebusan atas dosa manusia agar hubungan dengan Allah dapat dipulihkan.

“Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” Rom 3:23.

Syukur kepada Allah bahwa Dia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus agar kita semua yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

Selain menerima keselamatan dari Kristus, kita juga menerima kuasa kebangkitanNya. Kuasa kebangkitanNya-lah yang akan menyembuhkan kita dari sakit penyakit, memberi kekuatan kepada yang lemah, memberi jalan keluar atas setiap masalah, mengadakan mujizat dengan menjadikan yang tidak ada menjadi ada dan mengalahkan setiap pekerjaan si iblis.

Bagaimana agar kita dapat hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus?

1. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Galatia 2:20a

Rasul Paulus telah menyalibkan segala keinginan daging dan segala hawa nafsunya di dalam dirinya. Walaupun dibesarkan dan hidup sebagai orang terpelajar dan mengetahui serta menguasai banyak hal, tetapi dia menanggalkan segala keberadaannya dan membiarkan Kristus menguasai hidupnya. Segala hal yang sebelumnya dia anggap berharga, justru dia anggap sampah oleh karena pengenalannya akan Kristus. Pengenalan akan Kristus menjadi prioritas utama dalam hidupnya, sehingga Tuhan memimpin dan menuntun hidupnya serta memakai kehidupan Paulus dengan luar biasa.
Biarkan Kristus yang hidup dan menjadi raja dalam hidup kita. Singkirkan segala keangkuhan dan kesombongan hidup kita, agar Kristus dapat menjadi nyata dalam hidup kita. Tuhan akan membawa kita masuk ke dalam rencanaNya yang indah dan memakai kehidupan kita menjadi saksi dan teladan bagi banyak orang.

2. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” Filipi 2:5

Inilah kunci bagaimana Yesus dapat menanggalkan segala ke-Allah-anNya untuk menjadi manusia, merendahkan diriNya, rela dihina, direndahkan, disiksa dan bahkan sampai mati di kayu salib yang diperuntukkan bagi orang-orang jahat.
Keinginannya sebagai manusia dinyatakanNya pada saat Dia berdoa di taman Getsemani. Dia berdoa kepada Allah Bapa agar melalukan cawan yang harus diminumNya. Tetapi Dia juga berdoa supaya bukan kehendakNya sendiri yang jadi melainkan kehendak Bapa di surga.

Hiduplah dalam Firman Tuhan dan biarkan Kristus menguasai dan menuntun hidup kita. Belajar peka akan kehendak Bapa dalam hidup kita. Latih kepekaan dengan lebih banyak lagi membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Dengan begitu kita akan lebih mengerti lagi pikiran dan perasaan dari Kristus.

Cobaan yang begitu berat, perselisihan, pertengkaran, segala kekecewaan dan berbagai masalah apapun dapat diatasi ketika kita memakai pikiran dan perasaan Kristus. Kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat. Hidup kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Kita juga tidak lagi mementingkan diri sendiri melainkan juga memikirkan kepentingan orang lain, sama seperti Kristus yang rela berkorban bagi manusia.

3. “Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya” 1 Kor 15:27a

Kebangkitan Kristus sekaligus mendeklarasikan bahwa kematian dan maut tidak dapat menguasai diriNya. KebangkitanNya dari kubur menyatakan bahwa Kristus dapat menaklukkan kuasa maut.

“Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Wahyu 1:17b-18

Iblis adalah bapa penipu dan dia akan selalu menipu kita dengan segala tipu muslihatnya. Iblis tidak suka jika kita menerima keselamatan dari surga dan dia akan berusaha dengan segala cara untuk dapat menarik kita untuk jatuh kembali kepada dosa.

Segala tuduhan yang muncul dari dalam pikiran kita merupakan salah satu cara dari iblis agar kita tidak menggunakan kuasa yang telah diberikan kepada kita (Kis 1:8). Iblis akan selalu membuat kita merasa tidak layak dan kalah dalam setiap pergumulan kita.

Jangan mau diperdaya oleh si iblis, karena Yesus Kristus telah menang untuk memberi kita kemenangan. Cukup satu kali saja karya salib Kristus dan kita menjadi menang untuk selamanya.
Singkirkan segala keraguan dan tudingan yang muncul dalam pikiran kita, yakinlah dan gunakan kuasa yang telah diberikan bagi kita untuk mengalahkan musuh, sehingga kita dapat berkata, “Hai iblis, kau tidak berhak lagi menganggu hidupku!”

“Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” 1 Korintus 15:54b-55

Kebangkitan Kristus memberikan kita keselamatan sekaligus kuasa untuk menjalani hidup ini sebagai pemenang. Mari raih kemenangan itu dengan hidup berjalan bersama Kristus. Haleluya!

 

Disadur dari Renungan Harian Pelita Hidup