Renungan Minggu Ketiga Oktober 2016

KASIH ITU TIDAK CEMBURU

(1 KOR. 13:1-8)

 

Dalam bulan keluarga ini menjadi saat di mana kita tidak hanya melihat sesuatu yang di luar tetapi melihat juga pada sesuatu yang di dalam. Istilahnya adalah introspeksi. Berasal dari kata, intro yang berarti ke dalam, dan kata inspeksi yang berarti memeriksa. Jadi dapat disimpulkan bahwa introspeksi adalah bagaimana seseorang berusaha untuk memeriksa kembali ke dalam dirinya. Dalam kitab Zefanya, Allah mengaitkan kata “’memeriksa” dengan kata “menggeledah.” Istilah menggeledah ini lebih dalam artinya sehingga baik sekali jika kita menyadari kehidupan kita dengan berusaha untuk menggeledahnya. Penggeledahan ini menunjukkan bahwa tidak ada sudut sempit yang tidak bisa dilihat, terlebih lagi oleh Allah.

Kasih itu kata yang familiar dan dekat dengan kehidupan kita. Salah satunya adalah kata “Agape” dalam bahasa Yunani dari kasih. Sederhananya, Agape berarti kasih pengorbanan. Kasih yang nyata secara Agape itu adalah Kasih Kristus di kayu salib. Kasih yang penuh pengorbanan diwujudnyatakan oleh Kristus yang mengorbankan diri-Nya untuk penebusan atas dosa. Biarlah setiap kita sebagai jemaat Agape adalah jemaat pertama yang rindu untuk terus memiliki kasih pengorbanan, khususnya di dalam keluarga.

Firman Tuhan berkata bahwa jika setiap kita yang memiliki kemampuan yang begitu hebat, mampu berbagai bahasa, punya iman untuk memindahkan gunung, dan mengetahui segala rahasia dunia ini, tetapi tidak punya kasih, semuanya adalah nol besar. Tanpa adanya Agape dalam kehidupan kita, maka semuanya adalah nol besar. Selanjutnya, Paulus menuliskan mengenai apa itu kasih (ay. 4-8). Kasih dapat dilihat sebagai bentuk yang begitu nyata buat setiap kita sebagai orang percaya. Semuanya itu dituliskan untuk menyatakan keagungan akan kasih bagi kehidupan di dalam Kristus. Terlebih lagi jika kita melihat di ayat ke 13, di sana dinyatakan bahwa baik dalam iman dan pengharapan kita, semuanya bermuara kepada titik yang nyata yang adalah kasih. Sehingga kasih menjadi suatu bentuk nyata atau perwujudan dari kehidupan kita sebagai orang percaya.  Seperti dalam Roma 12:18 berkata, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Biarlah ini menjadi nas yang terus mendorong kita untuk dapat melakukan kasih bagi sesama kita.

 Ringkasan Khotbah: Pdt. Emr. Yance Nayoan, S.Th

Comments

comments