Gereja Yang Mewartakan Kabar Baik
(Ibrani 9:27; 1 Kor 9:16; Yhz 3:18)
Di dalam dunia ini, kita hidup untuk makan? Atau makan untuk hidup? Ataukah berkerja untuk hidup? Atau hidup untuk bekerja? Apa pun alasan kita, seringkali kita terperangkap dalam pemahaman-pemahaman di atas. Tanpa sengaja kita mulai terbawa dalam kondisi seperti ini, kita mulai tidak membawa diri pada persekutuan-persekutuan rohani dan terperangkap dalam situasi yang globalisasi. Kita mati satu kali dan kita tidak dapat menolak realita ini karena kematian tidak dapat dihindari. Persoalannya, setelah kita mati kemanakah kita pergi?
Kita ingat kisah Lazarus dan orang kaya, mereka sama-sama hidup tapi pada akhirnya mereka sama-sama mati. Lazarus pergi kepangkuan Abraham sedangkan orang kaya sengsara di alam maut (Lukas 16:23). Dari kisah ini kita belajar bahwa hidup di dunia ini hanya sekali dan kita dipercayakan untuk berkarya dan memuliakan Allah. Oleh karena itu tiap-tiap kita mestilah mempertanggungjawabkan kepercayaan yang Allah beri bagi kita.Kepercayaan itu kita isi dengan mewartakan kabar baik, atau kabar sukacita bagi dunia ini. Menurut Yhs 3:18, masing-masing dari kita akan dituntut pertanggungjawaban apabila kita tidak mewartakan kabar baik / kabar sukacita / kabar keselamatan pada sesama kita.
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (1 kor 9:16) berkata dalam memberitakan injil kita tidak dapat memegahkan diri tetapi adalah sebuah keharusan bagi kita untuk mewartakan kabar baik itu. Tugas memberitakan injil bukan hanya bagi para Rasul, Hamba Tuhan, Pendeta, Penatua, atau Diaken tetapi tugas semua orang tanpa terkecuali (sopir, PNS, pengusaha, ibu rumah tangga, karyawan, pelajar, dokter, petani dll) sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mewartakan kabar baik.
Selamat menjadi agen pemberita-pemberita kebaikan Tuhan kepada dunia ini, bergantunglah pada Tuhan karena hanya bersama Dia kita sanggup melakukan setiap pekerjaan baik ini. Tuhan memberkati. Amin
Ringkasan khotbah: Pdt. Johari Yohanis, M.Th