header image
 

All posts in March, 2019

Bacaan:  Ibrani 9 : 11 – 28

 

Darah sangat penting bagi tubuh manusia, tapi bagi Yesus penebusan dosa manusia lebih penting dari pada darah-Nya. Darah Yesus mengalir beberapa kali dalam Alkitab, yaitu :

  • Di Getsemani dimana keringat Yesus seperti titik darah,
  • Waktu Yesus dihukum cambuk,
  • Yesus dipakaikan mahkota duri,
  • Ketika tangan dan kaki Yesus di paku, dan yang terakhir
  • Ketika lambung Yesus ditikam.

 

Untuk apa darah Yesus tercurah ? dan untuk siapa darah Yesus mengalir ?. Ya, tentu saja untuk penebusan dosa–dosa kita manusia dihadapan Allah. Yesus datang sebagai Imam besar yang mampu melakukan :

  • Menyerahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna, bukan korban bayangan.
  • Yesus tidak mengenal dosa, Yesus juga tidak butuh penyucian atas dosa – dosa-Nya.
  • Yesus hanya mengorbankan diri-Nya satu kali, bukan berulang.
  • Pengorbanan Yesus menjadikan kita bebas menghampiri Allah.

 

Makna dari pengorbanan Darah Yesus Kristus bagi kita kali ini adalah :

  • Darah Yesus mengampuni dosa, menyucikan dan membenarkan. Membuat kita sadar bahwa tidak satupun diantara kita yang tidak berdosa, semakin kita merenungkan maka membuat kita merasa semakin sangat berdosa. Menghargai anugerah Yesus yang besar membuat kita tidak hentinya bersyukur.
  • Darah Yesus membuat semua orang percaya menang akan kuasa Iblis.
  • Darah Yesus membuka jalan ke Surga. Tanpa pengampunan tidak mungkin kita bisa masuk ke Surga.

 

Tiga hal untuk kita refleksi :

  1. Tugas kita adalah persembahkan diri sebagai persembahan hidup dan kudus,
  2. Hanya Yesus yang awal dan yang akhir, belajar percaya dan andalkan Yesus,
  3. Mari kita menikmati kekekalan dalam Allah, beribadah tanpa rasa takut atau malu, sehingga tidak ada yang merenggut kita dari Yesus.

Amin.

 

Pdt. Yandi Manobe, S.Th

Lukas 13 : 31 – 35

 

Jika kita mengenal seseorang, tentu sikap kita berbeda tehadap orang itu, setiap orang pasti mengenal Yesusdan mengalami Yesus secara pribadi.Mengenal Yesus secara pribadi adalah bukan hal yang mudah, harus penuh dengan pengorbanan yakni memikul salib dan menyangkal diri.

Ketika Yesus ada di Galilea, datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus : “Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau”, tetapi jawab Yesus kepada mereka : “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai”.Yang perlu kita ingat bahwa Serigala adalah binatang yang rakus dan licik, yang tak pernah puas dengan apa yang ia dapat, tetapi Yesus tidak gentar, Yesus katakan bahwa Dia ada disana untuk melayani dan menolong orang bayak.

Pada saat itu Yesus berhadapan dengan 3 macam orang, yang pertama orang – orang Farisi, yang kedua Herodes, dan yang ketigaorang – orang Yerusalem(mengenal Yesus tapi tidak mengalami Dia secara pribadi).Yesus mengatakan bahwa kedatangan Dia ke dunia bukan sebagai pengganggu tetapi dalam rangka satu tugas, yaitu tugas untuk menebus kesalahan – kesalahan kita terhadap Allah.Yesus selalu dicap buruk oleh mereka, tetapi Dia tidak berhenti, Dia terus melangkah melakukan misi Allah. Yesus mengajarkan tentang komitmen untuk setia menjalakan kehendak Allah dalam dunia. Banyak orang senang bersama Yesus ketika keadaan baik atau sehat, tetapi ketika keadaan susah atau sakit mereka meninggalkan Yesus dengan buru – buru, bahkansampai menyalahkan Yesus.Tapi, ingatlah saudaraku Yesus sedang membentuk kita melalui kesusahan dan kesakitan yang kita alami.

Yesus selalu setia pada kehendak Allah, dan itulah yang Yesus ajarkan kepada kita bahwa kesetiaan itu ada, sehingga kita menemukan kasih dan pimpinan Yesus. Rasa cinta kita kepada Allah akan menentukan sikap kita terhadap Allah, sikap kita terhadap sesama, dan sikap kita dalam mengalami  dan menjalani kehidupan kita setiap hari. Amin.

