header image
 

All posts in January, 2017

Bacaan : Kidung Agung 3 : 1-5 ; 5 : 2-8

Pdt.Leo Taku Bessi,S.Th

Kidung Agung ini ditulis ketika Salomo masih muda.Relasi antara Tuhan dan manusia digambarkan seperti mempelai laki-laki dan perempuan.Ada beberapa persamaan antara Kidung Agung 3 & 5 yaitu saat mempelai perempuan sedang tidur.Ini gambaran tentang relasi antara manusia dengan Tuhan saat malam hari tiba,dimana ada pergumulan mencari Tuhan.Allah di cari pada permulaan hari,ketika mereka hendak tidur (pada masa itu,awal dari hari yang baru yaitu pada petang hari/menjelang malam).

Namun dalam pencarian manusia akan Tuhan ini,ada perbedaan yang dapat kita lihat :

1.Pada Kidung Agung 3 manusia mencari Allah namun tidak menemukannya karena penuh dengan keterbatasan.Sia-sialah upaya manusia mencari Tuhan,kalau bukan Tuhan sendiri yang berkenan untuk ditemui.

2.Pada Kidung Agung 5 Allah mencari manusia dan menemuinya secara pribadi.Mengapa Allah menemui kita secara pribadi ? Karena hal ini berkaitan dengan apa yang kita alami dan percaya.Karena itu digambarkan Tuhan mengetuk pintu dan menunggu mempelainya untuk membukakan pintu tersebut.

Refleksi : Bentuk cinta kita kepada Allah antara lain dengan kesetiaan,kasih dan tidak mendua hati.Bagaimana kita dapat menerima cinta Allah ? Yaitu dengan cara mengisi kembali relasi yang hilang tersebut dengan doa,firman Tuhan,ucapan syukur,dan terutama selalu ingat akan JANJI TUHAN dalam hidup kita.Hal inilah yang akan selalu dapat membuat kita bertahan melewati tantangan hidup.Amin.

 

Khotbah pada ibadah Komisi Kaum Bapak,Senin 9 Januari 2017

 

Habakuk 2 : 1-5

Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th

 

Dalam bacaan ini bangsa Israel sudah terbagi menjadi dua,yaitu Israel dan Yehuda (dibawah kekuasaan orang Kasdim).Sekalipun bangsa Yehuda dikuasai oleh orang Kasdim,dan Tuhan memakai bangsa kafir ini (orang Kasdim) untuk menegur bangsa Yehuda,namun mereka tetap keras hati dan tidak mau mendengarkannya.

Tuhan mengutus Habakuk untuk memberitakan (bersaksi) dan bersabar atas proses yang Tuhan kerjakan bagi Habakuk,akibat kekerasan hati bangsa Yehuda yang tidak mengindahkan Tuhan.Habakuk ditekankan untuk tidak berhenti berbuat baik walaupun ada banyak tantangan.

Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan dari hal ini :

1.Sadar atas setiap tanggungjawab dan panggilan kita (orang yang benar akan hidup oleh percayanya).Jangan mengecilkan rencana Tuhan dalam hidup kita dengan merasa rendah diri dan tidak pantas dengan panggilan dan tanggungjawab kita.

2.Apapun keadaan kita,jangan berhenti berbuat benar (membangun keyakinan dalam diri kita).

3.Orang yang berbuat jahat tidak akan pernah puas untuk berbuat jahat.Sebaliknya,kita jangan bosan-bosan berbuat baik kepada mereka.

Amin

Khotbah pada persekutuan doa puasa,Senin 9 Januari 2017

Dengan doa,ucapan syukur dan sukacita,persekutuan doa puasa yang berlangsung tiap hari Senin pukul 14.00 Wita  melangsungkan ibadah syukuran HUT ke-6 tahun di pantai Lasiana.

 

“Berakar,Bertumbuh dan Berbuah” merupakan tema yang diangkat pada ibadah  remaja Minggu ini.Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt.Markus Leunupun,S.Th.

 

Jadwal Dan Thema Khotbah Bulan Januari 2017: “PENYERTAAN TUHAN”

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
01 Januari 2017 “Pimpinan Dan Penyertaan Tuhan” Pdt. Emr. Yance F. Nayoan,S.Th
08 Januari 2017 “Waktu Tuhan VS Waktu Kita” Pdt. Anthonetha Manobe,S.Th
15 Januari 2017 - -
22 Januari 2017 “Eben-Heazer” Kak. Lucas Suryawan Hermanus
29 Januari 2017 “Iman Dan Kekuatiran” Pdt. Yandi  Manobe,S.Th

 

