GEREJAKU ATAU GEREJANYA?
(Yoh. 20:19-23)
Umumnya ketika kita melihat kuasa gelap kita menjadi takut, karena seringkali kegelapan itu dianggap dikuasai oleh kuasa gelap. Ketakutan akan gelap juga seringkali berkaitan dengan serangan ataupun ancaman dari luar.
Demikian pula yang dirasakan oleh para murid pada waktu itu. Di malam yang kelam mereka mengalami ketakutan yang dalam. Hal ini dibuktikan dengan pintu-pintu yang tertutup rapat. Mereka merasa begitu terancam, pintu yg terkunci seakan memberikan keamanan bagi murid-murid. Kalau mengikut Yesus dikatakan akan merasa selalu nyaman, rasanya tidak juga. Bagi mereka yang mengikut Yesus dan berpikir akan aman, mungkin perlu melihat bahwa para murid diutus bagai domba di tengah serigala. Jalan yang ditunjukkan oleh Yesus juga adalah jalan Via Dolorosa (Jalan Penderitaan). Hal ini membuktikan bahwa mengikut Yesus bukan hal yang mudah.
Murid-murid tentunya mendapatkan ancaman setelah Yesus mati karena mungkin saja mereka sasaran selanjutnya. Ketika itu Yesus datang dan berkata, “damai sejahtera bagi kamu.” Perkataan ini membawa sukacita karena Yesus menghampiri mereka. Kata “damai sejahtera” yang pertama diucapkan Yesus untuk memulihkan murid-murid, dan kedua ia berkata lagi, “karena Aku sudah memulihkan maka Aku mengutus kamu untuk menyatakan Shalom bagi dunia ini.” Sama seperti bapa mengutus Yesus, Yesus mengutus gereja untuk menyatakan kemuliaan Allah.
Kita dapat melihat gereja secara hakekat dan gereja secara realita. Gereja dalam Perjanjian Baru diberikan beberapa istilah, “umat Allah bait Allah, domba Allah,” dsb. Gereja secara insani yaitu kita ini sebagai manusia. Sebagai realitas, gereja ada di dalam dunia tapi tidak dari dunia. Kepala gereja adalah Kristus. Gereja biasa terdiri dari 3 aspek, yaitu: manusia, gedung, dan realitas Ilahi. Jangan sampai orang baik di dalam gereja tapi garang diluar gereja karena melihat gereja hanya sebagai tempat. Kelihatannya saleh tapi ternyata sadis.
Kita melihat bahwa gereja terdiri dari empat fungsi:
- Penginjilan: Di gereja merupakan tempat untuk mendengar firman Tuhan dan berita penginjilnya, bukan tempat politik, panggung busana mewah dan pamer kekayaan.
- Pembinaan: Gereja membawa jemaat untuk hidup benar baik di dalam gereja maupun di luar. Gereja menyadari untuk hidup sesuai dengan kebenaran Yesus Kristus. Gereja menjadi sarana untuk membina kehidupan jemaat.
- Penyembahan: gereja menjadi tempat jemaat untuk mengekspresikan penyembahan kepada Tuhan. Hal ini menghindari jemaat untuk tidak menyembah sesuatu yang lain. Dalam gereja semua orang duduk sebagai hamba dan datang menyembah kepada Tuhan.
- Sosial: Gereja yang bersaksi dan berkarya adalah gereja yang menyatakan damai sejahtera bagi dunia ini. Kepedulian gereja terhadap kehidupan ini harus juga digumuli. Gereja seringkali terlalu sibuk dan berdebat di dalam tapi lupa dengan apa yang terjadi di luar. Gereja adalah komunitas yang peduli dengan sesama. Gereja bukanlah pribadi-pribadi yang berambisi pada dirinya sendiri, tetapi mau dengan rendah hati karena datang untuk melayani Tuhan. Amin
Ringkasan Khotbah: Pdt. Delvi Snae, M.Th