Maafkan Dia
Rasa gelisah dirasakan oleh Peter. Jangan-jangan Andrew marah. Mungkin dendam sama saya. Bisa jadi dia akan membalas dendam, kata Peter lirih. Alasan kegelisahan Peter adalah karena dia telah membuat Andrew, sahabatnya menjadi malu. Latar belakang hidup Andrew yang kurang baik tanpa sengaja terungkap melalui mulutnya. Padahal Andrew sudah menguburnya dalam-dalam dan sudah menunjukkan perubahan hidup. Apa yang dilakukan Peter berdampak pula pada karier Andrew. Pihak perusahaan di mana Andrew bekerja telah memutuskan untuk menunda promosi Andrew dengan pertimbangan latar belakangnya itu. Peter, kita pergi ke pantai yuk, ajak Andrew di suatu hari libur. Dengan menyimpan segudang pertanyaan di dalam hati, Peter terpaksa menerima ajakan sahabatnya itu. Mereka pun duduk berdampingan di atas pasir pantai. Sembari berbincang-bincang, jari Andrew mulai menulis sesuatu di pasir. Andrew menulis dengan huruf kapital dan dengan ukuran huruf yang cukup besar. Peter terbelalak ketika tulisan Andrew itu selesai, karena tulisan itu berbunyi kesalahan yang telah dibuat Peter dan akibat yang harus diterima Andrew. Ayo, kita ke sana untuk menikmati air laut ini, ajak Andrew sesaat setelah Peter membaca tulisannya. Peter tidak bisa menolak dan hanya mengangguk saja. Sekitar sepuluh menit mereka bermain air laut. Lalu, Andrew mengajak Peter kembali ke tempat semula. Tetapi, mereka tidak lagi menemukan tulisan itu, karena angin laut dan kaki orang-orang telah menghapusnya. Peter memberanikan diri bertanya, Mengapa kamu tulis kesalahan saya di atas pasir yang dengan mudah akan terhapus. Sebagaimana kita tidak melihat tulisan itu lagi di pasir ini, demikian juga saya tidak melihat lagi kesalahanmu di hatiku. Bahkan dampak dari kesalahanmu pun tidak tersimpan di hatiku. Aku telah memaafkanmu, kata Andrew. Biarlah itu menjadi masa lalu, lanjut Andrew. Peter pun hanya bisa terdiam malu. Paulus mengajak kita untuk tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Kor 13:5). Sejalan dengan itu, Amsal 17:9 berbunyi, Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib. Ini bukan nasihat untuk menyetujui atau kompromi dengan kesalahan dan pelanggaran. Kesalahan tetap kesalahan, pelanggaran tetap pelanggaran. Kesalahan harus tetap diperbaiki, pelanggaran harus tetap diluruskan. Yang berbuat salah atau yang melanggar juga harus tetap memperbaiki diri. Tetapi, bagi seorang sahabat, kesalahan sahabatnya bukan sesuatu yang harus menghantui kehidupannya. Dia tidak harus menjadi benci dan dendam. Bukan juga menjadi sesuatu yang harus mendapat balasan yang setimpal. Jangan sampai persahabatan yang sudah dibina bertahun-tahun hancur dalam sekejap. Memaafkan, itulah kuncinya sehingga persahabatan tetap langgeng. Mari, buka hati, maafkan kesalahan sahabat dan terima dia kembali.
Disadur dari Renungan Manna Sorgawi