header image
 

All posts in December 29th, 2016

Baca: Lukas 2:1-14

Peristiwa Natal akan tenggelam dalam keheningan malam kota kecil Betlehem, seandainya malaikat Tuhan tidak datang untuk mengumandangkan berita sukacita, “Kristus Tuhan sudah lahir di kota Daud.”

Nyanyian malaikat merupakan tanda bahwa kemuliaan Allah menaungi isi dunia, direpresentasikan oleh para gembala di padang rumput. Memang dunia ini ibarat padang rumput dengan para gembala serta domba-domba mereka di malam hari. Tenang, hening dan hanyut, dan hampir tidak ada kehidupan! Ketika terang ilahi bersinar melingkupi semuanya, tidak hanya para gembala yang tersentak dari lamunannya, dunia pun menggeliat terbangun oleh berita sukacita yang datang dari tempat yang mahatinggi.

Dunia yang hanyut oleh ketiadaan pengharapan, tersentak oleh pernyataan sorgawi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Pernyataan ini membukakan harapan, bahwa bagi dunia yang hampa diberikan damai sejahtera. Damai sejahtera itu selain merupakan perwujudan kemuliaan Allah, juga merupakan penggenapan janji Allah, yaitu bahwa damai diberikan kepada umat yang memperkenankan hati-Nya. Mereka yang memperkenankan hati Allah adalah mereka yang menerima Dia, cahaya kemuliaan Allah, yang lahir di kandang hina.

Renungkan:Kemuliaan Allahlah yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Apakah Anda sudah menerima Sang Cahaya Kemuliaan Allah dalam hidup Anda?

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 28 Desember 2003
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2003/12/28

Baca: Lukas 2:8-20

Yesus pernah berujar, “Orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih” (Luk. 7:47). Respons seseorang tergantung dari seberapa besar ia (merasa) telah menerima. Mari belajar dari para gembala bagaimana mereka merespons pernyataan kabar baik dari Allah.

Siapakah para gembala ini? Pada masa itu mereka termasuk orang-orang yang tersisihkan dan tidak dihormati oleh orang Yahudi, khususnya oleh para rabi Yahudi karena dianggap bodoh, tidak terdidik, suka mencuri anak domba, tidak jujur, dan melakukan pekerjaan yang najis. Maka mereka tidak boleh menghadiri ibadah di bait Allah dan bersaksi dalam pengadilan. Tidak heran mereka sering berpindah-pindah dan memilih tinggal bermalam di padang belantara bersama ternak mereka. Namun demikian, Allah berkenan menyatakan anugerah dengan menyampaikan berita Natal, pertama-tama kepada mereka.

Bagaimana mereka merespons kabar baik itu? Mula-mula takut, tetapi kemudian berubah menjadi menjadi sukacita. Mula-mula merasa terasing dan tidak berarti, lalu menjadi hidup penuh arti dan damai sejahtera. Bahkan mereka bergegas pergi ke Betlehem untuk menemukan bayi Yesus dengan tanda pengenalnya. Menemukan Yesus telah mengubah hidup mereka secara luar biasa, dan telah mendorong mereka menaikkan rasa syukur mereka dan menceritakan kabar baik itu kepada orang lain agar mereka juga boleh mengalami sukacita dan damai sejahtera tersebut (17-18).

Sikap hati seperti apa yang perlu dimiliki oleh orang percaya untuk merespons kabar baik yang telah mengubah hidup berdosa jadi hidup bermakna dalam Kristus? Teladanilah empat orang kusta yang tercatat di 2 Raja-raja 7:3-11, “Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita” (9). Sudahkah Anda merespons kabar baik hari ini dengan memberitakan Yesus kepada orang yang membutuhkan?

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 26 Desember 2010
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2010/12/26

Baca: Yohanes 1:14-18

Bagi sebagian orang, makna Hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang-senang, bahkan berpesta-pora. Bagi yang lain lagi, inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan bisnis sebesar-besarnya dengan menempelkan label Natal pada apa saja yang mereka perdagangkan. Bagi orang lain, Natal adalah kesempatan untuk temu-kangen dengan keluarga dan kerabat, entah itu di sekitaran rumah ataupun di gereja. Jika benar itu yang terjadi di sekitar kita, sungguh menyedihkan, karena itu berarti kedatangan Yesus justru tak terasa dampaknya bagi kita.

