Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” (Mrk. 1:40)
Cepat menyerah adalah sikap yang mudah kita temui di masyarakat akhir-akhir ini. Ujung-ujungnya, tidak kuat dan berakhir dengan bunuh diri. Tetapi tidak demikian dengan dr. Fredi Setyawan. Pendiri dan pengusaha Natasha Skin Care ini merintis usahanya dari nol. Awalnya Fredi bekerja di sebuah puskesmas di Klaten—Jawa Tengah. Lalu, suatu saat, istrinya ingin melakukan perawatan kulit. Tetapi, betapa kagetnya mereka. Ternyata biaya yang dibutuhkan untuk perawatan sangat besar. Bagi mereka, biaya itu terlalu tinggi. Karena itu, ia terinspirasi membuat kirim untuk perawatan kulit. Ketika mulai memasarkan krim produknya, banyak orang menolak. Ia memasarkan ke toko-toko, namun pasar belum menyerapnya. Kesan yang didapat, masa depan produk itu tidak bertahan lama. Untunglah ia punya karakter pantang menyerah. Semakin ditolak, ia semakin belajar untuk membuat krim yang lebih baik. Sementara orang lain terlelap di balik hangatnya selimut, dr. Fredi terus belajar. Dan, ketekunannya membuahkan hasil spektakuler. Februari 2008, tercatat 36 cabang Natasha Skin Care tersebar di seluruh nusantara. Jumlah itu tentu akan terus bertambah seiring naiknya respons pasar.
Hari ini, firman Tuhan mengingatkan kita tentang seorang kusta yang namanya tidak disebut dalam Alkitab. Pada zaman itu, orang yang menderita kusta pasti dikucilkan. Termasuk oleh orang-orang terdekatnya. Penyakit kusta identik dengan kutukan Allah. Akibatnya penderita tidak dianggap dalam lingkungan sosialnya. Orang yang sudah dinyatakan kusta oleh iman, harus siap menerima konsekuensi negatif. Namun, penderita kusta yang kita baca dalam ayat di atas sungguh luar biasa. Mengapa disebut luar biasa? Karena ia berani bangkit dari keterpurukannya. Ia datang kepada Yesus. Bayangkan! Mata semua orang tertuju kepadanya. Ia seorang yang sudah divonis najis tiba-tiba menghampiri sang Guru Agung—Yesus Kristus Tuhan. Lalu, apa yang terjadi? Tuhan Yesus pun bereaksi. Yesus bersedia menahirkan orang itu. Ia sembuh. Ia dibebaskan dari segala penderitaan yang demikian menindih. Bagaimana hal itu terjadi? Berawal dari karakter pantang menyerah!
Kita hidup di zaman yang semakin sukar. Jika semangat juang lemah, kita akan digilas oleh krisis. Namun, jika punya semangat baja semua masalah dapat diatasi. Masalah pekerjaan, keluarga dan segudang masalah lain mampu kita atasi bersama Tuhan.
Karena itu, bagi anak-anak Tuhan, tak ada sikap cepat menyerah. Bersama Tuhan kita bisa. Bukankah begitu?
Tidak Cepat Menyerah Sikap Seorang Pemenang