header image
 

Sejarah :

  • Sejarah Gereja Agape dimulai dengan adanya orang-orang tionghoa LLBK yang bergereja di GMIT Kota Kupang.
  • Orang-orang tionghoa bergabung dengan jemaat pribumi membentuk sebuah VG yang diberi nama Efata namun dengan berjalannya waktu akhirnya diganti nama dengan VG. Imanuel.
  • VG Imanuel ini juga berusaha mencari dana untuk membantu pembangunan Gereja Kota Kupang untuk pemasangan plafonnya.
  • Namun saat itu ada juga diantara jemaat pribumi yang suka menyindir keberadaan orang-orang tionghoa, maka mulai timbul ketidaknyamanan dan akhirnya mama dari aci emma yang adalah seorang majelis bersama beberapa orang rekannya pada saat itu mengajukan permohonan kepada Pdt. Ngefak agar diadakan gereja sore untuk warga LLBK (pada saat itu di GMIT Kota Kupang kebaktiannya hanya pagi).
  • Orang-orang tionghoa mulai semakin banyak yang bergereja dan pada suatu waktu ada KKR di Gereja Kota Kupang yang di pimpin oleh Pdt. Stephen Tong yang dihadiri oleh banyak sekali orang.
  • Pada saat itu Bpk Thomas Kiulubalu + Simon Tanjung (warga Tionghoa) yang bertugas di bagian sound system dan setelah KKR maka Pdt. Tong berbicara dengan mereka bahwa orang-orang tionghoa harus bertumbuh, harus lebih berapi-api dalam pelayanan, harus menangkan jiwa-jiwa orang tionghoa yang lain (pada saat itu kebanyakan orang tionghoa konghucu) .
  • Melalui pembicaraan ini maka timbullah semangat agar orang-orang tionghoa dapat dimenangkan dan lebih bertumbuh.
  • Mereka rindu sekali bentuk Paduan Suara yang akhirnya disebut Paduan Suara Pelita, mereka senang sekali menyanyi tetapi ketika mereka akan menyanyi digereja Kota Kupang, orang-orang mulai mencibir dan menyindir
  • Mereka sakit hati mendengar itu tetapi tetap semangat untuk menyanyi, mereka tetap bersatu dan disiplin, pelatihnya P’Manafe, tempat latihan : Rumah Ko’ Yao.
  • Waktu terus berjalan dan pada suatu hari aci tin berkata kepada aci linda bahwa ada saudara dari Ende yang anaknya bernama Ifung bersekolah di tempat Pdt. Tong sekolah dan saat ini dia sedang berlibur ke kupang.
  • Pembicaraan ini disampaikan oleh aci Linda kepada Bpk. Thomas Kiulubalu, dan segera mendapat respon yang positif agar aci linda dan aci tin segera menemui aci ifung untuk menceritakan kerinduan orang-orang tionghoa untuk bisa bertumbuh dan ada pelayan yang bisa datang ke kupang untuk melayani orang-orang tionghoa, pada saat itu sulit untuk bs menangkan jiwa orang tionghoa karena faktor bahasa.
  • Pembicaraan ini pun mendapat respon positif dari ci ifung sehingga ketika kembali ke kampus, maka ci ifung bersaksi tentang orang-orang tionghoa di kupang yang rindu untuk bertumbuh dan ada orang yang bisa menangkan jiwa saudara-saudara mereka yang belum kenal Tuhan Yesus.
  • Dari pembicaraan dengan Ce Ifung ini maka mulailah dikirim mahasiswa-mahasiswa praktek yang adalah orang Tionghoa karena menurut pemikiran saat itu hanya orang Tionghoa yang bisa menangkan sesama orang Tionghoa.
  • Maka pada tahun 1969 : datanglah Cece Ester dari SAAT dan tinggal di rumah Aci Emma.
  • Pada saat itu Cece Ester tidah hanya bertugas untuk Jemaat Kota Kupang yang adalah orang-orang Tionghoa di LLBK tapi juga melayani jemaat pribumi.
  • Setelah cece Ester selesai tugas diganti dengan Cece Antonia yang pandai bahasa mandarin yang bisa memikat banyak orang-orang tua Tionghoa
  • Setelah cece Antonia maka diganti dengan Ce Ifung tetapi saat ce ifung tidak lama melayani
  • Namun setelah menikah maka ce ifung bersama suami (hamba Tuhan juga) kembali ke kupang lagi untuk melayani.
  • Orang-orang tionghoa mulai bertumbuh dan saat itu bpk Thomas kiulubalu bersama teman-teman mulai mencari dana untuk membeli sebuah tempat untuk dijadikan Pos PI
  • Dan akhirnya mereka membeli sebuah rumah yang adalah milik dari Mertua dari Aci Leang untuk dijadikan Pos PI di Bonipoi
  • Disitulah awal mula dimulainya Pos PI di wilayah LLBK saat itu namun saat itu belum ada pendeta, hanya penginjil2 dari SAAT sehingga untuk pelayanan sakramen maka diminta dari pdt.GMIT dan pada saat itu perjamuan pertama di Pos PI dipimpin oleh Pdt. Niti
  • Di Pos PI inilah jemaat mulai berkembang dan jumlah bertambah banyak
  • Datanglah cece Elis yang giat sekali melayani orang-orang tionghoa walaupun banyak sekali tantangan.
  • Selesai pelayanan di kupang, Ce Elis kembali dan menikah dengan Pdt. Herman namun akhirnya mereka bersama kembali lagi ke Kupang dan tinggal di Pos PI sampai mempunyai 2 anak.
  • Karena jumlah yang semakin banyak maka timbullah keinginan untuk punya gereja sendiri namun ketika disampaikan saran untuk bentuk gereja maka ada salah satu pendeta di Gereja Kota Kupang yang tidak setuju karena berpikir jaraknya terlalu dekat tetapi setelah dilakukan pendekatan lebih lanjut maka disetujuilah.
  • Ketika meminta ijin ke Gubernur (P. Ben Boi) untuk membangun gereja : ditolak, tetapi P. Lukas Nussy yang berdiri untuk menjamin dan karena itu ijin membangun gereja tersebut disetujui dengan 3 syarat :
  1. Harus dibawah naungan GMIT
  2. Harus berbaur dengan pribumi
  3. Tidak boleh membawa masuk cunghae chunghi ke dalam gereja

Comments

comments