Sang Firman yang adalah Allah (1), yang sudah ada sebelum Yohanes (15), yang disebut sebagai Anak Tunggal Bapa yang ada di pangkuan Bapa dan menyatakan-Nya (18), telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita (14). Untuk apa Ia menjadi manusia? Supaya kita melihat kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa yang penuh kasih karunia dan kemuliaan (14, 16) dan seperti yang kita baca kemarin, supaya kita boleh percaya dan menjadi anak-anak Allah (12-13). Semua ini mestinya membuat kita bersukacita dan sukacita inilah yang mestinya mendasari perayaan Natal. Kita bersukacita, karena Sang Firman telah menjadi manusia, dan karena-Nya kita boleh menjadi anak-anak Allah. Adakah sukacita yang lebih besar dan lebih indah dari itu?

Maka jangan biarkan nafsu kesenangan atau keuntungan materi mendominasi perayaan Natal kita. Sebaliknya, rasa takjub dan syukur karena Sang Firman telah menjadi manusia seharusnya mendorong kita untuk melakukan beberapa hal. Pertama, kita memuji dan memuliakan Sang Firman di dalam doa syukur dan ibadah kita, baik secara pribadi, bersama keluarga, maupun komunitas jemaat kita. Kedua, kita diingatkan kembali bahwa sama seperti Yohanes bersaksi tentang Sang Firman, kita juga perlu memberitakan kesaksian kita tentang Dia. Kabar bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia perlu kita bagikan kepada orang lain, supaya mereka pun beroleh kesempatan untuk merasakan sukacita besar ini.

Sumber Title:
e-SH – Rabu, 25 Desember 2013
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2013/12/25

Baca: Yohanes 1:10-18

Respons orang dalam menyambut kedatangan Yesus terbagi menjadi dua: ada orang yang menolak, ada juga orang yang menerima Dia.

Meskipun Kristus adalah Pencipta dunia beserta segala isinya, tetapi manusia ciptaan-Nya itu tidak mengenal Dia (ayat 10). Bahkan umat yang dipilih untuk mempersiapkan kedatangan Mesias pun menolak (ayat 11), walaupun firman Tuhan di dalam Perjanjian Lama telah memberi tahu mereka mengenai kedatangan-Nya. Padahal kedatangan Kristus membuat manusia dapat mengenal Allah secara utuh, karena Allah jadi terlihat dan nyata di dalam Kristus (ayat 18). Kristus adalah penyataan sempurna dari Allah dalam rupa manusia (ayat 14). Di dalam Kristus, Allah menjadi manusia yang tinggal di dunia.

Akan tetapi, orang yang menyambut kedatangan Kristus sebagai Tuhan di dalam kehidupan mereka, telah dilahirkan kembali secara rohani. Orang itu menerima hidup baru dari Allah. Melalui iman kepada Yesus, kelahiran baru mengubah hati,sikap, keinginan, serta motivasi manusia. Pengalaman dilahirkan kembali membuat kerohanian manusia menjadi hidup. Bagai seorang bayi yang baru lahir disebut sebagai anggota keluarga baru, begitulah kelahiran baru menempatkan manusia sebagai anggota keluarga Allah (ayat 12). Sejak itulah manusia mempunyai hubungan yang benar, akrab, dan mendalam dengan Allah. Yohanes menegaskan bahwa hubungan itu hanya dapat dimiliki melalui Yesus. Dengan menyambut Yesus serta percaya kepada Dia, kita menjadi anak-anak Allah yang mengenal pikiran dan sikap Allah kepada manusia melalui Yesus.