Film “Hackshaw Ridge” pada tahun 2016 menyuguhkan suatu pesan yang menarik kepada para penonton, khususnya orang-orang Kristen, yaitu jadilah seorang Kristen yang fanatik. Berdasar dari kisah nyata seorang mantan tentara perang Amerika pada Perang Dunia II, Desmond T. Doss dikenal sebagai prajurit pertama dalam sejarah Amerika yang mendapat medali kehormatan tanpa menembak satu kalipun. Ia menjadi pahlawan perang dan satu-satunya tentara yang memasuki zona perang tanpa memegang satu senjatapun untuk melindungi dirinya. Alasannya sederhana, yaitu karena perintah Allah adalah “jangan membunuh,” dan ia memegang teguh keyakinan itu. Ia adalah seorang Kristen Advent hari Ketujuh yang saleh dan satu perkataan yang menarik dari Doss di akhir filmnya adalah, “keyakinan seseorang bukanlah sebuah lelucon”.

Ditengah zaman yang ditandai dengan semangat kompromistis dan toleransi, taring kekristenan enggan patah karena memilih untuk mengaburkan keyakinannya demi kenyamanan pluralitas. Alasannya sederhana yaitu menghindari sensitivitas keagamaan, menghargai perbedaan, dan sebagainya. Namun, pertanyaannya apakah hal demikian yang dikehendaki Tuhan? Saya yakin sekali bahwa Yesus tidak menghendaki hal demikian. Alasan saya sederhana bahwa Ketika Yesus semasa kehidupannya berjuang menunjukkan perbedaan hidup antara kerajaan Allah dengan gaya hidup kerajaan duniawi, mengapa kita justru menyembunyikan diri?

Pada masa ini, kekristenan ditandai dengan dua macam orang Kristen, yaitu : pertama, Kristen kontekstual dan kedua, Kristen Fanatik. Kristen kontekstual cenderung “melebur” bersama dengan pandangan atau nilai-nilai dalam masyarakat. Mereka mengembangkan macam-macam teologi kontekstual dengan keyakinan bahwa Kristus telah berinkarnasi ke dalam setiap budaya dan kepercayaan sehingga kita bisa menemukan Kristus di mana saja. Namun, usaha ini terkadang terlalu melebar sehingga keluar batas. Akibatnya, Kekristenan terlalu melebur dan hilang keunikkan identitasnya.

Sedangkan, Kristen Fanatik kebanyakan digandrungi oleh orang-orang yang berbanding terbalik dengan Kristen kontekstual. Mereka menunjukan jati diri mereka tanpa mau sedikitpun berkompromi dengan budaya ataupun kepercayaan lainnya. Mereka berani tampil berbeda dan menyuarakan suara mereka. Bagi mereka, apa yang mereka imani adalah suatu kebenaran mutlak yang tidak boleh dikompromikan. Namun, akibatnya mereka seringkali menganggap diri mereka “superior” sehingga kurang menghormati budaya dan keyakinan lainnya.

KRISTEN KRITIS-SOLIDARITAS

Jamie Snyder, seorang Pastor di Lakeside Church, di dalam bukunya “Real, Becoming 24/7 Follower of Jesus” memulai bab pertamanya dengan suatu pertanyaan menarik yang terus diulang-ulang olehnya. “If Sunday didn’t exist, would anyone know you were a follower of Jesus?” (jika hari sabat tidak ada, akankah seseorang tahu bahwa kita adalah pengikut Kristus?) Maksud Snyder begitu sederhana, bahwa bagaimanakah caranya agar orang dapat melihat Kekristenan itu? Ataukah kekristenan telah memudar dan warnanya tidak lagi terlihat disekeliling kita?

Yesus pernah memerintahkan orang Kristen agar menjadi “Garam” dan “Terang” dunia. Ia ingin agar pengikut Kristus menjadi orang-orang yang memberi dampak kehidupan Kerajaan Allah. Seorang Kristen seharusnya tidak bersembunyi, tetapi terangnya harus terlihat dan asinnya harus dirasakan. Seorang Kristen kontekstual yang kehilangan keunikan identitasnya jelas telah gagal melaksanakan perintah ini. Maka itu, ia butuh menjadi seorang Kristen yang fanatik, radikal bahkan subversif dalam pergerakannya dalam menunjukan kebenaran.

Namun, menjadi seorang Kristen bukan berarti tidak kontekstual. Rasul Paulus juga memberi pesan bahwa seorang Kristen haruslah kontekstual (I Kor 9:19-23). Ia harus memperhatikan konteks di mana ia berada, tetapi dengan prinsip supaya Kristus disaksikan dan memenangkan banyak jiwa (I Kor 9:19). Bukan untuk tujuan bersembunyi atau mencari aman. Kristus harus tetap menjadi yang utama, bukan malah bersanding sejajar dengan tokoh agama lainnya yang pasti tidak sebanding dengan Dia.

