Lukas 17:7-10
Cara untuk memahami bahwa pelayanan bukanlah suatu pilihan adalah dengan memiliki cara pandang seorang hamba. Yesus mengibaratkan bahwa jemaat adalah hamba dan Allah adalah sang Tuan. Maka, sudah seharusnya seorang hamba harus melayani sang Tuan.
Di dalam Lukas 17:7-10, Yesus menggambarkan relasi antara hamba dan tuan. Ada dua hal tentang hamba yang digambarkan oleh Yesus yakni hamba adalah milik tuannya 100% dan tugas seorang hamba adalah (harus) melayani tuannya. Memang pada masa itu kedudukan seorang hamba begitu rendah, bahkan ia dianggap seperti sebuah “benda”. Ia tidak dapat menentukan nasibnya sendiri karena dirinya bukan milik dirinya lagi. Ia tidak memiliki nama karena namanya adalah “Milik tuan A” sesuai dengan anting yang dipasang ditelinganya. Ia hanya diperbolehkan berbicara atas dirinya sendiri ketika berada di pengadilan karena diharuskan untuk bersaksi.
Maria dapat menjadi contoh gambaran hamba dan tuan yang baik. Ketika Maria didatangi oleh malaikat Gabriel di Nazaret dan mengetahui bahwa ia sedang mengandung seorang Anak Allah, ia sangat terkejut. Bagaimana mungkin hal itu terjadi? aku belum bersuami? Di umur yang terbilang muda yakni sekitar 16 tahun ia sudah mengandung. Pikirnya apakah yang akan dikatakan oleh orang-orang Yahudi disekitarnya jika mengetahui bahwa dirinya telah hamil diluar pernikahan? Dia bisa dikira telah melakukan perbuatan zinah dan patut dihukum dengan dirajam oleh batu.
Namun, di dalam ketakutan Maria, ia sadar bahwa ia hanyalah seorang hamba Allah yang rahimnya “dipinjami” oleh Allah untuk menggenapkan karya penebusan Allah atas manusia berdosa. Maka, hal itu menyadarinya untuk tetap memilih untuk sepenuhnya taat kepada perintah Tuhan. Ia tahu bahwa hidupnya bukanlah miliknya, selain Allah yang empunya dan tugasnya adalah melayani Allah. Sehingga dengan berani (mungkin sedikit gugup) ia dapat berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Kerelaan diri Maria untuk menjalani pelayanan ini didorong oleh pola pikir bahwa ia hanyalah seorang hamba yang harus melayani Allah sebagai Tuan-nya.
Itulah gambaran kesetiaan yang Yesus ingin umatnya pada hari ini teladani. Suatu ketaatan secara penuh kepada Tuhan, layaknya hamba kepada tuannya. Kerelaaan melayani Allah tanpa banyak dalih dan ketaatan memberi hidupnya kepada Allah tanpa banyak alasan. Ketika manusia pertama jatuh kedalam dosa, manusia menjadi budak dosa. Namun, penebusan Kristus menjadikan kita berpindah dari budak dosa menjadi budak (hamba) Kristus (Roma 6:17-23). Umat Allah “dibeli” melalui darah penebusan Kristus di Golgota.
Pada konteks saat ini ada dua cara untuk melayani Allah, yaitu : pertama, melakukan kehendak Allah. Kedua, ikut dalam pelayanan gerejawi. Bagaimanakah umat dapat mengetahui kehendak Allah? Jawabannya adalah melalui pembacaan Alkitab secara rutin disertai dengan refleksi diri. Umat Kristen juga perlu ikut di dalam pelayanan gerejawi karena di situlah umat dapat bertumbuh di dalam iman dan ikut di dalam menyaksikan kasih Allah bagi dunia. (Josua J. Sengge)
Khotbah pada ibadah rutin Komisi Remaja,Minggu 28 Agustus 2016