 

Pdt. Jeky Latupeirissa, M.Th

Bacaan: Lukas 13:1 – 9

 

Dari perikop yang sudah kita baca ini Yesus sedang menegur beberapa orang yang merasa dirinya benar daripada orang lain.

 

  1. Manusia lebih suka mencari-cari dosa orang lain daripada bertobat dari dosa diri sendiri (1-5).

Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus sering mengaitkan penderitaan dengan dosa. Kematian seseorang yang mengenaskan/ mati tidak wajar dianggap hidupnya tidak benar atau dosanya terlalu besar. Kematian yang mengeri-kan / adanya bencana yang menimpa; belum tentu merupakan hukuman atas dosa orang yang mengalaminya. Memang ada orang-orang yang mengalami kematian yang menge-rikan sebagai hukuman Allah atas dosa-dosanya, seperti: Izebel dalam 2 raja2 9:10-37. Yesus berkata bahwa kedua bencana itu bukanlah semata-mata sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka tetapi sebagai peringatan kepada siapa saja/ semua orang; bahwa hidup manusia itu tidak kekal/ bisa mati kapan saja dengan berbagai macam cara.

Tapi jika orang terus tinggal di dalam dosanya; mengeraskan hatinya; merasa benar dari orang lain tidak mau bertobat maka akan mengalami hukuman kematian. Yang dimaksud kematian ini adalah bukan kematian secara fisik tapi keadaan jiwa kita setelah kematian jasmani. Yaitu kematian kekal/ hidup terpisah dengan Allah (singkatnya hidup di neraka). Yesus memperingatkan bahwa daripada membicarakan penderitaan orang lain sebagai buah dari dosa dan menyombongkan diri karena merasa lebih benar; lebih baik memperbaiki diri dan bertobat.

 

  1. Yesus mengajar orang Kristen supaya menuntut diri sendiri untuk berbuah daripada menuntut orang lain untuk berbuah (6-9).

Di bagian ayat 6-9 ini diceritakan pemilik  pohon ara yang pohon aranya tumbuh di ladang kebun anggurnya. Ketika sang pemilik ini mencari buahnya tidak menemukan apapun di pohon itu. Lalu Ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu. Sudah tiga tahun saya mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukan apa2.

Melalui  perumpamaan ini Yesus ingin memberitahukan/ menunjukkan kepada orang-orang berdosa bahwa sementara Allah masih bermurah hati dalam memberi orang berdosa waktu untuk bertobat, datanglah kepadanya, karena kesabaran Yesus itu tidak akan berlangsung selamanya. Yesus hendak menekankan pentingnya pertobatan sekaligus hidup yang menghasilkan buah. Karena setiap manusia berdosa harus bertobat. Dengan perumpamaan ini, Yesus memperingatkan para pendengarnya bahwa Allah tidak akan mentolerir selamanya jika mereka tidak mau bertobat dan berbuah di dalam hidupnya Yesus akan membiarkan orang yang berdosa itu binasa.

Hari ini kita sudah memasuki minggu sengsara yang kedua. Kita (saudara dan saya) harus sadar bahwa kita adalah pribadi yang hidup penuh dosa. Kita tidak lebih baik dan tidk lebih benar dari sesama kita. Akibat yang harus kita tanggung dari hidup yang tidak benar, hidup yang penuh dosa adalah bukan hanya Penderitaan tetapi kebinasaan kekal.

 

Sdri. Lianingrum

Bacaan: Lukas 9 : 17 – 21

 

Pengalaman Yesus bersama murid-muridNya, membuat murid-muridNya tahu bahwa Yesus adalah pembuat mukjizat, tapi beberapa saat kemudian mereka akan melihat Yesus seperti orang yang tidak berdaya dan tidak bisa berbuat mukjixat, diam saja mulai dari penyiksaan sampai disalibkan.

 

Tidak semua hal indah terjadi dalam hidup ini, apakah pengenalan kita akan Yesus tetap sama ? siapakah Yesus bagi saudara secara pribadi ?. Dalam Matius 16, Petrus yang mengaku “Engkau adalah Mesias, anak Allah yang hidup”, lalu Yesus menjawab : “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-ku yang disorga”.