Pada akhirnya, menurut hemat saya, seorang Kristen haruslah menjadi Kristen yang Kritis-Solidaritas. Apa itu Kritis-Solidaritas? Seorang Kristen fanatik yang kritis, namun berjiwa kontekstual sehingga memiliki sikap “solidaritas” yang besar terhadap semua golongan bahkan kepercayaan lain sehingga membuat dia tetap relevan dan dapat berkontribusi ketika berada di manapun. Anda yang mana?

(Josua J. Sengge)

Baca : Ulangan 31 : 8

Syalom Sahabat Agape

Sudah seberapa banyak /seringkah,kita mengandalkan Tuhan dalam menghadapi masalah dan tantangan hidup yang begitu kompleks ini?Mungkin sesekali ya.Mungkin juga tidak,karena kita menganggap (dan berpikir secara manusia) bahwa masalah kita terlalu berat sehingga tidak akan ada jalan keluar,bahkan Tuhan pun tidak dapat menolong kita.Sahabat Agape,jika kita masih berpikir demikian dalam menjalani hidup ini,maka BERHENTI,dan RENUNGKAN lah betapa dahsyatnya penyertaan Tuhan dalam hidup kita.Sejak kita masih dalam kandungan hingga nafas kita yang terakhir,Tuhan tidak akan pernah berhenti berjalan bersama kita.

Mengapa kita perlu mengandalkan Tuhan dalam hidup kita? Karena Tuhan satu-satu nya sumber jawaban,sumber pengharapan dan masa depan kita.Hidup kita ada dalam tangan-Nya.Jika kita masih hidup dengan baik sampai saat ini,itu semua karena kasih Tuhan Yesus semata.Karena itu,jangan pernah putus asa dalam menghadapi masalah dan tantangan hidup baik dalam pekerjaan,pendidikan,cinta,pelayanan,maupun seluruh aspek hidup kita.Ia selalu menyertai dan memberi jalan keluar terbaik bagi masalah kita.Jika kita merasa tak sanggup lagi,maka lepaskan semua beban kita,berhenti sesaat,berdoa dan renungkanlah betapa besar kasih-Nya dalam hidup kita.Niscaya,kekuatan serta jalan keluar selalu disediakan bagi setiap orang yang mau percaya dan berjalan bersama-Nya.Amin.

Saat masalah dan tantangan datang,yang perlu kita lakukan adalah memandang kepada Tuhan dan penyertaan-Nya,bukan badai disekeliling kita.

Bacaan Alkitab :

Yohanes 1 :  35-41

 

Banyak orang Kristen yang mengaku percaya kepada Tuhan namun hidupnya tidak sesuai dengan keyakinan iman mereka. Maka itu, mereka butuh kembali mengevaluasi “percaya” mereka. Kisah Yesus dan dua orang murid Yohanes pembaptis yang dicatat di dalam Injil Yohanes memberikan tiga pengertian tentang “percaya” yang membantu orang Kristen menilai kembali “Percaya” mereka. Tiga pengertian itu adalah: 1.) Percaya berarti mengikuti; 2.) Percaya adalah tentang “Apakah yang kamu cari?”; dan, 3.) Percaya adalah tinggal di dalam Tuhan. Apakah kita sudah betul-betul percaya kepada Tuhan? (Josua J. Sengge)

Baca: Matius 1:18-25

Dalam sebuah kesempatan, Paus Yohanes Paulus II berkata “The truth is not always the same as the majority decision” (kebenaran tidak selalu sama dengan suara mayoritas). Tindakan memilih berbeda dari opini masyarakat inilah yang diambil oleh Yusuf dalam menyikapi kehamilan Maria, tunangannya.

Dunia serasa runtuh! Maria hamil! Padahal Yusuf dan Maria belum hidup sebagai suami istri (ayat 18). Lalu harus bagaimana? Kalau Yusuf mengumumkan ketidaksetiaan Maria, Maria bisa terkena sanksi dilempari batu hingga mati (Ul. 22:23-24). Di sisi lain ia tidak bisa meneruskan pertunangan karena Maria telah mengkhianati dia. Karena tak ingin mempermalukan Maria, maka Yusuf hanya ingin menceraikan Maria diam-diam (ayat 19). Namun di tengah kegelisan hati Yusuf, Tuhan hadir dan memberikan opsi ketiga yaitu menikahi Maria sebab anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (ayat 20-23). Bahkan Tuhan secara langsung menginstruksikan agar Yusuf memberi nama Yesus untuk anak yang akan dilahirkan Maria, sebab Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Konfirmasi dari malaikat dan kepatuhan pada kehendak Tuhan meneguhkan Yusuf untuk mengambil keputusan yang tepat. Saat Tuhan menyatakan kebenaran, Yusuf percaya kepada Allah dan taat. Meski tidak mudah dan harus bayar harga, Yusuf sadar bahwa kehendak Allah harus digenapi di dalam dan melalui hidupnya.

