Renungan Minggu Kedua Maret 2017

TELADAN SANG GURU

Filipi 2:5-7; Yohanes 13:1-20

Viadolorosa adalah perjalanan Tuhan Yesus dari pengadilan Pilatus ke Golgota. Jalan yang sekarang dilintasi ketika berziarah sama persis seperti jalan yang Tuhan Yesus lalui, tetapi Gereja Katolik menetapkan jalan itu sebagai viadolorosa. Dua realitas yang melekat pada diri Yesus, Ke AllahanNya dan Kemanusiaan. Yesus bukan dewa, bukan 50 % Allah dan 50 % manusia. Dia 100% Allah dan 100 % manusia. Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi. Ada orang yang sampai hari ini masih menyangkal Keillahian Yesus. Cara untuk mengalami kenyataan realitas manusia, menderita, mati dan dikuburkan adalah dengan menjadi sama dengan manusia.

Iman kita tidak dibangun atas salib yang kosong tapi iman kita dibangun atas dasar kubur yang kosong. Kebangkitan itu menjadi jalan bagi kita ke sorga. Manusia mempunyai dua realitas  tubuh fana tapi jiwa kita kekal. Ketika kita  mati, tubuh mati tapi jiwa kembali kepada Allah.

Yesus sebagai guru dan pemimpin (sebutan Rabbi) sebab dalam Perjanjian Baru dua belas kali disebut sebagai Rabbi/Raff. Yesus dituntut untuk hidup sebagai Guru Yahudi. Tetapi yang Yesus lakukan justru berbeda dari para guru Yahudi. Ia bercerita dengan pemungut cukai, menyusuri daerah orang berdosa, bergaul dengan perempuan dan anak-anak, membiarkan murid “memetik gandum pada hari Sabat, menyembuhkan orang pada hari Sabat”.

Hal itu membuat Yesus tidak diterima oleh orang Yahudi pada umumnya. Keteladanan sebagai penganjur, punya banyak murid, tapi khusus dua belas orang ini, tidur, makan, melayani bersama. Sebagai Guru Ia mempunyai metode, teknik dan cara yang luar biasa termasuk mengalami secara langsung apa yang diajarkan Yesus dalam keadaan dilematis. Dia tenang dan diam menentukan sikap yang luar biasa. Ia mengambil air dan membasuh kaki muridNya. Guru pahlawan tanpa jasa. Yesus mendidik muridNya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu merendahkan diri.

Yesus sebagai Pemimpin tidak ada diantara kita yang mau menjadi hamba. Jadi pemimpin itu enak. Nama besar, duduk didepan, makan lebih dahulu, pintu dibukakan, tas dibawakan. Yesus tetap seorang Pemimpin yang baik dalam segala kehebatanNya. Ia hidup sebagai Raja yang tinggi luhur tapi merendahkan diri seperti seorang hamba. Yesus Maha Tinggi tapi merendahkan diri. Hidup itu sebagai roda ; Hidup itu berputar. Kalau saat ini kita ada diposisi strategis berlakulah dengan wajar, jangan mentang-mentang. Jangan sampai orang yang kita hina, suatu saat menjadi pemimpin kita. Yesus menghadapi luka ketidaksetiaan dari murid-muridNya. Dia menghadapi dengan tenang. Yesus gelisah, galau, apa yang kita lakukan jika menghadapi ketidaksetiaan pasangan hidup menurut teladan Yesus. Mari kita bergumullah, jadilah kuat karena akan tiba waktunya mereka kembali kepada kita.

Yesus Sang Guru dan Sang Pemimpin. Yesus bersikap sangat ramah, Pemimpin selalu benar. Pemimpin selalu posisi positif dan staf selalu negatif. Yesus di detik terakhir menhadapi maut, Ia tetap Pemimpin dan Guru yang baik dan rendah hati. Amin !

 

                                                                                             Ringkasan Kotbah : Pdt. Delvi Poyk-Snae, M.Th

Comments

comments