Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
Tak dapat disangkal, apapun yang kita miliki jika tidak dibubuhi berkat Tuhan, tidak akan berarti banyak buat kita. Cucuran keringat yang menghasilkan sesuatu dalam pekerjaan kita, sering tidak bisa dinikmati. Kalaupun bisa dinikmati tidak membuahkan kepuasan. Kita seperti sedang menyimpan harta di pundi-pundi yang berlubang. Hal inilah yang sedang dialami Yehuda semasa Hagai melayani. Ayat di atas menggambarkan kenyataan itu.
Lantas, bagaimana agar kita tidak mengalami hal itu terus-menerus? Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa berkat apapun yang kita terima, sumbernya dari Allah. Bukan keringat dan usaha kita semata-mata yang mengalirkan pendapatan itu. Pekerjaan dan usaha kita hanya sarana yang dipakai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan. Artinya kita harus tetap mengingat untuk mengembalikan apa yang harus kita persembahkan kepada Tuhan.
Berikutnya, kita juga harus mengingat bahwa ada orang-orang lain di sekitar kita yang bergumul untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan hidup. Pekalah dengan kondisi itu dan selalu siap sedia untuk menjadi kepanjangan tangan Tuhan dengan membantu mereka.
Yang terakhir, milikilah kebijaksanaan Allah untuk mengelola berkat-Nya secara bertanggung jawab. Kita harus bisa menabung setelah ‘membayar’ kepada Allah dan sesama. Kiranya menjadi inspirasi Anda, dan pundi-pundi Anda tak berlubang lagi.
Mintalah hikmat kepada Allah untuk mengelola semua berkat kita.