Renungan Minggu Keempat Oktober 2016

KASIH ITU RELA BERKORBAN

(MAT. 18:1-5)

 

Kesibukan adalah salah satu penyebab keluarga kehilangan kasih. Kesibukan dapat membuat orang-orang yang kita kasihi menjadi korban. Banyak orang tua sibuk untuk bekerja. Suami bekerja untuk memenuhi kebutuhan bahkan ada yang berkata bahwa mereka bekerja demi anak-anak. Kesibukan yang seperti ini justru mengorbankan anak-anak dan bukanlah demi mereka. Hal ini membuat anak-anak tidak punya lagi waktu dengan orang tua. Tidak heran justru anak sering kali dibentuk oleh perilaku dan karakter dari pembantu atau opa-oma. Terkadang orang tua juga kerap kali mengeluh karena anak susah diatur, karena mereka sendiri jarang mengatur anak-anak mereka.

Kenakalan remaja pun kita lihat semakin marak. Kalau kita melihat gaya hidup modern, banyak keluhan yang disampaikan baik dari orang tua maupun anak-anak. Ternyata keduanya memiliki kebutuhan yang sama, yaitu KASIH. Pengorbanan yang bermakna dapat dinikmati bersama melalui kasih yang diberikan satu dengan yang lain. Seberapa banyak komunikasi yang terjadi diantara keduanya juga penting. Anak-anak sebenarnya tidak membutuhkan materi, tapi mereka butuh belaian kasih, pelukan cinta dari papa-mama mereka.

Sesuai dengan teks pembacaan kita, hubungan orang tua dan anak adalah menyangkut kerajaan sorga. Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga dikatakan adalah anak-anak. Mengapa demikian? Pemilik Kerajaan Sorga adalah Allah dan anak-anak adalah anugerah. Anak adalah titipan dari Allah yang mulia.  Anak-anak mendapat sajungan dari Allah, sebagai model pribadi yang terbesar dalam kerajaan-Nya. Banyak hal buruk yang dilakukan oleh kita sebagai orang tua, menjadi contoh teladan buruk buat anak-anak. Firman Tuhan berkata kalau kamu tidak bertobat dan menjadi sama seperti anak-anak, maka kamu tidak layak untuk Kerajaan Sorga. Hal ini merujuk kepada iman dan ketulusan dari anak-anak di hadapan Tuhan.

Anak adalah warisan yang Tuhan berikan kepada setiap kita sebagai orang tua. Pertama adalah warisan fisik. Secara fisik akan lebih tampak sama dengan orang tuanya. Kedua, warisan materi. ketiga, warisan rohani. Bagaimana dengan warisan rohani yang kita berikan kepada anak-anak kita? Kembali ke teks pembacaan kita, mengapa di sini Yesus memakai figur anak? Jawabannya adalah karena mereka polos, apa adanya, demikian mereka juga itu pemaaf. Karena itu kita seharusnya komitmen, sebagai orang tua untuk memberi kasih kepada anak-anak, sebagai bentuk dari tanggung jawab kita di hadapan Tuhan.

 

Ringkhasan Khotbah: Pdt. Elsa Maramba-Kebang

Comments

comments