HIDUP BERSAMA SEBAGAI BANGSA YANG MERDEKA
(Yesaya 58:1-12)
Berpuasa merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita. Karena kita sering melihat, bahkan sering melakukannya. Kalau dalam konteks internal, biasanya puasa ini dilakukan dalam lingkup persekutuan doa. Mereka selalu berkumpul, berdoa dan puasa. Zaman bangsa Israel, puasa biasanya dihubungkan dengan suatu kegiatan tertentu. Salah satunya adalah untuk mempersiapkan hati mendengar firman Tuhan, atau juga sebagai tanda pertobatan, bahkan tanda kedukaan. Puasa dan doa adalah interposisi antara Allah dan umat-Nya, yang merupakan bentuk perendahan diri dan pengakuan di hadapan Tuhan.
Secara implisit dalam bagian teks, umat Allah dengan rutin berpuasa. Dalam ayat 3 berkata, “mengapa kami puasa tapi Engkau tidak memerhatikannya.” Kehidupan mereka memperlihatkan seolah-olah mereka sempurna dalam melakukan kehendak Allah. Tapi Allah juga tidak memerhatikan mereka. Nabi Yesaya memberi jawab dengan mempertegas bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bukti ketidaktaatan mereka. Secara tegas Allah memerintahkan untuk menegur mereka. Praktek kehidupan mereka tidak mencerminkan umat Allah. Semuanya menjadi rutinitas dan praktik kehidupan mereka tidak sinkron. Mereka menekan orang kecil, berkelahi dsb. Ini adalah hal yang tidak dikehendaki Allah. Seharusnya mereka tekun beribadah, mereka juga harus sejalan dengan kehidupan mereka. Hal yang mereka lakukan sebagai praktik agama, adalah baik. Tapi di balik itu praktik khidupan mereka kebalikan dari kerohanian mereka.
Indonesia sudah merdeka 71 tahun. Di sini kita bisa belajar untuk menjadi masyarakat yang baik dan menjadi berkat. Dengan memberi pajak menjadi salah satu bagian kita yang harus kita lakukan. Berbicara tentang warga dan negaranya, begitu banyak hal yang bisa kita diskusikan. Namun, sebagai orang percaya kita belajar melihat pada kebenaran Kritus sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Ada dua hal yg bisa jadi pedoman bagi kita:
- Allah menghendaki kita taat beribadah kepada-Nya.
- Semua hal yang baik menurut Allah harus kita praktikkan dalam kehidupan kita.
Allah menghendaki kita bukan hanya sekadar mendengar firman Tuhan, tapi juga kita melakukannya.
Ringkasan Khotbah: Pdt. Jeheskial Adam, S.Th, M.Hum