All Things New – Segalanya Menjadi Baru

Untuk membuat segalanya menjadi baru diperlukan sebuah worldview (cara pandang) Injil empat-pasal (four-chapter gospel). Apa itu Injil empat-pasal? Injil empat-pasal berbicara tentang sebuah kisah menyeluruh/akbar/besar tentang relasi Allah dengan manusia di dalam Alkitab. Karena itu, Injil empat-pasal adalah sebuah kerangka yang menolong orang Kristen untuk menjalani kehidupannya. Injil empat-pasal dibangun dari rangkaian peristiwa-peristiwa penting dan krusial dalam Alkitab, yakni: creation (penciptaan); fall (kejatuhan); redemptiion (penebusan); dan restoration (pemuliaan). Creation berbicara tentang bagaimana suatu relasi dimulai. Fall bicara tentang bagaimana suatu relasi menjadi rusak. Redemption berbicara tentang bagaimana relasi menjadi pulih. Terakhir, restoration bicara tentang bagaimana suatu relasi diakhiri dengan baik.

  1. Creation. Dalam Kejadian 1:26-27 tertulis, “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’” Bagian ini menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah. Gambar Allah berbicara tentang sebuah kapasitas yang Allah tanamkan/berikan dalam seluruh diri manusia, yakni kapasitas untuk berelasi dengan Allah. Lantas, apa tujuan penciptaan? Allah menciptakan manusia agar manusia diikat dengan mandat budaya. Mandat budaya berbicara tentang mandat/delegasi bagi manusia untuk menjaga dan mengelola ciptaan lainnya. Karena itu, mandat budaya dapat dimaknai sebagai sebuah konteks bagi manusia untuk berelasi dengan Allah dan ciptaan lainnya. Maka, dapat disimpulkan bahwa kisah penciptaan manusia memberikan penjelasan yang clear tentang bagaimana relasi antara Allah dengan manusia dimulai.
  2. Fall. Dalam Kejadian 3:7-13 dituliskan, “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.’ Firman-Nya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’ Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.’” Jika kisah creation menceritakan tentang bagaimana relasi antara Allah dengan manusia dimulai dengan baik, maka kisah fall memberi keterangan tentang bagaimana relasi antara Allah dan manusia menjadi rusak. Alkitab mencatat bahwa kisah kejatuhan menjadi penyebab utama dari rusaknya kapasitas dalam diri manusia untuk berelasi dengan Allah. Hal ini telah menyebabkan setiap manusia tidak lagi mampu berelasi dengan Penciptanya, dan layak menerima ganjaran hukuman kekal.
  3. Redemption à Dalam Roma 3:23-25 tertulis, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” Jatuhnya manusia ke dalam dosa bukanlah akhir daripada segalanya. Melalui kisah redemption, orang percaya diberikan fakta bahwa relasi yang rusak telah diperbaiki. Kisah redemption berbicara tentang penebusan dalam Kristus. Penebusan Kristus telah memulihkan dan memperbaiki relasi yang sudah dirusak oleh dosa. Oleh karena itu, maka manusia dapat kembali berelasi dengan Allah melalui Kristus.
  4. Restoration à Dalam Wahyu 21:1-5 ditulis, “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus,Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.’ Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: ‘Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!’ Dan firman-Nya: ‘Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.’” Kisah restoration berbicara tentang janji pemulihan. Mengapa restoration itu penting? Restoration menjadi penting untuk mengingatkan umat Allah bahwa mereka akan berelasi dengan Allah dalam kekekalan, di mana tidak ada air mata, perselisihan, kecemasan. Lantas, apa yang harus dilakukan orang percaya dalam menanti janji pemulihan? Maka, 1 Korintus 15:68 mengingatkan kepada setiap orang percaya, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Apa artinya? Artinya adalah bahwa pemulihan menjadi satu peristiwa yang pasti akan terjadi, tetapi kepastian tersebut tidak pernah menghilangkan tanggung jawab manusia. Sebaliknya, kepastian bahwa orang percaya akan dipulihkan harus membuat dirinya semakin giat dalam pekerjaan Tuhan, sebab jerih payahnya tidak akan sia-sia. Maka, pemulihan menjadi satu janji yang sangat penting untuk selalu diingat dan dipahami orang percaya. Mengapa? Sebab melalui kisah pemulihan, orang percaya akan mendapatkan jawaban melalui sebuah janji tentang bagaimana relasi antara Allah dengan manusia pasti akan diakhiri dengan baik.

Kesimpulannya, melalui worldview (sudut pandang) Injil empat-pasal, maka orang percaya dapat melihat segalanya menjadi baru. Mereka dapat melihat tujuan hidupnya, mengetahui perannya sebagai orang percaya, dan memandang dunia dengan sudut pandang yang berbeda.

Pembicara  : Calvin Wu pada Ibadah Rutin UPP.Pemuda Kamis 7 Juni 2018

Comments

comments