Renungan Harian 13 Februari 2015

Kasih Tanpa Syarat

Mazmur 103:8-14; Lukas 15:24

Gaby adalah seorang wanita berusia 26 tahun, yang memiliki wajah cantik, otak cerdas, dan lagi takut akan Tuhan. Bermodalkan kecantikan serta kepandaiannya, ia mengikuti sebuah kompetisi kecantikan, dan berhasil meraih juara pertama. Karena keberhasilannya, dia menjadi terkenal di mana-mana, bahkan dia juga sering bersaksi di gereja tentang kebaikan-kebaikan Tuhan di dalam hidupnya. Hal itu pasti sangat membanggakan kedua orang tua dan seluruh keluarganya, terlebih lagi bagi Tuhan. Namun, di tengah perjalanan kesuksesannya, dia mulai tergoda dalam bujukan dunia yang menghampirinya, bahkan sampai meninggalkan Tuhan Yesus. Hal ini tentunya membuat seluruh keluarganya malu dan sangat kecewa sekaligus sedih. Bahkan kedua orang tuanya pun sempat marah besar kepadanya, sehingga Gaby kabur dari rumahnya. Suatu saat Gaby terlibat dalam sebuah masalah yang sangat rumit, yang menyebabkan dia harus dimasukkan ke dalam penjara. Ketika kedua orang tuanya mendengar kabar itu, mereka pun mengunjungi Gaby ke dalam penjara. Setiap hari orang tuanya selalu membawakan makanan kesukaannya, dan lagi ayah dan ibunya selalu mendoakannya di hadapan Gaby sambil merangkulnya. Orang tuanya masih tetap mengasihinya, walaupun Gaby sudah pernah membuat orang tuanya marah besar. Oleh karena kasih orang tuanya itu juga, hati Gaby luluh dan meminta maaf kepada orang tuanya.
Dalam kehidupan ini, secara sengaja ataupun tidak sengaja, satu atau bahkan berulang kali, kita pernah menyakiti hati Tuhan. Melalui perkataan, tindakan, bahkan melalui pikiran kita. Menyakiti hati Tuhan sama saja artinya dengan berbuat dosa. Tidak ada dosa besar dan dosa kecil atau dosa hitam maupun dosa putih di hadapan Tuhan. Yang namanya dosa tetaplah dosa, dan itu adalah hal yang sangat dibenci Tuhan. Walaupun Tuhan sangat membenci dosa, Ia tidak pernah membenci kita. Ia mengasihi kita sebagai anak-anakNya, Ia tidak ingin kita terus hidup di dalam dosa.
Seperti perumpamaan anak yang hilang yang dikisahkan di dalam Alkitab, saat si anak bungsu yang hilang itu kembali kepada bapanya, bapanya menyambutnya dengan bahagia, bahkan sang anak diberikan pakaian yang paling indah dan dibuatkan pesta meriah di rumahnya. Karena anaknya yang selama ini dianggap telah “mati” menjadi “hidup” kembali atau anak yang dianggap telah hilang telah didapat kembali (Luk 15:24). Kita pun seperti anak yang hilang itu saat hidup kita jauh dari Tuhan, sesungguhnya Tuhan sangat merindukan kita untuk kembali kepadaNya. Di saat kita kembali kepadaNya, Ia pasti akan menyambut kita dengan sukacita, bahkan seisi Sorga pun akan bersukacita menyambut pertobatan kita. Namun demikian, janganlah kita mendukakan hati Tuhan, karena kita ini adalah anak-anak yang paling Ia kasihi. Dan Ia tidak ingin anak-anakNya terjebak dalam maut akibat dosa.

 

Disadur dari Renungan Harian Manna Sorgawi

Comments

comments