Renungan Harian 27 Juli 2015

CINTA BERKAT ATAU SUMBER BERKAT

Yakobus 4:4 “hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”

Pertanyaan, “cintai berkat atau sumber berkat?” pertanyaan yang mudah bagi seorang Kristen untuk menjawabnya. Tentu jawabannya adalah mencintai sang “sumber berkat”, namun apakah di dalam praktek kehidupan, hal ini telah demikian terlaksana?

Kenyataannya, banyak didapati tidak demikian. Terlalu mudah mengatakan “Tuhan itu baik” ketika berkat-berkat Tuhan melimpah di dalam kehidupan seorang Kristen, tetapi tidak mudah mengatakan pernyataan di atas ketika masalah krisis ekonomi, hutang yang semakin banyak dan sebagainya mulai terjadi dalam kehidupan. Seorang Kristen kecenderungannya akan memaki-maki Tuhan, mengatakan “Tuhan jahat” dan tak jarang juga seseorang meninggalkan imannya daripada Tuhan. Hal ini terjadi sebagai bukti banyak orang Kristen lebih mencintai berkat Tuhan daripada Tuhan sang sumber berkat itu sendiri. Istilah kiasannya adalah memperlakukan Tuhan seakan “ada uang abang(Tuhan) disayang, tak ada uang abang(Tuhan) ditendang”.

Banyak juga orang Kristen yang salah memahami cinta akan Tuhan. Mereka tidak mecintai Tuhan dengan prinsip “apa adanya”, sebaliknya cinta mereka berdasarkan pada alas an “ada apanya?.” Banyak orang memilih percaya kepada Kristus karena menginginkan surga. Alasannya memilih Yesus bukan karena kesadaran bahwa dirinya adalah manusia berdosa dan membutuhkan sang juruselamat. Tanpa sadar, cintanya akan surga lebih besar daripada cintanya kepada Tuhan. Pertanyaannya adalah bagaimanakah jika surga dan neraka ternyata tidak ada, masihkah kita memilih dan mengasihi Tuhan? Orang Kristen yang berpikir seperti ini sebenarnya telah menghidupi iman yang lebih mencintai berkat daripada mencintai sang sumber berkat.

Pertanyaannya adalah, “mengapa seorang Kristen dapat lebih mencintai berkat dan bukan sang sumber berkat?” jawabannya adalah karena hilangnya kesadaran diri dalam menempatkan siapa dirinya dan siapa Tuhan di dalam kehidupannya. Singkatnya adalah “lupa diri”. Lupa diri membuat seseorang lupa bahwa sebenarnya kehidupannya yang baik adalah karena berkat daripada Tuhan dan dirinya tidak akan mengalami kehidupan yang baik jikalau bukan Tuhan yang memberikannya.

Lirik lagu ciptaan Jonathan Prawira yaitu “hati sebagai hamba” adalah pujian yang memberikan kesadaran kepada manusia untuk menyadari hal diatas. “ku tak membawa, apapun juga, saat ku datang ke dunia, ku tinggal semua, pada akhirnya, saat ku kembali ke surga.” Memberikan suatu makna bahwa manusia tidak lebih dari makhluk miskin yang datang dengan tangan kosong dan akan kembali pada akhir hidupnya juga dengan tangan kosong. Untungnya manusia adalah makhluk yang memiliki Tuan yang baik yang memberinya kehidupan sejahtera.

Seharusnya Firman Tuhan di dalam Matius 6:33, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranya, …” adalah Firman Tuhan yang berbunyi kuat ditelinga orang Kristen di dalam pencaharian hidupnya. Oleh sebab pencaharian harta disurga bersifat fana dan pengumpulan harta disurga lebih penting dan kekal maknanya (Matius 6:19-20).

Seorang Kristen selakunya harus memiliki hidup dengan prinsip “tangan terbuka”. Prinsip “tangan terbuka” memberikan beberapa indikasi penting, yaitu: 1) bergantung kepada Tuhan; 2) Terbuka untuk memberi, karena alasan berkat Tuhan tercurah juga adalah demi membantu sesama yang kesusahan; 3) siap melepas berkat Tuhan itu ketika dikehendaki Tuhan untuk diambil kembali olehNya. Berbeda kisahnya dengan orang yang hidup dengan prinsip “tangan tertutup”. Orang Kristen yang hidup dengan prinsip tangan tertutup adalah orang yang tidak membutuhkan pertolongan Tuhan, tidak terbuka membagi berkatnya pada orang lain, lantas juga tangan tertutup akan kesulitan untuk menerima berkat daripada Tuhan dan seorang yang akan sulit memberikan kembali berkat yang ia terima dari Tuhan ketika hal itu harus diambil daripadanya. Prinsip “Tangan Terbuka” dan “Tangan Tertutup” adalah dua perbedaan orang yang mencintai sumber berkat dan mencintai berkat. (Josua J. Sengge,mahasiswa semester 7 STT Amanat Agung Jakarta)

 

Comments

comments