Apakah saat menyambut Natal ini, Anda diperhadapkan pada pilihan atau masalah yang sangat sulit seperti yang dihadapi oleh Yusuf? Atau Anda sedang didesak untuk membuat keputusan berdasarkan pilihan-pilihan yang kelihatannya bijak dan baik? Temukanlah firman-Nya bagi hidup Anda sebab Dia adalah Allah Imanuel, Allah yang selalu ada bagi hidup Anda. Izinkanlah Yesus mengajukan opsi-Nya bagi hidup Anda. Putuskanlah untuk menaati Yesus dengan segenap hati sebagai kado terindah bagi Dia di malam peringatan kelahiran-Nya.

Sumber Title:
e-SH – Kamis, 24 Desember 2009
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2009/12/24

“MAKNA KELAHIRAN YESUS”

(Lukas 2: 1-7)

 

Kita merayakan kelahiran Tuhan Yesus karena Dia hidup bukan mati. Lilin terus menyala, tidak boleh dipadamkan supaya cahaya-Nya menerangi kehidupan kita, itulah makna kelahiran Yesus. Perjalanan Yusuf & Maria ke Betlehem 96 Km. Kendaraan yang dipakai bukan mobil melainkan unta. Perjalanan itu tidak mudah, terburu-buru karena ada konsekwensi pajak supaya yang dicatat hanya 2 jiwa.

Betlehem (tempat Yesus lahir) ada beberapa hal penting tentang tempat ini:

  1. Betlehem tempat Yakub menguburkan Rahel, orang yang Yakub cintai dan bekerja selama 14 Tahun. (inilah kisah yang tidak boleh dipisahkan dari rencana keselamatan Allah).
  2. Di Betlehem ini juga tempat Ruth menikah dengan Boas. Ada pengangkatan kembali harkat manusia.
  3. Betlehem juga sering di sebut dengan kota Daud/rumah Daud (I Samuel:20)
  4. Betlehem juga tempat Daud merindukan air sumur (2 Samuel 23:14-15)
  5. Betlehem juga mempunyai beberapa terjemahan dalam bahasa Arab: “Rumah Daging”, Yunani “Rumah Roti”. Disini kita dapat pahami bahwa tubuh Yesus dipecahkan dan darahNya dicurahkan untuk memberi makan manusia, untuk mereka yang lapar dan haus akan dipuaskan.

Semuanya akan menjadi sia-sia jika kita tidak memberi makna pada kelahiran-Nya. Perayaan ini bukan berarti serta merta Yesus lahir dalam hidup kita, renungkanlah! Kapan Yesus lahir dalam hidupmu?

Imamat 12: 2 dan Imamat 15: 18-27 mencatat kekerabatan keluarga di Israel sangat tinggi. Peraturan mereka pegang teguh, budaya dan adat sangat tinggi. Yesus ditolak karena alasan adat, karena Maria akan menajiskan tempat yang dianggap najis oleh adat. Oleh karena adat itu maka Yesus disingkirkan, dan inilah yang membuat natal tanpa makna. Tidak ada penyambutan dan syukuran bagi Maria dan bagi Yesus, justru palunganlah tempat bagi Yesus. Kelahiran Yesus hanya bermakna kalau kita  tidak diikat oleh adat istiadat di dunia ini. Bertahun-tahun kita rayakan natal semua menjadi seremonial belaka karena kita tetap berkelahi, tetap hidup tanpa kasih, kalau yang kelihatan sangat tidak kita hargai maka bagaimana dengan yang tidak kelihatan.

Natal dalam bahasa Portugis artinya “Kelahiran” pertanda kehidupan. Sikap tutur kata dari orang yang rayakan natal adalah sikap yang menghidupkan seperti kalimat ini “Jangan Takut” bukan kalimat mematikan. Kita sudah lama hidup tapi Natal harus membuat kita hidup baru. Natal berarti sebuah tanggungjawab yang di mulai dari dalam keluarga, natal dimulai dari perhimpuan keluarga, karena itu perbaikilah hubungan dengan keluarga, persaudaraan itu indah. Mari kita satu kasih, satu hati, satu tujuan, nama Kristus dimuliakan.

Ringkasan Khotbah Pdt. Yandi Manobe, S.Th

« Older Entries