Kiranya perayaan Natal menjadi garis akhir penolakan kita pada Yesus. Sebaliknya, merayakan Natal menjadi wujud penyambutan kita atas kehadiran Kristus, Firman yang telah menjadi manusia dan diam di antara kita; serta perayaan atas dimasukkannya kita sebagai anggota keluarga Allah. Jadikanlah Natal sebagai garis awal untuk memulai hubungan yang penuh keakraban dengan Allah.

Sumber Title:
e-SH – Rabu, 26 Desember 2007
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2007/12/26

Baca: Yesaya 8:23-9:6

Sebagian besar umat Kristiani merayakan hari Natal. Apa yang kita ingat sewaktu merayakan Natal? Kelahiran Yesus sebagai bayi? Atau Sang Mesias yang membawa pengharapan?

Yesaya 8:23-9:6 berkonteks kehidupan Yehuda yang dilanda ketakutan terhadap ancaman Aram dan Israel. Ahas mengambil keputusan yang salah, meminta pertolongan kepada Asyur dan bukan kepada Tuhan. Yehuda adalah bangsa yang berjalan dalam kegelapan karena dipimpin oleh raja yang tidak takut Tuhan.

Allah menjanjikan Mesias. Ia akan membawa pengharapan bagi umat-Nya. Kedatangan-Nya membuka babak baru dalam hidup umat-Nya. Manusia yang dikuasai kegelapan dosa, kini melihat Terang yang besar yang mengenyahkan kegelapan. Kedatangan-Nya mengubah kedukaan yang mencekam menjadi sukacita besar. Ia membuat manusia lepas dari belenggu dosa yang menindas dan memberikan damai sejahtera yang mampu mengenyahkan perang dan perseteruan (1-4).

Janji Mesias ini telah digenapi dengan kelahiran Yesus. Dua hal penting yang dikatakan Yesaya mengenai Yesus adalah bahwa Dia adalah manusia sejati dan Allah sejati. Yesus adalah manusia sejati sesuai perkataan ‘seorang anak telah lahir’. Yesus Kristus adalah Allah sejati nampak dari empat nama Ilahi: Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, dan Raja Damai.

Natal bukan perayaan ulang tahun Yesus, melainkan kedatangan Yesus ke dunia yang memberikan pengharapan kepada manusia berdosa. Jika Yesus sudah lahir 2000 tahun yang lalu, mengapa masih ada orang yang hidup tanpa pengharapan dan damai? Bukankah Sang Raja Damai itu telah datang? Betul, dan itulah tugas kita untuk memperkenalkan Yesus sang Raja Damai itu, dan momen natal adalah salah satu kesempatan yang dapat kita pakai.

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 25 Desember 2011
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2011/12/25

“SATU JURUSELAMAT, BANYAK PEKERJA”

(Lukas 1 :8-17; 57-64)

                Satu Juruselamat bisa mengerjakan semua pekerjaan, tetapi Ia memanggil kita menjadi bagian dari pekerjaan ini. Matius 1: 17, ada 14 keturunan, orang yang disebutkan sangat banyak, daftar ini adalah bagian dari kronologi Alkitab tentang rencana penyelamatan Allah. Imam-Imam sangat banyak, sehingga mereka harus di undi. Zakaria mendapat kesempatan untuk masuk ke bait Allah, disana Zakaria mendapatkan berita dari malaikat bahwa istrinya Elisabeth akan mengandung dan melahirkan. Bagaimana hubungan cerita ini dengan thema kita?

