By
Nats : Ibrani 6:19
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 2; Matius 2; Kejadian 3-4
Harapan adalah sikap yang sehat. Mengantisipasi yang baik membawa kenyamanan bagi pikiran dan hati. Sebaliknya, keadaan putus asa adalah suatu kondisi yang mengerikan. Ini luar biasa dan menyedihkan untuk berpikir bahwa apa yang Anda hadapi tidak dapat diubah atau diselesaikan. Bagi orang yang telah kehilangan semua harapan, kehidupan tampak seperti terowongan gelap yang panjang.
Penulis kitab Amsal bahkan menggambarkan hasil dari perasaan yang tertekan ini: “Harapan yang tertunda menyedihkan hati” (Amsal 13:12a). Emosional, fisik, dan bahkan penyakit mental menghantui orang yang merasa terjebak dalam situasi suram. Tapi saya ingin memberitahu Anda, bahwa selama ada Tuhan, tidak ada situasi yang tanpa harapan. Dalam Dia, kita memiliki janji-janji kehidupan.
Orang-orang percaya memiliki pengharapan yang menyauh jiwa mereka. Hubungan kita dengan Yesus Kristus membawa kita dekat dengan tahta surga, di mana kita dapat melemparkan semua beban kita di hadapan Allah yang Maha Kuasa. Selain itu, kita dapat berpegang teguh kepada-Nya saat berbagai cobaan kita hadapi. Oleh karena kasihNya yang besar, Dia menyediakan kekuatan bagi tubuh lelah, perdamaian bagi pikiran yang cemas, dan kenyamanan untuk hati berduka. Singkatnya, DIA adalah lampu yang lembut di terowongan gelap yang menuntun kita keluar dari berbagai ujian dan pencobaan.
Ibarat kapal, pengharapan adalah jangkar terbaik untuk jiwa kita.
sumber : http://renungan-harian-kita.blogspot.com/2013/03/sauh-bagi-jiwa.html
Categories: Renungan Mingguan
By
Aku bersukacita, sebab aku dapat mempercayai kamu dalam segala hal. (2 Korintus 7:16)
Bacaan Alkitab Setahun:
Zefanya 1-Hagai 2
Suatu siang, saya menemani isteri melihat perhiasan emas di sebuah toko emas di Dubai. Toko itu sedang ramai pengunjung. Setelah menyerahkan sejumlah kalung emas, pramuniaga toko itu meninggalkan kami melihat-lihat produk itu untuk melayani pengunjung yang lain. Saya berbisik kepada isteri saya, “Hebat sekali toko ini. Mereka begitu percaya kepada calon pembelinya. Kok tidak takut emasnya kita bawa lari ya?”
Untuk menghadapi masalah dalam jemaat di Korintus yang kian memburuk, Paulus menulis surat kepada mereka dan mengirimkannya melalui Titus. Ia bersukacita karena Titus membawa kabar baik tentang mereka (ay. 6-7). (continue reading…)
Categories: Renungan Mingguan