Renungan Harian 24 Maret 2016

Arti Pengorbanan Kristus

Sekian lama kita merenungkan pengorbanan Kristus, tahun demi tahun, bahkan minggu demi minggu berita itu terus diperdengarkan.Seberapa jauh kita sadar dan melakukannya dengan penuh kerelaan dan kesungguhan sebagaimana Kristus melakukannya?

Kapan saat yang tepat untuk bertobat sungguh-sungguh?
Saat diambang kematian kah? Saat masalah itu terlalu berat dan tidak ada orang yang bisa menolong kita? Terkadang beribu janji kita ucapkan disaat pelik demi mendapat belas kasih agar keluar dari permasalahan.
Jika situasi aman… Semua janji lenyap, terlena dengan kenyamanan, terbuai nikmatnya keinginan daging dijamin berbagai alasan untuk membenarkan diri sendiri.

Inikah wajah orang yang ditebus Tuhan?
Inikah ciri seorang anak Tuhan?
Inikah gambaran gereja yang kita tunjukkan bagi dunia ini?

Kita mengaku bahwa kita telah ditebus Tuhan. Kita percaya bahwa Kristus telah menderita bagi kita, tapi yang terjadi adalah…
Marah bila dikritik, benci orang yang memfitnah, dendam orang yang menyakiti, makian bagi yang salah dan teledor. Bahkan pukulan bagi yang menantang.Kristus tidak mempedulikan hak asasinya sebagai manusia dan sebagai Allah.
Sebagai Allah yang agung dan termulia dihina dan direndahkan demikian pula sebagai manusia disiksa dan dianiaya.

Hari ini banyak orang berjuang mendapatkan hak asasinya, ada bantuan hukum bagi mereka yang kehilangan hak asasinya namun disaat yang sama masih banyak orang yang menginjak-injak harkat dan martabat orang demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Saudaraku,
Kristus kehilangan harga dirinya agar harga dan nilai diri kita dipulihkan. Maukah kita merendahkan orang lain? Siapapun dia, butuh dihargai, butuh diberi tempat yang layak, butuh diakui dan diperhitungkan. Karena Allah sangat menghargai setiap orang.

Mat 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Apakah saudara mau pulang dan berkata maaf kepada pembantu saudara? Kepada anak saudara atau istri? Suami?
Kesanggupan melakukan itu adalah bukti kedewasaan iman bukan kesediaan untuk mempermalukan diri sendiri.Malam ini, kita seolah melihat Kristus tersalibkan kembali karena ketidakmampuan kita meninggalkan dosa.
Dalam perenungan akan kasih sayang dan keselamatan yang menjadi jaminan satu kali untuk selamanya, Allah tahu kita ini debu, debu yang tiada arti namun selalu merasa berarti.
Debu menunjukkan ketidakmampuan kita dan kebergantungan kita pada Allah sang pencipta dan penyelamat kita.

Tak perlu tangisan sekeras-kerasnya karena merasa bersalah, tak perlu untaian kata manis sebagai janji pada Tuhan, yang perlu dilakukan adalah kerelaan untuk merendahkan diri dan peduli pada sesama, kerelaan untuk berkorban dan kemampuan menekan diri dari keinginan daging.

Yes 53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.Saat ini kita telah disembuhkan, kita telah dipulihkan untuk memberitakan pekerjaan baik yang telah Allah siapkan. Mari kita hidup didalamnya. God bless

Refleksi malam sengsara Yesus

Comments

comments