Kisah Di balik Pisang Goreng

Ini kisah nyata yang benar terjadi. Meskipun sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, kisah ini menjadi kisah turun menurun di kalangan Mahasiswa Sekolah Alkitab Lawang – Jawa Timur.

Aturan yang sangat ketat di asrama membuat uang menjadi tidak bernilai di sekolah tersebut. Mereka tidak diijinkan membeli makanan di luar kampus kecuali bila dikirim atau diberi oleh jemaat. Banyak mahasiswa yang menggunakan waktu di antara jam penginjilan dan visitasi untuk mampir ke warung terdekat untuk sekedar membeli bakso, soto atau minum es.

Dari sekian banyak jemaat yang mereka layani, ada seorang nenek tua bernama mbah Ginuk, meski umurnya udah lebih dari 70 tahun, ia hidup sebatang kara tanpa sanak saudara dan harus bekerja sebagai tukang cuci seminggu dua kali dengan gaji Rp. 1,000,- per kunjungan. Setiap seminggu sekali ia selalu memberikan 15 potong pisang goreng untuk bekal bagi mahasiswa yang sedang praktek penginjilan di desanya untuk dibawa ke asrama. Pada mulanya, para mahasiswa menganggap ini suatu pemberian yang menyenangkan dan mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi dengan si pemberi berkat itu. Hingga suatu hari mereka mendapat kabar kalau mbah Ginuk meninggal dunia karena sakit.

Seminggu setelah mbah Ginuk dikubur, ketika para mahasiswa sedang melakukan praktek penginjilan di desa itu, mereka berpikir bahwa tidak akan ada lagi orang yang memberi mereka makanan. Ternyata, salah satu penduduk desa tersebut datang menghampiri mereka sambil menyerahkan bungkusan berisi 15 potong pisang goreng untuk dibawa pulang. Usut punya usut, ternyata mbah Ginuk sebelum meninggal telah menitipkan sejumlah uang ke penjual pisang goreng tersebut. Sejak saat itu mereka menyadari betapa mulianya persembahan yang dilakukan oleh mbah Ginuk bahkan sebelum mati pun ia masih tetap memikirkan “memberi” untuk orang lain.

Cerita tersebut bisa menjadi cermin bagi kita:

1.Kalau kita memberi dari kelebihan kita itu suatu hal yang biasa, tapi belajarlah memberi dari kekurangan kita dan kita akan melihat betapa pemberian kita bisa menjadi berkat yang besar bagi orang lain. Kita akan mengetahui bahwa Tuhan yang kita sembah itu bukan Allah yang suka ingkar janji. Tuhan akan memberkati kita dengan berlipat kali ganda sesuai dengan janji-Nya bahkan tingkap-tingkap langit akan dibukakan bagi kita yang percaya kepada-Nya.

2.Tuhan lebih menghargai pemberian dalam jumlah kecil yang mungkin juga tidak berarti di mata manusia (cuma pisang goreng) tapi diberikan dengan hati tulus ikhlas daripada persembahan mewah yang diberikan dengan pamrih.

3.Ingatlah bahwa kalau kita memberi pada sesama yang membutuhkan, berarti kita memberi pada Tuhan yang menciptakan manusia.

4.Ingatlah pada hukum Tabur-Tuai, apa yang engkau tabur di masa sekarang itulah yang kelak akan engkau tuai di masa mendatang. Menabur kebaikan, menuai kebaikan. Menabur kejahatan, menuai kejahatan.

Comments

comments