Renungan Minggu Keempat April 2016

HIDUP DALAM PIMPINAN ROH ALLAH

Kolose 3:5-17

Jemaat Kolose menghadapi tantangan-tantangan dalam pertumbuhan rohani yang berasal dari luar diri mereka, yaitu ajaran-ajaran sesat, dan juga yang berasal dari dalam diri mereka, yaitu keinginan-keinginan duniawi untuk berbuat dosa. Rasul Paulus menyebut jemaat Kolose sebagai orang-orang yang telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya (ayat 9) yang mengindikasikan bahwa jemaat Kolose adalah orang-orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun, masih ada sifat-sifat manusia lama yang masih tinggal dalam hati mereka; hidup mereka belum menggambarkan arti pengikut Kristus sebenarnya. Firman Tuhan kepada jemaat Kolose sangat relevan dengan kehidupan orang-orang Kristen di zaman sekarang karena orang-orang Kristen zaman sekarang juga menghadapi tantangan-tantangan yang sama, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri mereka. Kita dapat memahami kata “menanggalkan” dalam kalimat “menanggalkan baju” yang berarti “melepaskan”. Dalam perikop ini, “menanggalkan” dapat dipahami sebagai  “mematikan”: mematikan segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala (ayat 5) dan “membuang”: membuang marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut (ayat 8).

Bila kita membaca surat Kolose, yang ditulis oleh rasul Paulus kepada saudara-saudara yang kudus dan percaya di Kolose, kita melihat pasal 3 didahului dengan uraian Paulus mengenai kepenuhan hidup di dalam Kristus sebagai manusia baru. Dikatakan dalam pasal 2 ayat 6-7 demikian : “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu…” Ada suatu pola yang jelas, di mana setiap orang percaya dilahir-barukan oleh Roh Kudus dan hidup sepenuhnya bagi Allah. Hidup yang tetap, berakar, dibangun, dan bertambah teguh di dalam Allah. Hal ini berarti kehidupan spiritualitas kita mengalami kepenuhan di dalam Allah.

Kepenuhan di dalam Allah yang adalah kasih, menuntun setiap orang percaya untuk mengekspresikan “kasih” yang baru itu di dalam kehidupannya sesehari, ayat 12-14 : “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan, dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat juga demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Tentu, kita mengerti apa itu belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran. Kelima hal ini menjadi dasar kita untuk mengekspresikan kasih kita pada sesama.

  1. Banyak orang mencari standar /aturan dalam menjalankan kehidupannya. Disini Paulus memberikan suatu prinsip dalam hidup kekristenan yaitu: lakukan dalam nam Yesus. Lakukan dalam nama Tuhan Yesus, lakukan sesuai dengan kehendak Yesus. Ketika kita melakukan sesuatu berdasarkan kehendakNya maka Ia yang akan memberi kita kekuatan
  2. Dalam semua yang kita lakukan kita harus mengucap syukur kepada Allah. Denga mengucap syukur kita sadar bahwa apa yang kita terima dan capai adalah karena anugrah dari Allah semata. Amin

                                                                                                     Ringkasan Khotbah : Pdt. Budieli Hia, M.Th

Comments

comments