Renungan Harian 29 September 2015

BUNGA UNTUK SEORANG ATEIS

Suatu kali, seorang Kristen bertanya kepada seorang ateis ketika mereka sedang berjalan bersama melalui padang rumput. Orang Kristen itu bertanya, “Siapa yang menciptakan semua bunga yang indah ini?” Jawab teman ateisnya, “Lupakanlah! Jangan mulai lagi dengan pembicaraan bodohmu mengenai Allah. Bunga itu ada karena tumbuh sendiri.” Orang Kristen itu tidak membantah.

Beberapa hari kemudian, orang Kristen itu diundang oleh teman ateis ke rumahnya. Di ruang tamunya, ada sebuah lukisan bunga yang indah. Teman ateis ini bertanya kepada orang Kristen tersebut, “Siapa yang melukis lukisan ini?” Orang Kristen ini menjawab, “Jangan mulai lagi dengan percakapan sampah tentang agama! Tidak ada seorang pun yang melukis bunga-bunga ini. Mereka ada di lukisan ini karena usaha mereka sendiri. Alam yang membuat bingkai yang berukir ini. Lalu, dengan usahanya sendiri lukisan ini melompat ke tembok, tempat bingkai ini berada, tidak ada seorang pun yang menggerakkan mereka.” Sang ateis menganggapnya sebagai gurauan yang payah. Tetapi, orang Kristen ini bertanya, “Apakah logis memercayai bahwa ketiga bunga di dalam lukisan, yang tidak wangi dan tidak hidup, pasti telah diciptakan oleh seseorang, sementara jutaan bunga yang hidup dengan keharuman di lembah-lembah dan perbukitan tidak diciptakan?”

Allah adalah misteri. Yesus mengajarkan kita untuk berkata: “Bapa kami yang ada di surga,” bukan “Bapa kami yang berjalan di jalanan dan dapat ditemui oleh setiap orang di setiap sudut jalan.” Ia di dalam dunia yang tersamar. Yang paling dapat kita katakan mengenai Dia yaitu, Ia adalah Pribadi yang di atas segalanya, yang tidak dapat dipahami. Akan tetapi, Allah telah menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus, Anak Allah, yang pernah datang ke dunia. Perjanjian Baru mengatakan bahwa kasih Kristus, Anak Allah, begitu besar pada manusia sehingga Ia berdoa untuk para pembunuh-Nya, bahkan ketika Ia menanggung rasa sakit di atas kayu salib. Adalah sukacita terbesar bagi-Nya mengampuni dosa yang terbesar.

Diambil dan disunting dari:

Judul buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei — Juni 2009
Penulis : Richard Wurmbrand
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2009
Halaman : 2

 

 

Disadur dari Renungan Wanita Kristen

Comments

comments