Renungan Minggu Keempat September 2016

Sikap Dalam Beribadah (1 Tim. 2:8-15)

Timotius adalah seorang anak rohani Paulus yang mendapat perhatian dengan baik dari Paulus. Oleh karena itu dia mendapat surat pengembalaan dari bapak rohaninya. Seorang yang muda namun memimpin pelayanan gereja. Paulus menyadari pergumulan yang dialami oleh Timotius, salah satunya adalah ajaran sesat yang menyerang baik pria ataupun wanita di dalam jemaat. Memang cukup sulit melihat jurang perbedaan dalam konteks sejarah antara zaman dahulu dan sekarang. Zaman sekarang pria dan wanita memiliki porsi dan skill yang tidak dibeda-bedakan. Cukup sulit untuk menerapkan prinsip Paulus secara universal.

Kita harus melihat permasalahan ini dari frame Kejadian 1-2 untuk dapat memahaminya. Laki-laki dan perempuan diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Keduanya diberikan maksud yang baik. Wanita menjadi pribadi yang mendampingi pria dalam kesendiriannya. Relasi keduanya sebelum kejatuhan menunjukkan suatu kesepadanan. Sedangkan relasi pria dan wanita di dalam jemaat Timotius dalam kondisi tidak ideal. Sehingga Paulus berusaha menarik mereka kembali pada kondisi yang ideal.

Ada dua hal yang dinasihatkan Paulus dan cukup relevan buat kita:

  1. Hal menyangkut sikap laki-laki dalam ibadah (Ay. 8).

Rasul Paulus menasihatkan laki-laki untuk menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan perselisihan. Hal ini berkaitan dengan kemurnian dalam ibadah. Sikap seperti ini merujuk pada mereka yang khusuk dalam beribadah tetapi hatinya masih menyimpan kemarahan. Tidak mungkin seseorang beribadah tanpa tangan yang suci dan memiliki hati yang panas. Nasihat ini juga sebenarnya berlaku juga kepada wanita. Yakobus 2:19-20 menunjukkan bahwa ketika seseorang berdoa tapi masih menyimpan kemarahan, itu tidak berkenan di hati Tuhan.

  1. Hal menyangkut sikap perempuan dalam ibadah (Ay. 9-12).

Hal pertama yang dibahas Paulus adalah masalah berdandan. Ia berkata berdandanlah dengan pantas dan sopan. Jangan kita jadikan tempat ibadah sebagai ajang fashion show, toko butik, atau juga toko emas. Mungkin saja dengan kehadiran kita yang seperti demikian menjadi batu sandungan bagi orang lain. Dandanan wanita Kristen haruslah yang baik, jangan salah kostum. Seorang wanita terlihat cantik kalau berdandan tepat pada kondisi dan tempatnya. Aspek yg mau ditekankan oleh Paulus adalah berkaitan dengan inner beauty yang jauh lebih penting daripada apa yang terlihat di luar. Selain itu, perempuan juga diajarkan untuk berdiam diri dalam pengajaran. Saat zaman Paulus, banyak orang terjerat dalam ajaran palsu. Para perempuan tidak lagi melihat laki-laki sebagai partner dan Paulus menasihatkan itu. Seharusnya, dengan sikap yang benar, kita menjadikan diri kita sebagai pribadi yang hidup memuliakan nama Tuhan bukan mempermalukan nama Tuhan. Perbuatan yang baik adalah dandanan yang baik bagi kita orang percaya.

Ringkasan Khotbah: Pdt. Intan B. Priyono – Manno Radja, S.Th

Comments

comments