Renungan Harian 28 Mei 2016

Memperlakukan sabda Allah dengan benar

Keluaran  14:1-14

 

            Seseorang datang kepada pendeta dengan muka muram, kesal dan penuh kemarahan. Ketika pendeta menghampirinya dia tiba-tiba berkata kepada pendeta “saya tidak mau lagi menjadi seorang kristen”. Kemudian pendeta bertanya kenapa? Ia menjawab karena selama menjadi orang kristen banyak sekali permasalahan dan kegagalan yang ia hadapi. Pertanyaannya, apakah benar ketika seseorang mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan maka perjalanan hidupnya selalu mulus?

Keluaran 14 mengisahkan tentang kehidupan bangsa Israel pada waktu keluar dari tanah Mesir dan masalah selalu menyambut mereka. Allah mengizinkan bangsa Israel untuk mengalami kesukaran. Kenapa bisa demikian?

Ay.2 “balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot” dalam perkemahan itu mereka diperhadapkan dengan kesulitan yang luar biasa karena di depan mereka ada laut Teberau dan di belakang mereka ada padang gurun. Dua-duanya sama-sama tidak memberikan pengharapan untuk hidup melainkan ancaman dan kesukaran bagi bangsa Israel.

Apa maksud Tuhan menyatakan kesukaran bagi umat-Nya dengan mengeraskan hati Firaun dan menempatkan mereka diantara Laut Teberau dan padang gurun?

Kelemahan bangsa Israel sebagai umat adalah orang Israel berseru tetapi marah kepada Tuhan karena KETAKUTAN YANG BERASAL DARI DIRI MEREKA SENDIRI. Yakobus mengatakan dalam suratnya “dari mulut yang satu keluar berkat dan mulut yang satu lagi keluar kutuk”.

Ketakutan orang Israel membuat mereka mengeluarkan kalimat berkat dan kutuk. Bangsa Israel tidak menyadari bagaimana Allah selalu menopang kehidupan mereka dalam perjalanan dari Mesir sampai ketanah Kanaan. Bahwa dalam kesukaran yang mereka hadapi, Allah ingin menyatakan kemuliaan-Nya dan menunjukkan keadilan-Nya terhadap orang-orang Mesir  dan itu bisa disaksikan sendiri oleh orang Israel. Tetapi, karena ketakutan mereka tidak menyadari hal itu tetapi malah marah kepada Tuhan.

Bangsa Israel tidak jauh berbeda dengan penumpang yang sedang naik angkot dan hampir mengalami kecelakaan. Ketika hampir celaka mereka berseru dan minta tolong kepada Tuhan Yesus namun setelah terhindar dari kecelakaan mereka memaki dan marah kepada sopir angkot dengan kalimat-kalimat yang kotor.

Bagaimana dengan saudara dalam menghadapi pergumulan hidup? apakah ketakutan masih ada dalam diri kita ?

Perlakukanlah sabda Allah dengan benar ketika menghadapi pergumulan tanpa keluh-kesah. Dan sadarilah bahwa Allah mengizinkan pergumulan terjadi untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehidupan saudara dan saya.

 

 

 Ringkasan Khotbah : Pdt, E.V.Manu Nale,  S.Th.

Comments

comments