Renungan Minggu Pertama Juli 2016

“Kamu Tidak Haus Lagi”

(Yoh. 4: 4-26)

Ada 3 pesan sederhana dari pembacaan hari ini :

  1. Upaya rekonsiliasi/ perdamaian, memperbaiki hubungan.
  2. Sesuatu yang akan mengisi kekosongan jiwa, perempuan Samaria ini mengalami kekosongan jiwa, ada kekosongan dalam hidup ini yang tidak bisa diisi oleh apa pun.
  3. Ingin memberitahukan kepada kita cara ibadah yang benar.

Beberapa catatan di luar teks :

  1. Ada kebiasaan menimba air pada waktu pagi dan sore, tetapi perempuan Samaria ini datang jam 12 tengah hari. Ada apa? Kenapa? Ternyata dia sementara dikucilkan, ditolak karena kawin dengan banyak laki-laki tanpa status. Menghindar tidak menyelesaikan masalah.
  2. Sedikit di luar batas; aneh karena murid-muridNya disuruh membeli makan dan Yesus sendiri bertemu dengan perempuan Samaria.Yesus ingin mempersiapkan jalan yang baik, karena perempuan ini sedang menghindar dari orang banyak.
  1. Ketika Yesus meminta air, dengan segera perempuan ini tahu Yesus adalah orang Yahudi.
  2. Seorang Rabi tidak pantas berbicara di tempat umum seperti sumur, apalagi dengan seorang perempuan asing (Samaria). Secara etik tidak baik, tetapi ini yang Yesus mau lakukan, Ia tidak menunggu, dengan cepat Ia ingin berbuat sesuatu, Yesus yang berinisiatif.
  3. Mengkondisikan secara baik, percakapan dengan perempuan ini dengan bahasa yang ringan dan kemudian direspon dengan baik.

Pikiran perempuan ini hanya tertuju pada air yang ada, ia hanya melihat persoalan yang kecil. Yesus kemudian membedakan air yang tidak membuat haus lagi dengan perkara dunia. Yesus langsung pada inti dengan ingin memanggil suami dari perempuan ini, namun perempuan ini tidak merasa tersinggung dan dihakimi. Yesus bangun kondisi relasi yang baik, lalu masuk pada inti masalah. Sekarang kekosongan yang dialami oleh perepmpuan ini terisi, karena Yesus menawarkan pelepasan dengan cara meminum air kehidupan.

 

Perubahan yang harus kita lakukan agar tidak mengalami kekosongan jiwa :

  1. Doa & penyembahan oleh Roh dan kebenaran, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, itu berarti perdebatan mengenai tempat tidak penting lagi. Penyembahan dalam Roh dan kebenaran memberi jalan keluar dan kelepasan bagi setiap kita, dan kehidupan kita mesti selaras dengan Dia yang kita sembah.
  2. Penyembahan bukan sebuah pengalaman emosi/ perasaan tetapi sebuah penyembahan yang dibangun diatas kebenaran.
  3. Penyembahan merupakan perpaduan kebenaran, kekudusan, gairah, dan ketulusan.
  4. Menyembah dalam Roh dan kebenaran tidak boleh manusia merasa puas lebih dari Allah dimuliakan. Allah dimuliakan dalam penyembahan.
  5. Penyembahan dalam Roh dan kebenaran harus ada pengakuan, hari ini saya mengaku takluk di bawah kuasa Allah.
  6. Penyembahan dalam Roh dan kebenaran membuat Tuhan satu-satunya pusat, bukan manusia. Amin.

 

 

Pdt. Yandhi Manobe, S.Th

Comments

comments