 

Kita percaya Yesus untuk apa ? seharusnya percaya Yesus untuk masuk dalam rencana Yesus. Yesus melarang keras murid – murid-Nya untuk menceritakan apa yang terjadi antara mereka, mengapa Yesus melarang murid – murid-Nya untuk menceritakan apa yang terjadi antara mereka :

 

  1. Yesus tidak mau ada kekacauan, karena cara berpikir orang Yahudi bahwa Mesias adalah seorang yang gagah perkasa, yang akan menumpas semua musuh–musuh mereka. Untuk itulah Yesus melarang murid – murid-Nya untuk meceritrakan, bayangkan jika murid – murid-Nya menceritakannya kepada orang – orang Yahudi, maka akan terjadi kekacauan dimana-mana dan penghinaan terhadap nama Yesus. Jangan ada kekacauan dan pertikaian karena Yesus, Yesus tidak perlu dibela tapi, yang Yesus mau masing-masing harus ada rasa bersalah dan merendahkan diri terhadap sesama.
  2. Yesus mau ada pertobatan yang sungguh-sungguh, agar masing-masing diri sungguh-sungguh dalam mengambil keputusan. Yesus beri kita kehendak yang bebas, kita berpikir dan bertindak sendiri, tapi ingat masing-masing kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita perbuat.

 

Pemahaman kita yang benar akan membentuk perilaku kita. Bagaimana pemahaman kita tentang Yesus ? bagaimana menentukan sikap iman kita kepada-Nya ?. Pikirkan dan renungkanlah sesuai dengan apa yang kita imani. Amin

 

Pdt. Yandi Manobe, S.Th

Bacaan: Mazmur 133

 

Ada satu hal yang tidak bisa dirubah dalam UUD negara kita, yaitu bentuk negara kita, yakni Negara Kesatuan. Demikian juga dalam bacaan kita, sungguh indah dan menyenangkan bila ada kesatuan. Tapi ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan :

  1. Kita tahu bahwa tidak semua hal yang baik itu menyenangkan. Kerukunan akan kesatuan itu baik dan menyenangkan.
  2. Setiap dari kita pasti punya cara yang berbeda untuk menyatakan Iman kita. Untuk itu, jika masing–masing dari kita merasa diri paling benar, maka akan terjadi perpecahan dalam jemaat Yesus, kita tidak bisa berdiri pada cara kita sendiri dan menganggap cara orang lain salah. Mari kita berbenah dengan merendahkan diri kepada Yesus maupun sesama, maka kerukunan/kesatuan itu aka turun dengan sendirinya kepada orang lain.
  3. Kerukunan dilambangkan dengan minyak yang baik, seperti minyak khusus yang digunakan untuk mengurapi raja, yang tidak sembarang orang memakai minyak itu. Minyak urapan itu khusus dipakai oleh Harun (imam) dan keturunannya. Kerukunan adalah kehendak Yesus dalam hidup kita, celakalah kita yang menjadi pemecah belah, untuk itu jadilah anak Allah yang membawa Damai kepada sesama.
  4. Kerukunan bagaikan embun gunung Hermon, embun itu memberikan kesejukkan ditengah padang gurun yang umumnya berada di Israel. Kita akan merasa senang ketika kita rukun, yaitu dengan duduk bersama baik Kristen maupun non Kristen. Sangat ironi, dunia ini saja berusaha untuk tetap bersatu, tetapi gereja justru terpecah belah. Mengapa gereja tidak bisa jadi saksi?, itu karena kita sendiri tidak bisa memberi kerukunan kepada sesama kita seperti embun gunung Hermon.
  5. Kerukunan/kesatuan itu seperti minyak maupun embun gunung Hermon yang tidak bisa diam ditempat, mereka terus bergerak turun kepada orang lain, mereka menyebar ke tempat–tempat lain. Begitu juga kita, kerukunan harus dapat merangkul/bergandengan tangan dalam perbedaan. Anggaplah orang yang umurnya lebih tua itu seperti orang tua kita sendiri, dan orang yang lebih muda itu seperti adik atau anak kita sendiri, sehingga kita bisa saling merangkul dan saling mengasihi dalam kasih Kristus.

 

Bagaimanapun kita tidak pernah untuk menjadi persis satu sama lain. Tapi ingat akan janji Yesus, justru dalam kerukunan/kesatuan itulah ada Berkat Allah yang dicurahkan. Orang yang mau hidup rukun, hidup damai, tidak egois dan tidak sombong berkatnya Kekal selamanya. Amin.

 

Pdt. Amos Winarto Oei, Ph.D