header image
 

All posts in October 2nd, 2017

Bacaan : Kisah Para Rasul 8 : 9-25

Oleh : Ev.Elen Amalo,S.PdK

 

Apa itu niat ? Niat adalah maksud yang yang terdapat dalam hati seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan (sengaja/dalam keadaan sadar/yang dimaksudkan).Niat selalu dihubungkan dengan hati.Niat/keinginan hati ada yang positif dan negatif.

 

Dalam bacaan diatas,ada beberapa fakta tentang Simon “Si tukang sihir” :

 

1.Dia adalah penyihir yang terkenal

2.Dia adalah penyesat ulung (ay.10-11)

3.Dia bertobat setelah mendengar khotbah Filipus

4.Setelah di baptis,ia selalu bersama-sama Petrus (ay.13)

5.Tidak mengerti tentang Roh Kudus,sehingga dia mau memberli-Nya (mau memakai karya Roh Kudus untuk keagungan diri)

6.Simon mendapat kesempatan untuk bertobat

7.Ada keengganan di hati Simon untuk bertobat,ia malah minta di doakan.

 

Dari dalam hati seseorang terpancarlah kehidupan.Segala sesuatu yang baik/buruk akan terlihat.Jika kita sadar ada yang salah,segeralah bertobat dan bereskan dengan Allah.

 

Yang dapat kita pelajari dari kehidupan Simon :

 

1.Awal yang baik percaya,tapi pegangan dasarnya ilmu gaib.

2.Iman Simon dikalahkan oleh kepentingan

3.Belajar untuk punya hati yang lurus.

 

Marilah,kita minta Roh Kudus untuk berkarya bagi kemuliaan Tuhan melalui diri kita,dan mintalah kekuatan Tuhan untuk selalu memiliki niat hati yang lurus di hadapan Tuhan.Amin.

 

Ibadah Komisi Wanita,Rabu 27 September 2017

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KELUARGA YANG BERDOA DAN BEKERJA

Matius 7:7-11

 

Doa merupakan sebuah kewajiban orang percaya, misalnya orang percaya berdoa sebelum makan, berdoa sebelum tidur dan lain sebagainya. Doa dan bekerja ialah sebuah proses, dan setiap proses pada dasarnya tidak menyangkali hasil, jikalau hasilnya baik maka prosesnya juga baik. Dalam menaikan doa orang percaya harus menyesuaikan dengan kehendak Bapa di sorga, sehingga doa yang dinaikan ialah bukan sesuai dengan keinginan kita, namun sesuai dengan kehendak Allah. Doa dan bekerja ialah satu paket yang tidak dapat dipisahkan, dan setiap berkat pastinya diiringi dengan sebuah perintah. Jikalau kita melihat dalam kitab suci bahwa Tuhan Allah akan mendatangkan kebaikan ketika umat-Nya memiliki ketaatan yang tulus kepada Tuhan. Tuhan Allah mau melihat proses kita ketika mengahadapi sebuah pergumulan apakah sungguh taat kepada-Nya atau sebaliknya.

 

Dan juga yang harus diingat ialah bahwa doa tidak ditentukan oleh baiknya seseorang. Kegiatan doa sebaiknya harus dihidupkan dalam kegiatan persekutuan, ada banyak anak-anak Tuhan yang merasa bahwa mereka tidak memerlukan persekutuan dengan saudara seiman, bahkan dalam keluarga Kristen sekarang ini sudah jarang menghidupkan kegiatan berdoa, hal itu sangat menyedihkan hati Tuhan. Tetapi sebaliknya yang Tuhan inginkan ialah bahwa tiap keluarga harus menghidupi setiap kegiatan doa bersama sehingga kelurga menjadi keluarga yang harmonis.

 

Berikutnya ialah bahwa dalam doa juga mempengaruhi kualitas kerja, ketika kita bekerja maka kita dituntut untuk bekerja dengan tulus, cerdas, dan juga harus tuntas. Terkadang dalam kehidupan orang percaya sudah berdoa dengan segenap hati, tetapi bekerja setengah hati, maka hasilnya juga tidak memuaskan. Sehingga kita sebagai orang percaya ketika menginginkan hasil kerja yang berkualitas maka kita harus mewujudkan waktu doa yang berkualitas. Orang percaya harus menjadikan rumah sebagai kapal perang yang siap sedia dalam melawan kejahatan dan dosa yang ada, bukan menjadikan sebagai kapal pesiar yang hanya mau dilayani saja sehingga rumah kita tidak menjadi rumah doa yang baik. Biarkan lewat pemberitaan Firman Tuhan, kita semakin diteguhkan dalam memiliki kualitas doa yang baik di hadapan Tuhan. Amin !    Soli Deo Gloria

                                                                                                 Pdt. Leonardus Takubesi, S.Th

 

 

 

ARTI SEBUAH PENGAMPUNAN (Mat. 18:21-35)

Apakah saudara pernah dirugikan? Ditipu, ada pembunuhan karakter? Ada banyak alasan bagi kita untuk sakit hati, sampai kita tidak mau melihat seseorang apalagi mendengar namanya, bahkan mama mantu dengan anak mantu yang tidak saling memaafkan, dalam pekerjaan, pimpinan dengan karyawan dan lain-lain.

Praktek pengampunan butuh penyangkalan diri karena pengampunan sangat berat dilakukan, tapi inilah kehendak Tuhan untuk dilakukan. Ada 2 esensi dalam diri manusia yaitu kita mahkluk pribadi tapi juga mahkluk sosial. Menjalankan hidup sebagai mahkluk sosial yang bersama itu tidak mudah, tapi kita tidak mungkin hidup sendiri. Pengampunan adalah satu-satunya cara untuk mengobati sakit hati, tapi juga satu-satunya cara untuk memperkuat kasih dalam persaudaraan dan persatuan. gesekan-gesekan itu terjadi sehingga kita harus bisa mengampuni. Petrus tau tentang pengampunan, dia ingat ajaran Yesus bahwa dia harus mengampuni tapi dikira pengampunan itu ada batasnya. Sekarang yang menjadi pertanyaannya ialah berapakali kita sudah mengampuni? Apakah tergantung siapa yang melakukannya? Tapi, bagaimana orang yang sangat dekat dengan kita ? Kita sangat sakit hati, apakah kita mengampuni? Sampai berapakali ?.

Yesus tidak memberi batas untuk mengampuni, tidak memberi kategori tentang pengampunan, lihatlah Salib Kristus yang menggambarkan betapa besar atau tak terbatasnya pengampunan. Banyak kali kita bersahabat tapi kita tidak saling menyayangi dan saling memaafkan. Hutang hamba itu sangat besar. Tapi belas kasihan raja melunaskan hutangnya, tapi sahabatnya sulit diampuni walaupun hutang sahabatnya jauh lebih kecil dari apa yang dilunaskan raja, tapi yang dapat kita lakukan adalah :

  1. Sadar bahwa kita ini ibarat orang berhutang. Hutang dosa kita kepada Tuhan begitu banyak telah lunas dibayar oleh Tuhan, mengapa kita tidak saling mengampuni?
  2. Menyimpan dendam dan sakit hati dan menjadi penyakit dalam diri kita.
  3. Mari kita periksa diri, adakah orang yang sangat kita benci dan sulit kita ampuni, mintalah Tuhan tolong kita untuk mengampuni dia.
  4. Adakah kita merugikan orang lain, kesalahan kita membuat orang lain terluka, mari akuilah kesalahan dan saling berpegangan tangan untuk saling memaafkan. Amin.

 

                                                                                     Pdt. Anthoneta Rahakbauw-M, S.Th