Kisah Para Rasul 16:13-18
Lidia adalah seorang pedagang yang terkenal sukses. Ia dihormati dan disayangi teman-teman maupun rekan-rekan dagangnya di Makedonia, setelah ia pindah dari Tiatira. Meskipun sukses dan terkenal, Lidia mengetahui bahwa ada sesuatu yang kurang dalam kehidupannya, yaitu keselamatan jiwanya melalui Tuhan Yesus Kristus.
Semula Lidia adalah orang yang tidak mengenal Tuhan. Tetapi, sekitar tahun 30 M, ia menjadi anggota dari sekelompok kecil wanita Yahudi yang berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan Allah. Di situlah ia mengenal serta percaya kepada Allah yang benar.
Rumah Lidia besar dan indah, tetapi karena mungkin keluarganya yang masih belum percaya melarang atau karena mungkin ia sendiri masih merasa segan untuk bergaul di mata umum dengan mereka yang beribadah kepada Allah yang benar, maka kelompok kecil tadi bertemu di tepi sungai untuk belajar firman Tuhan dan berdoa kepada-Nya.
Pada waktu Rasul Paulus berkesempatan untuk melayani kelompok ini, termasuk Lidia dengan ajaran firman Tuhan, mereka sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan Yesuslah Mesias yang telah datang. Jika tadinya Lidia agak malu untuk mengadakan pertemuan atau kebaktian di rumahnya, sekarang sifatnya yang mementingkan diri sendiri sudah berakhir. Segera setelah Paulus membaptiskan mereka di sungai kecil tersebut, Lidia memaksa supaya Paulus dan kawan-kawannya datang ke rumahnya. Wanita yang menarik, cakap, berani, dan berhasil dalam usahanya pada masa kaum wanita belum dapat melakukannya ini dipenuhi dengan keberanian baru yang melukiskan iman setiap orang percaya dalam gereja yang mula-mula. Rumahnya menjadi tempat pertemuan kelompok yang makin bertambah banyak ini. Paulus mengajar dan berdoa bersama-sama mereka.
Lidia tetap melanjutkan kegiatan dagangnya, tetapi pusat dari kehidupannya adalah Roh Kudus yang diam di dalam dirinya. Perlu kita hayati bahwa berpaling kepada Tuhan Yesus bukan tanda bagi seorang untuk meninggalkan pekerjaannya yang semula, dan mencari pekerjaan lain, kecuali bila hal itu melawan etika kristiani. Kita harus melayani Tuhan di mana pun kita berada sampai Dia memanggil kita ke tempat lain.
Lidia, sebagaimana banyak wanita Kristen yang terlibat dalam perdagangan, menghargai iman dan menghidupinya di tengah-tengah rekan-rekannya di dunia dagang.
Pernahkah Anda mendengar bahwa dagang itu licik? Mungkin itu benar, tetapi tidak mungkin semua pedagang demikian. Sebab ada juga pedagang-pedagang Kristen yang hati nurani kekristenan mereka tidak mengizinkan untuk melakukan penipuan dan ketidakjujuran di dalam pekerjaan mereka.
Lidia pasti menjumpai berbagai pencobaan yang sulit diatasi, tetapi ia tetap memberikan keluasan dan kebebasan akan kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam dirinya untuk menguasai dirinya dan memberikannya kemenangan atas segala godaan yang dihadapinya. Tanpa ragu-ragu, Lidia selalu bersaksi sebagai pengikut Tuhan Yesus, baik di toko maupun di tempat lain, di mana pun ia berada. Ia sungguh menghayati firman Tuhan di dalam Matius 5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”
Walaupun baru saja menemukan hidup baru di dalam Kristus, Lidia membuka rumahnya dan mencurahkan tenaganya bagi Tuhan. Ia masih berdagang, tetapi sekarang dengan cara yang memuliakan Allah. Ia melayani Tuhan di mana pun ia berada, baik di tempat kerjanya, maupun ketika mengadakan transaksi dagang dengan para langganannya dan rekan-rekannya. Ia memberikan kesempatan bagi Tuhan untuk menyelamatkan mereka yang perlu dijangkau melalui kesaksiannya. Mungkin ia tidak pernah menjadi pengkhotbah, tetapi ia menghayati iman Kristen yang sejati. Kepada sidang jemaat Tuhan Paulus menulis, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu semua, sebab kamu ada di dalam hatiku….” (Filipi 1:3,7)
Iman dan pelayanan Lidia dan kawan-kawannya menyenangkan Tuhan, sebab Lidia menjadikan Tuhan Yesus Tuhannya di dalam hidupnya bahkan di dalam pekerjaannya.