  1. Ada banyak orang yang dilibatkan dalam pekerjaan Allah. Mengapa banyak orang? (1) Karena kedatangan Yesus begitu penting bagi manusia, Allah ingin sekali manusia tahu. (2) Supaya semua orang bersaksi tentang hal itu sebagaimana ribuan umat terlibat dalam proses ketika Zakaria menerima janji Allah. Tuhan ingin kita jadi saksi (bukan pengacara), karena itu Tuhan memanggil kita untuk mengalami pekerjaan itu sehingga kita menjadi saksi bagi semua orang. (3) Ladang sangat luas, penuai sangat sedikit. Para pekerja berkumpul sering jadi masalah dan ingin jadi inti, mau mencuri kemuliaan Tuhan.
  2. Bagaimana banyak orang dapat dipakai? (1) Sebagaimana Maria sangat dilematis ketika menerima kabar dari malaikat. Ketika Maria berhenti berpikir dari cara berpikir manusia dan masuk dalam cara berpikir Allah. Selama kita mengutamakan diri kita sendiri, maka kita tidak dipakai oleh Allah. “Aku ini hamba Tuhan, Jadilah padaku menurut perkataan-Mu” itu pernyataan rendah hati. Tuhan tidak lahir bagi orang sombong. Walaupun sulit untuk merendahkan hati, kita harus tetap “STH”: “Saya Tetap Hamba” mau setinggi atau sehebat apapun kita harus tetap bilang saya tetap hamba. (2) Orang-orang yang dipakai Tuhan bukan hanya para Imam. Yohanes pembaptis bukan Imam, Ia tinggal di hutan, Dia orang awam biasa yang Tuhan pakai. Orang-orang yang Tuhan pakai mulai dari Abraham sampai Timotius mereka bukan Imam. Tuhan pakai Ester, Musa, Abraham, Ruth (seorang TKW), Daud, Salomo, Lidya, Petrus dan temannya, Simon orang Zelot (politisi), Onesimus (seorang budak), Matius (pemungut Cukai). Pengakuan kita harus seperti ini! Tuhan pakai saya sebagai seorang penjaga toko, sopir, dokter, politisi, pengusaha, bukan sekedar kita memainkan peran tetapi kita sungguh-sungguh menjadi saksi dalam pekerjaan kita karena kita bukan sembarang pekerja.
  3. Pemberian nama Yohanes. Nama ternyata sangat penting. Ada campur tangan Allah dalam diri anak ini sehingga penamaan itu penting. Sehingga setiap kali nama itu disebut, kita ingat campur tangan Tuhan, seperti namamu bukan Abram tetapi Abraham, bukan lagi Saulus tetapi Paulus. Berita jawaban dari doa Zakaria. Jawaban bagi Zakaria sekaligus menjadi jawaban bagi bangsa Israel. Sukacita itu menjadi bagian semua orang. Sukacita kita dalam melayani adalah sukacita semua orang. Tuhan memanggil kita bukan untuk aman bagi diri kita sendiri tetapi kita di panggil untuk menjadi berkat bagi semua orang. Amin.

 

Ringkasan Khotbah Pdt. Yandi Manobe,S.Th

Baca: Yesaya 51:1-16

Setiap tahun di bulan Desember, menjelang peringatan hari Natal, gereja biasanya merayakan minggu-minggu Advent. Maknanya menantikan kedatangan Yesus Kristus, Juruselamat yang akan menebus dosa manusia. Kedatangan Yesus kita rayakan dengan Natal. Bagaimana merayakan minggu-minggu Advent? Orang hanya dapat memahami dan menghayati makna Advent, jika ia menyadari dosa-dosanya dan kengerian hukuman Allah yang akan menimpa dia karena dosa-dosanya itu. Ia juga harus sadar bahwa ia tidak bisa mengusahakan keselamatannya sendiri.

Perikop hari ini merupakan janji Allah untuk memulihkan umat-Nya. Janji itu ditujukan kepada sisa umat yang percaya, yang sedang berada dalam pembuangan (ayat 1). Dua kali Allah memberikan penghiburan (ayat 3, 12) bahwa Tuhan akan segera bertindak memulihkan mereka. Pertama, mereka disuruh mendengar (ayat 4) dan menyaksikan (ayat 6) bagaimana keselamatan akan dengan sekejap dinyatakan. Mereka diminta untuk tidak mengkhawatirkan perkataan orang lain yang melecehkan iman mereka (ayat 7), karena janji Tuhan pasti digenapi (ayat 8). Kedua, mereka diminta untuk tidak takut akan musuh yang memang saat ini masih mencengkeram mereka (ayat 12). Tuhan, Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu (ayat 13) akan bertindak membebaskan dan memulihkan umat-Nya (ayat 16). Maka respons tepat umat Tuhan adalah menyambut pemulihan itu dengan semangat (ayat 9-11) dan dengan mengelu-elukan Tuhan yang akan datang bak pahlawan menang perang.

