Renungan Harian 7 Oktober 2015

Suami Yang Mengasihi Istri Bagai Kristus Mengasihi Jemaat

“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Efesus 5:25,28

Tuhan begitu mengasihi umatNya sehingga Bapa mengirimkan AnakNya yang tunggal yaitu Kristus untuk menebus dosa setiap umatNya (Yohanes 3:16). Kasih Kristus atas jemaatNya tidak ada batasnya. Dia menjadi penolong dan penghibur, memberikan kekuatan, sukacita, kesembuhan, kelepasan dan kemenangan bagi umatNya. Dia rela mati di atas kayu salib demi kita semuanya.

Sikap seperti itulah yang harus dimiliki seorang suami terhadap isterinya. Sama seperti Kristus yang memandang umatNya sebagai tubuhNya, demikian juga suami memandang isteri sebagai tubuhnya. Isteri merupakan bagian yang tak terlepaskan dari suami. Isteri merupakan bagian kehidupan dari suami. Tanpa isteri maka suami tidak dapat berjalan, karena itu berarti suami berjalan tanpa tubuhnya.

Suami harus menjadi penolong dan penghibur bagi isterinya. Suami harus memberikan kekuatan, dorongan, motivasi dan support bagi isterinya. Suami tidak boleh memandang rendah isterinya. Suami harus membuat isterinya merasa memiliki hidup yang berharga di mata Tuhan.

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1 Petrus 3:7

Tuhan telah menempatkan isteri sebagai teman pewaris tahta, bukan sebagai pembantu atau bahkan orang yang tak dianggap sama sekali. Segala kekurangan yang dimiliki oleh isteri tidak boleh dijadikan alasan bagi suami untuk memandang rendah isterinya, karena Tuhan telah menempatkannya sebagai pasangan hidup kita. Sikap yang meremehkan isteri akan membuat segala doa kita terhalang di hadapan Tuhan. Jika ingin agar Tuhan mendengarkan doa-doa dari seorang suami, maka dia harus belajar untuk menghargai isterinya sesuai dengan Firman Tuhan.

Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Efesus 5:29

Dengan alasan apapun, suami tidak boleh membenci isterinya, karena dengan demikian maka dia membenci tubuhnya sendiri. Hal ini bertentangan dengan sikap Kristus yang senantiasa mengasuh dan merawat tubuhNya yaitu jemaatNya. Suami harus benar-benar memperhatikan isterinya dan memberi perhatian lebih terhadap bagian yang lemah. Tidak ada manusia yang mau menyakiti tubuhnya sendiri, demikian juga seharusnya seorang suami tidak boleh menyakiti isterinya baik secara perasaan, maupun secara fisik.

Perhatikan kata-kata yang keluar dari mulut, karena jika tidak hati-hati maka kata-kata tersebut dapat melukai hati sang isteri. Perempuan sangat peka pada pendengarannya. Berilah pujian atas isterimu. Berilah penghargaan bagi isterimu. Katakan dan ungkapkan rasa sayang kepada isteri, sehingga dia benar-benar mengetahui bahwa suaminya mengasihi dia. Ungkapan kasih sayang memang harus ditunjukkan melalui perbuatan, tetapi juga harus dinyatakan melalui kata-kata. Kedua ungkapan baik melalui perbuatan dan kata-kata sangat penting demi keharmonisan rumah tangga. Komunikasi harus dibangun dengan sebaik mungkin agar tidak ada rasa curiga di antara pasangan suami isteri.

Suami harus belajar mendengar apa yang menjadi keluhan, ungkapan perasaan, bahkan juga nasehat dari isterinya. Ketika suami mau belajar mendengar kepada isterinya, akan ada suatu perubahan yang luar biasa terjadi dalam rumah tangga tersebut. Berkat Tuhan akan tercurah dengan luar biasa dalam rumah tangga dan keluarga.

Menjadi seorang suami tidak boleh mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan isterinya. Dengan mengasihi isteri sebagaimana mengasihi tubuhnya sendiri berarti bahwa segala hal yang menyangkut kepentingan isteri juga harus menjadi perhatian bagi suami. Ini bukan berarti isteri dapat menuntut apapun yang menjadi keinginannya. Tetapi tentunya semua harus berjalan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Ketika suami dan isteri memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing di hadapan Tuhan, maka mereka akan memiliki rumah tangga yang kuat. Rumah tangga yang kuat akan membentuk keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi gereja. Sehingga pada akhirnya gereja-gereja yang ada di muka bumi ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi bangsa-bangsa, nama Tuhan dimuliakan di atas muka bumi ini.

 

Disadur dari Renungan Harian Pelita Hidup

Comments

comments