Renungan Harian 18 November 2015

ANGGUR CINTA
“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur” Kidung 1:2

Bukankah cinta itu sesuatu yang menakjubkan? Coba pikirkan tentang cinta pertama Anda; debaran dan kegembiraan yang Anda rasakan ketika ada seseorang yang mencintai Anda! Ketika saudara perempuan Anda selalu mengingatkan Anda betapa menyebalkannya Anda, dan kaus kaki Anda adalah kaus kaki yang paling bau di seluruh dunia, ada wanita lain yang harum dan secantik bunga yang mengatakan Anda sungguh manis!

Lalu Anda menikahi sang bunga, dan menikmati keharumannya selama bertahun-tahun, sampai satu hari, Anda terbangun dan menyadari keharuman itu telah hilang. Anda melihat si pengantin muda Anda, dan waktu telah meninggalkan jejak di dirinya. Anda melihat cermin, dan bayangan Anda sendiri tidak Anda kenali. Kemanakah cinta telah pergi?

Dalam kebanyakan kasus, cinta itu masih tetap ada disana, tetapi telah melalui beberapa perubahan positif dan negatif. Cinta telah berubah ke arah lebih baik melalui pendalaman akan pengertian yang baru dan lebih berkembang mengenai apa cinta itu. Cinta bukan mengenai hubungan seksual, makan malam romantis dan berdansa di malam hari, tetapi mengenai hubungan dan cinta kasih. Pasangan Anda tidak hanya mengedipkan matanya kepada Anda, tetapi sekarang Anda sekarang yang mengedipkan mata yang pedih ketika ia membantu Anda memasang contact lens. Ketika suami Anda dulunya memandang Anda dengan mesra dari seberang meja makan dan dengan lembut menyuapi Anda dengan jarinya, sekarang ia menyuapi Anda makan pagi, siang dan malam selama 6 minggu karena tangan Anda patah akibat cucu Anda tiba-tiba melompat menimpa Anda! Anda melihat rambut istri Anda dan berpikir kemanakah rambutnya yang dulu hitam legam, dan sekarang hanya ada beberapa bayangan abu-abu.. Anda memegang sendiri kepala Anda hanya untuk merasakan licinnya kepala Anda sekarang.

Yah, waktu telah berubah banyak bagi Anda berdua, dan ketika Anda memikirkan kenyataan ini, sudut bibir Anda bergerak naik dan Anda senang Anda tidak sendirian dalam melewati transformasi alamiah ini. Anda berpaling kepada pasangan Anda dan tersenyum tanpa alasan yang jelas, dan ia kembali berpikir Anda sedang pada “masa senioritas” yang lain!

Dan untuk yang negatif, perubahan negatif itu tidak PERLU terjadi, tetapi sedihnya, dalam pernikahan, hal itu sering terjadi karena kita sering saling meremehkan. Kita berpikir hal yang tersulit adalah bagian memasukan cincin ke dalam pasangan kita dan sekarang, kita dapat duduk-duduk santai dan menikmati masa indah selamanya. Dan ketika masa indah itu tidak datang, kita mulai marah, merasa frustrasi dan menyalahkan, “Ia tidak bersikap sama kepada saya seperti dulu!” ujar Anda.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana sikap ANDA terhadap pasangan Anda? Apakah Anda berkata-kata dengan kata-kata pedas dan mengharapkan respon semanis madu? Bagaimana dengan tindakan Anda sendiri? Apakah Anda mengacuhkan kebutuhan pasangan Anda sementara Anda menginginkan ia memenuhi kebutuhan Anda?

Sebagaimana ayat itu membandingkan cinta dengan anggur, pernikahan seperti layaknya kebun anggur harus dirawat, disiram dan dipupuk jika Anda menginginkan buah anggur yang manis dan lezat untuk dibuat anggur. Jika tidak, kebun anggur itu akan mulai mati dan mengering, dan air yang keluar dari buah anggur itu terasa asam.

Cinta dalam pernikahan LEBIH nikmat dibandingkan dengan anggur, karena seperti rasa anggur yang semakin enak seiring dengan berlalunya waktu, cinta kasih yang terpelihara memiliki kemampuan untuk menumbuhkan karakter dan intensitas. Minuman terenak!!

Hal yang sama juga berlaku dalam hubungan kita dengan Tuhan. Mengacuhkan hubungan kita akan menyebabkan kepahitan jiwa dan kehancuran terhadap keselamatan yang telah kita peroleh.

Melanie Schurr,Post on Renungan Harian Kita

Comments

comments