Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.”
Mengucap syukur adalah salah satu kunci dalam kebangunan rohani. Seringkali kita lupa mengucap syukur, karena terlalu dikuasai rasa tidak puas dan kemaruk.
Kita berpikir, “Ah, seandainya saya diterima kerja di perusahaan anu, maka saya akan bahagia dan bersyukur.” Kemudian setelah diterima di perusahaan tersebut, maka kita mulai merasa tidak bahagia dan berpikir, “Ah, seandainya saya dapat menjadi manajer…” Dan seterusnya, menjadi direktur, pemilik perusahaan, orang terkaya dan seterusnya. Kita tidak pernah merasa puas. Amsal 21:26 menuliskan, keinginan membangkitkan nafsu sepanjang hari. Sekali Anda berketetapan mengikuti keinginan Anda sendiri, Anda akan dijeratnya.
Mengucap syukur kepada Allah adalah pilihan kita sendiri dan tidak ditentukan oleh keadaan. Tidak mungkin dalam kehidupan Anda tidak ada sesuatupun yang tidak dapat disyukuri bukan? Samuel dengan bijaksana mengakui kebaikan Tuhan dalam setiap langkah yang dia lalui. Selepas orang Israel memukul orang Filistin di Mizpa, Samuel bersyukur dan mengingat bahwa Tuhan menolong dia sampai di situ.
Dan tangan Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Ayat selanjutnya melukiskan dengan sangat-sangat indah, “Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel…”
Mengawali tahun ini, maukah kita berhenti sejenak saat membaca untaian kalimat ini dalam sikap berlutut dan berbisik kepada-Nya, “Sungguh Tuhan, Engkau telah menolong aku sampai di sini. Aku mengucap syukur…”
Rayakanlah kebaikan Tuhan dalam hidup Anda, sampai hari ini Tuhan tetap BAIK.