Peka Terhadap Suara Tuhan

Lebih dari 200 orang luka parah dan 60 orang kehilangann nyawanya ketika Hotel LaSalle di kota Chicago, Amerika Serikat, terbakar pada dini hari tanggal 5 Juni 1947.
Sepuluh orang di antaranya meninggal, karena melompat dari jendela kamar mereka di lantai atas.

Sebelum api mengamuk, seorang usahawan Chicago menelepon istrinya dari salah satu kamar hotel itu.
Dia memberitahunya bahwa ia sedang bermain kartu dengan beberapa temannya. Istrinya menyuruhnya pulang.Namun usahawan itu keberatan.
Ia tidak peduli atas permintaan istrinya itu. Usahawan itu mengatakan bahwa ia akan menyelesaikan satu putaran lagi baru kemudian pulang ke rumah.
Tetapi beberapa menit sebelum permainan kartunya selesai, api berkobar. Usahawan itu mati dalam nyala api yang mengerikan itu.

Para regu penolong menyeret tubuhnya yang hangus dari reruntuhan hotel itu keesokan harinya. Semua itu menimpanya, karena dia tidak mau berhenti berjudi sampai satu putaran lagi.

Hidup manusia itu tidak diketahui kapan berakhir. Caranya berakhirnya hidup itu pun tidak pernah diketahui.
Seolah-olah dalam hidup ini orang meraba-raba tentang hari esoknya. Orang tidak bisa memastikan apakah semenit kemudian dia masih hidup atau sudah meninggal.

Kisah di atas menunjukkan bahwa orang tidak peduli akan hidupnya. Orang hanya mencintai dirinya sendiri dengan mengikuti kesenangan pribadinya.
Orang tidak peduli bahwa ada sesamanya yang membutuhkan kehadirannya. Kesenangan pribadi itu ternyata berakibat fatal terhadap hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus hidup di bawah naungan Tuhan.
Orang yang hidup di bawah naungan Tuhan itu senantiasa mendengarkan suara Tuhan.
Tuhan berbicara lewat orang-orang yang ada di sekitar kita.
Tuhan berbicara lewat tanda-tanda yang ada di sekitar kita. Karena itu, kita dituntut untuk peka terhadap suara Tuhan itu.
Kita dituntut untuk peka terhadap tanda-tanda jaman di sekitar kita.

Setiap hari kita menerima banyak hal baik dari Tuhan dan sesama.
Hal-hal itu merupakan tanda-tanda jaman di mana kita masih diberi perlindungan oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.

Karena itu, mari kita syukuri penyertaan Tuhan itu dan senantiasa mendengarkan suaraNya dalam hidup kita.

Comments

comments