Renungan Harian 2 Februari 2016

Layakkah Engkau Marah

Bacaan : Yunus 4 : 1-11

“Layakkah Engkau Marah?” Begitulah pertanyaan Allah kepada nabi Yunus setelah ia mentobatkan penduduk kota Niniwe.Dua kali pertanyaan seperti ini diucapkan Allah.Pertama kali ketika orang-orang kota Niniwe telah bertobat,dan Allah membatalkan hukuman-Nya kepada mereka.Dan kedua kalinya ketika pohon jarak yang ditumbuhkan Allah mnjadi naungan bagi Yunnus dari terik matahari,hanya sehari hidup kemudian layu dan kering.

Terhadap kemarahan Yunus itu,Allah bertanya kepadanya “layakkah engkau marah?”Maksudnya “apakah boleh dan pantas Yunus marah terhadap sikap dan perbuatan Allah itu dalam hal menyelamatkan orang-orang dikota Niniwe?” Menurut Allah,tidak sepantasnya Yunus marah karena Allah pengasih dan penyayang,menyaksikan pertobatan orang-orang itu,setelah Yunus memberitahukan hukuman Allah yang akan menimpa mereka,dan karena itu Allah amat mengasihi mereka dan membatalkan hukuman-Nya itu.Ini sifat Allah yang istimewa,bahwa Allah membenci dosa-dosa manusia,tetapi Ia selalu mengasihi orang-orang berdosa yang bertobat dan menaati kehendak-Nya.Disinilah letak ketidaklayakan amarah Yunus-karena Ia terlanjur salah paham akan sikap dan perbutan Allah,dan menganggap Allah tidak konsekuen dengan janjiNya untuk menghukum orang-orang dikota Niniwe itu.

Pada sisi lain Allah juga hendak mengajar nabi Yunus untuk memahami cinta kasih dan kebaikan hati Allah terhadap orang-orang Niniwe yang ia mau selamatkan.Ketika Allah menumbuhkan sebatang pohon jarak yang rindang daunnya,yang melindungi Yunus dari terik matahari,Yunus amat bersukacita.Tapi besoknya pohon itu layu dan kering,membuat Yunus kesal dan marah karena perbuatan Allah itu.Maka Allah bertanya kepadanya “ Layakkah engkau marah?Sedangkan engkau tidak menanam dan menumbuhkan pohon itu.” Allah berkata selanjutnya “Bagaimana tidak Aku sayang kepada penduduk kota Niniwe yang lebih dari 120.000 orang yang tak mengerti apa-apa?”

Dalam peristiwa ini Allah mengajarkan kepada nabi Yunus suatu kebenaran bahwa sebenarnya ia tidak berpikir seperti yang dipikirkan Allah dengan kasih sayang-Nya,mau menyelamatkan penduduk kota Niniwe dari hukuman yang telah Ia rancangkan itu.Disinilh ketidak-layakkan amarah nabi Yunus,karena sikapnya yang tidak sesuai dengan maksud Allah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa seperti penduduk kota Niniwe itu.

Dari bacaan ini ada tiga hal yang dapat kita catat sebagai pelajaran bagi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah.Yang pertama,Allah adalah pengasih dan penyayang,dan Ia selalu menyatakan kasih setia-Nya yang berisi pengampunan kepada kita orang berdosa.Terhadap sikap Allah ini,kita tidak hanya perlu bersyukur,tetapi juga harus mendorong kita untuk hidup didalam pertobatan dan ketaatan kepada kehendak-Nya.Yang kedua,sikap Allah terhadap nabi Yunus menjadi pelajaran bahkan teguran kepada kita.Bahwa dalam beriman kepada Allah,seharusnya kita pun memiliki cara berpikir dan memiliki pula perasaan hati Allah yang selalu mengutamakan kepentingan banyak orang dan keselamatan mereka,dan bukan hanya kepentingan diri kita sendiri.Kita patut menyatakan kasih sayang kita kepada sesama kita,karena Allah terlebih dahulu tela mengasihi mereka.Yang ketiga,bahwa sifat pemarah atau cepat marah itu bukan sikap yang terpuji dihadapan Allah.Bahkan sifat pemarah itu justru akan merusak citra diri kita,karen aitu alkitab memperingatkan kita untuk menjauhi sifat itu sebagaimana disaksikan dalam Yakobus 1 : 19-20.Amin.

Pdt.John St.Yusuf,S.Th

Comments

comments