Penolakan negara-negara tertentu terhadap usaha penyebaran Kabar Baik tidak membuat hamba-hamba Tuhan mengurungkan niat dan berhenti memberitakan kebenaran Kristus. Banyak hal berbahaya yang akan membuat hamba Tuhan terancam dalam melakukan pelayanan mereka. Seperti yang dialami oleh H, seorang hamba Tuhan yang mengalami tembakan di pundaknya, tetapi ia terus memberitakan Kristus dengan duduk di kursi roda. Kesaksian ini akan menjadi perenungan untuk kita, terlebih lagi supaya kerinduan dan semangat dalam memberitakan Kristus semakin berkobar setiap hari, mengingat bahwa masih banyak orang yang belum mengenal Kristus.
Mudah dimengerti mengapa H tidak pernah mau lagi pulang ke tempat kelahirannya. Mosul, kota kelahirannya di Irak, telah menjadi suatu tempat yang berbahaya bagi orang-orang Kristen. Pemerintah memperkirakan sekitar 10.000 orang Kristen telah meninggalkan kota terbesar kedua di Irak tersebut setelah militan “agama lain” mulai membunuh pemimpin gereja dan meneror orang-orang Kristen pada bulan Oktober 2008. Tindakan ekstremis “agama lain” meneror orang-orang Kristen bukanlah hal yang baru di Timur Tengah. Tetapi Irak mempunyai arti alkitabiah yang spesial. Irak yang disebut sebagai tanah “asal mula peradaban” adalah tanah Adam dan Hawa dan tanah kelahiran orang-orang besar Perjanjian Lama seperti Abraham dan Daniel. Orang-orang Kristen telah tinggal di tanah itu lebih dari 2.000 tahun, dan sekarang militan “agama lain” sedang berusaha mengusir mereka.
H meninggalkan kota kelahirannya, Mosul, untuk tinggal di Lebanon. Tetapi gerejanya di Lebanon memintanya untuk kembali ke Mosul sebagai seorang hamba Tuhan dan merintis gereja-gereja di Irak. Masuk ke dalam zona perang untuk memberitakan Injil di tengah-tengah pertempuran antarkelompok “agama lain” kelihatannya bukanlah tindakan yang ideal, namun H mengatakan bahwa perang membuka suatu kesempatan yang besar untuk pembagian. Banyak orang Irak yang menghadapi kematian setiap harinya sedang mencari kebenaran tentang Tuhan. Mereka merindukan kedamaian dan sukacita, sesuatu yang mereka tidak dapatkan dalam agama mereka. Tidak lama setelah ia kembali ke tanah kelahirannya di Irak, H dan sekelompok orang percaya mendirikan sebuah gereja rumah di Mosul. Hanya dalam waktu lima bulan, gereja tersebut telah menerima 60 orang percaya baru.
Pelayanannya bukannya tidak diketahui oleh kelompok lain. Seorang imam dari tempat ibadah setempat yang takut jikalau orang-orang akan berpindah keyakinan dan masuk ke gereja H menekan pemilik rumah untuk mengusir H. Para tetangga H, yang ramah dan bersahabat ketika ia pertama kali tiba di lingkungan itu, kini siap membunuhnya jika sang imam meminta. Suatu hari, saat H sedang mengemudi sepanjang jalan Mosul bersama ibunya, ia memerhatikan sebuah mobil mengikuti mereka. Mobil itu menyusul mobil H dan ketika sudah sejajar, seorang bersenjata menembak dari dalam mobil itu. H terkena tembakan pada pundaknya. Peluru itu menembus keluar dari tubuh H dan mengenai lengan ibunya. Ibunya selamat dalam penyerangan tersebut dan hanya mengalami luka-luka ringan, tetapi H mengalami kelumpuhan mulai dari pinggang hingga ke bawah. Dokter mengatakan ia mengalami luka tulang belakang dan ia tidak akan dapat berjalan lagi.
H terus membagikan Kabar Baik tentang Kristus kepada yang lain, tetapi hari ini ia melakukannya dari kursi roda di Lebanon. Ia berkata bahwa para hamba Tuhan yang melayani di Irak dihadapkan dengan bahaya yang terus-menerus. “Mereka sedang memikul sebuah salib yang lebih besar dan berat dibandingkan yang dipikul oleh hampir semua orang Kristen. Meskipun situasi sulit, keselamatan jiwa-jiwa sedang terjadi dalam jumlah yang besar di antara orang-orang Irak. Mereka akan pergi dan bersembunyi di bawah sayap Tuhan dan mengenal Dia sebagai Juru Selamat, lalu mereka akan lebih bersemangat dan sungguh-sungguh untuk bersaksi mengenai Kristus pada orang lain seperti mereka.” H memohon doa bagi para hamba Tuhan yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka di garis depan setiap harinya. “Berdoalah agar Tuhan turut campur secara langsung serta memberi kekuatan, semangat, dan kuasa pada kita untuk melakukan pekerjaan-Nya, sehingga kami dapat memberitakan Kabar Kebenaran ke Irak.”
Post On : Ilustrasiku Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Juli — Agustus 2009 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya Halaman: 6 — 7