Renungan Harian 25 September 2015

MENEMUKAN KEPUASAN DIRI YANG SEJATI

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. ( Yohanes 14:1)

Terlalu sering kita secara sengaja membiarkan keadaan yang sedang kita alami menentukan perilaku kita. Ketika segala sesuatunya berjalan lancar, maka kita merasa bahagia dan senang; sebaliknya, jika kita mengalami masa-masa sukar atau berada dalam masalah, maka suasana hati kita akan menurun drastis. Tahukah Anda bahwa sebagai umat percaya, kita tidak seharusnya hidup dengan cara demikian? Mari kita belajar dari Rasul Paulus mengenai rahasia untuk tetap merasa puas dalam kondisi apapun dan mempraktekkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Rasa puas atau kepuasan diri berarti menerima segala sesuatu apa adanya – atau dengan kata lain, tidak menginginkan sesuatu yang lebih atau berbeda dari apa yang kita alami dan miliki. Agar kita dapat mencapai tahap ini, kita perlu untuk mengembangkan sikap hidup “Segala sesuatu dapat kutanggung dalam Kristus”. Dalam hal ini berarti kita belajar mempersilahkan kuasa Allah untuk menggantikan semua kelemahan dan kekurangan kita sehingga kita dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan hidup yang selalu berubah-ubah. Ketika kita menanggapi hidup dengan pemikiran yang baik, maka kita melangkah jauh melebihi apa yang kita rasakan dan mulai hidup dalam iman.

“sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat—(2 Korintus 5:7)

Yang kita perlukan adalah hidup penuh dengan penyerahan diri dan percaya kepada Allah dari hari ke hari.

  • Pertama, kita harus menyerahkan keinginan pribadi kita kepada Allah dan mempersilahkan kehendakNya yang terjadi dalam hidup kita. Dalam setiap keadaan kita harus menyerahkan apa yang kita inginkan kepadaNya dan menerima segala sesuatu yang Allah ijinkan terjadi dalam hidup kita. Keinginan kita untuk mengendalikan segala sesuatu digantikan dengan rasa penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendakNya. Pilihan ini sejatinya makin menarik bagi kita karena ketika menyadari akibat dari tidak memilki penyerahan diri tersebut dan berusaha melawan keadaan hidup yang kita alami hanyalah berupa kekuatiran dan rasa tertekan.
  • Langkah kedua yang harus kita lakukan adalah percaya sepenuhnya kepada Allah karena Ia yang memegang kendali atas semua yang terjadi dalam hidup masing-masing kita. Ketika kita percaya bahwa Ia sedang mengerjakan rencanaNya yang sempurna atas hidup kita, maka kita akan mengalami sukacita yang mengalir dari rasa percaya kita kepadaNya. Dengan demikian kepuasan diri yang sejati akan menjadi milik kita.

Rasul Paulus menyerahkan hidupnya kepada Allah dan percaya kepadaNya. Ia menghadapi penghinaan, penolakan dan berbagai macam pencobaan di sepanjang hidupnya tetapi Rasul Paulus tetap dipenuhi dengan kepuasan diri yang sejati. Ketika kita menyerahkan kendali atas hidup kita kepada Tuhan dan percaya bahwa Ia tahu memberi yang terbaik bagi kita, maka kita akan terus mengalami kepuasan diri yang sejati di sepanjang hidup kita; apapun yang kita alami. Pertanyaannya sekarang, siapakah yang memegang kendali atas hidup Anda saat ini?

 

Disadur dari Renungan Harian Pelita Hidup

 

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Filipi 4:13

Comments

comments