Renungan Harian 11 Maret 2016

NYANYIAN DALAM GELAP

 

Ada dua jenis burung kecil yang dengan indah menggambarkan tentang semangat dalam hal bernyanyi. Pertama Skylark (Burung kecil berwarna coklat tua, yang menyanyi bila terbang tinggi di udara berasal dari Eropa, Asia dan Afrika Utara). Burung ini bangun pagi-pagi dan menyambut terbitnya matahari dengan kicauannya. Suaranya yang ramai terdengar seperti sorak-sorai dalam nyanyian.

Lainnya adalah bulbul. Burung kecil berwarna gelap ini bersembunyi di semak-semak dan tak banyak berkicau di siang hari. Namun ketika hari mulai gelap, ia akan berkicau dengan suara yang merdu, lembut dan menggugah dengan nyanyian malamnya.

Dalam hal kerohanian, seperti keadaan alam semesta, lebih banyak di jumpai penyanyi di siang hari daripada malam hari. Padahal sebetulnya kita dapat memuliakan Allah dengan tetap bernyanyi meski berada dalam gelap.

Memang kita suka memuji Tuhan di kala segala sesuatu berjalan lancar, tubuh sehat, keluarga bahagia, dan punya pekerjaan yang baik. Namun, apa yang terjadi bila pencobaan datang? Saat kesehatan terganggu, kesulitan ekonomi, hubungan dengan orang lain retak ditimpa tragedi, disinilah kemurnian iman di uji. Hanya orang yang sepenuhnya berserah kepada Kristus yang dapat tetap memuji dalam gelap.

Sebagai orang Kristen termanis yang pernah saya jumpai adalah orang-orang yang menderita, yang harus terbaring di tempat tidur atau di atas kursi roda, tetapi mereka telah belajar untuk tetap bernyanyi di saat gelap .

 

“JIKA ANDA TETAP DALAM SATU NADA DENGAN KRISTUS ANDA DAPAT TETAP BERNYANYI MESKIPUN DALAM GELAP”

Khotbah pada warta jemaat GMIT Agape  20 April 2014

Comments

comments