Mari kita merayakan Advent dengan mengambil sikap seperti umat Israel menantikan Tuhan (ayat 9-11). Sambut kedatangan Tuhan Yesus dengan antusias dan sorak sorai penuh sukacita, dan dengan keyakinan iman bahwa Dialah satu-satu-Nya yang sanggup menyelesaikan permasalahan dosa manusia. Persiapkan diri kita menyambut Natal dengan tekad hidup tetap setia kepada Dia dan juga dengan memberitahu orang-orang di sekitar kita bahwa Kristus datang untuk menyelamatkan mereka. Haleluya!

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 7 Desember 2008
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2008/12/07

Yohanes 1 : 1-19

Sebagian besar orang tidak suka berada di dalam kegelapan. Itu ditandai dengan tindakan untuk mencari dan menyalakan alat penerang bila tidak ada lampu, misalnya. Manusia memang membutuhkan terang karena terang membuat manusia merasa nyaman dan aman. Demikian juga dengan kehidupan rohani manusia. Dosa menguasai manusia, seperti kegelapan menguasai malam. Dalam keadaan demikian, manusia membutuhkan terang agar tidak lagi hidup di dalam kegelapan dosa.

Yohanes mengaitkan terang itu dengan Firman. Firman itu ada sejak semula bersama-sama dengan Allah (ayat 1). Firman itu kemudian datang ke dalam dunia (ayat 9). Melalui Firman, manusia beroleh hidup dan terang (ayat 4, band. Mzm. 36:10). Di dalam terang tidak ada kegelapan dan kegelapan tidak dapat menguasai terang (ayat 5). Terang menyelamatkan hidup dari kekacauan, mengungkapkan hal-hal yang tak kelihatan, memperlihatkan segala sesuatu apa adanya, dan juga membimbing. Tanpa terang, orang akan berjalan di dalam kegelapan.

Pemaparan Yohanes dengan jelas menunjukkan bahwa Firman itu ialah Yesus (ayat 14), Seseorang yang ia kenal dan kasihi. Dialah Pencipta alam semesta (ayat 3, band. Kol. 1:17). Hidup-Nya memberi terang pada manusia. Di dalam terang-Nya, manusia dapat melihat diri sebagaimana adanya, yakni pendosa yang membutuhkan Juruselamat. Ia memang datang untuk membebaskan manusia dari kehancuran akibat dosa sehingga manusia memiliki kehidupan yang bermakna, yakni sesuai dengan kehendak Allah.

Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang itu ke dalam dunia. Menyambut natal berarti menyambut Sang Terang. Memberi diri diterangi oleh Yesus sama dengan menyambut hidup yang kekal. Orang yang mengikut Yesus tidak akan berjalan di dalam kegelapan, melainkan akan memiliki terang hidup. Marilah kita mempersilakan Kristus mengusir kegelapan dosa yang menguasai kita. Biarkanlah Dia menerangi dan memimpin hidup kita.

Sumber Title:
e-SH – Selasa, 25 Desember 2007
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2007/12/25

Pada hari Rabu,28 Desember 2016 dilakukan pelayanan Natal bagi para lansia-Christmas Carol.Diharapkan kunjungan natal ini dapat membawa sukacita,damai dan kekuatan bagi para lansia dan keluarganya.Pelayanan di bagi dalam 5 kelompok (masing-masing kelompok dipimpin oleh Ibu Pdt.Anthonetha Manobe,Ibu Marthence,Ibu Ellen Amalo,Ibu Kisek dan Kak Lucas Suryawan),yang melakukan kunjungan kerumah para lansia.Pelayanan dengan menyanyikan kidung natal,pembacaan ayat alkitab,doa bersama dan pelayanan diakonia.Kegiatan ini berlangsung pada pukul 16.30-19.00 Wita.

 

 

 

Ibadah perayaan Natal Komisi Kaum Bapak berlangsung pada hari Senin 26 Desember 2016 di halaman depan GMIT Agape pada pukul 18.00-21.00 Wita.