PENTINGNYA MENJAGA HATI DENGAN FIRMAN TUHAN
Ada suatu cerita dari negeri Cina. Di suatu desa kecil hiduplah seorang janda miskin bernama Siu Lan beserta seorang anak perempunnya yang baru berumur 7 tahun bernama Lie Mei. Mereka hidup sangat miskin dengan mata pencaharian utama adalah membuat dan menjajakan kue-kue di pasar. Kemiskinan dan penderitaan ini tidak membuat Lie Mei anaknya bisa bermanja-manja dengan ibunya. Pada suatu pagi di musim dingin, selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang untuk menjajakan kuenya mengalami kerusakan berat. Karena itu, ia berniat untuk membeli yang baru dan menyuruh Lie Mei kecil untuk menunggu di rumah dan jangan kemana-mana. Namun sepulangnya dari membeli keranjang, Siu Lan menjadi sangat murka karena melihat pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei sedang pergi entah kemana. Ia marah-marah dan mengutuki putrinya yang tidak tahu diri. Sudah hidup susah tapi kok masih pergi bermain dengan teman-temannya.
Maka, untuk memberi pelajaran pada kelakuan anaknya tersebut, Siu Lan sengaja mengunci pintu rumahnya dan pergi menjajakan kuenya. Sepulangnya ia dari menjajakan kue beberapa jam kemudian, ia sangat kaget begitu menemukan Lie Mei sudah terbaring meringkuk kaku tak bernyawa di depan pintu rumahnya yang dikunci. Siu Lan berteriak-teriak histeris sambil menggoncang-goncangkan tubuh kaku anaknya yang telah mati. Sebongkah penyesalan besar menyesaki dadanya. Tiba-tiba, jatuhlah sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Tenyata itu adalah sebungkus bingkisan kecil yang berisi sebuah biskuit yang ditutup dengan kertas usang bertuliskan tulisan tangan anak semata wayangnya tersebut, “Mama sayang, Mama pasti lupa. Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Sengaja aku membelikan biskuit kecil ini sebagai kejutan! Uangku tidak cukup untuk membeli yang besar. Oh ya, semoga Mama tidak marah karena Lie Mei tidak pamit lebih dahulu tadi. Selamat ulang tahun Mamaku tercinta, peluk cium dariku…” Hancurlah hati Siu Lan membaca surat terakhir anaknya tercinta tersebut, dan penyesalanpun datang bergulung-gulung menghantam hatinya.
Inilah sebuah kisah yang memilukan karena orang gagal menjaga hatinya dengan baik. Karena kecenderungan dosa, hati manusia menjadi cemar, tidak lagi terjaga dengan baik. Akibat pertahanan yang terbuka, segala polusi dan racun hati mudah sekali masuk. Kemarahan, ketidaksabaran, ketakutan, cepat berburuk sangka, berpikiran negatif, membalas dendam, dan berbagai polusi hati mudah memasuki hati manusia. Jika emosi sudah sampai di ubun-ubun, manusia seringkali melakukan hal-hal yang konyol.
Sebab itu, Amsal 4 : 23 ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati kita. Menjaga hati adalah suatu perbuatan yang disengaja , dikondisikan dan harus dilakukan setiap waktu dimanapun kita berada dan kapanpun kita ada. Mengapa? Karena pencobaan dan godaan bisa datang sewaktu-waktu. Sebagai anak-anak Tuhan, bagaimana caranya kita bisa menjaga hati?
1. Selalu isi hati kita dengan Firman Tuhan, karena Firman Tuhan adalah kompas yang menunjukkan arah yang benar di tengah-tengah nilai dan moral dunia yang kacau.
2. Jaga hubungan yang intim dengan Allah setiap saat, persekutuan yang akran dengan Abba, Allah Bapa yang penuh kasih akan meneduhkan hati kita dan memberi perspektif yang sehat dalam menghadapi masalah.
3. Latihlah responmu hanya untuk bereaksi yang positif dan membangun. Practice makes perfect.
Jangan sampai kita menyesal karena telah membiarkan hati kita tidak terjaga dengan baik. Jagalah hati kita dengan sebaik-baiknya, karena disitulah terpancar kehidupan. Larry NK – WISH
Disadur Dari Renungan Harian Kristen