Renungan Minggu Pertama September 2016

Pribadi Yang  Merdeka

(Roma 6:15-23)

 

Dalam Alkitab kemerdekaan itu selalu dihubungkan dengan perbudakan (Kel 21:2, Gal 4:30) yang tidak menyenangkan. Perbudakan menyiksa karena seorang budak dianggap milik orang lain, milik majikannya, dia tidak punya hak. Menjadi seorang budak adalah menjalani kehidupan dalam penderitaan. Bangsa Israel tahu perbudakan dan pernah di perbudak oleh Firaun di Mesir (Kel 13:14) . Allah menunjukkan kepada mereka bahwa perbudakan itu ditentang oleh Allah. Perbudakan itu tidak manusiawi. Kemerdekaan yang membuat orang punya masa depan, punya kekuatan untuk hidup.

Sejarah ini untuk menjelaskan kenyataan atau sebuah fakta rohani yang harus mereka sadari sebagai orang yang merdeka. Paulus ingin menyadarkan mereka bahwa bukan hanya bangsanya saja tapi orangnya juga sudah merdeka, sudah ditebus. Paulus membukakan dua fakta. Fakta yang pertama yaitu: hidup mereka menuju kebenaran, dimerdekakan dari dosa, tubuhnya dibawa kepada pengudusan, senang karena buahnya hidup yang kekal, terjadi karena Kasih Karunia. Fakta yang kedua: Hidup mereka sedang menuju kematian, diperbudak oleh dosa, tubuhnya menjadi hamba kecemaran, kedurhakaan, malu karena akan mati, terjadi karena kelemahan. Fakta yang pertama adalah kemerdekaan rohani yang harus mengalahkan fakta kedua.  Karena mereka yang sudah dimerdekakan, jangan mau lagi diperhamba oleh dosa. Luk 16:13  Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon. Seorang yang benar-benar merdeka harus mengambil prinsip untuk menang atas dosa. Dengan demikian, pribadi yang merdeka adalah : mau berjuang melawan perbudakan, benci perbudakan, menghargai Kemerdekaan, punya sikap hidup bermartabat, elit, elegan bukan eksklusif dan individualis. Tidak menyerahkan anggota tubuhnya pada kelaliman, kehidupannya dijaga, diusahakan layak. Tidak sembarangan, saling memperbudak, menindas, menguras (waktu, tenaga, uang), memperdaya dan menekan orang lain. Percaya dan Taat pada Allah.

Melayani Allah bukan melayani Iblis, keberanian dan kedamaian (kasih karunia). Amin

 

Ringkasan Khotbah: Ev. Elen K. Amalo, S.Pd.K

 

 

 

 

 

Comments

comments