header image
 

All posts in December 10th, 2016

Seorang anak berdiri berlama-lama di depan etalase sebuah toko,memandang kagum sebuah pohon natal yang dipajang disana dengan berbagai hiasan dan lampu yang amat menarik.Anak kecil itu seperti anak-anak lain pada umumnya,yang begitu mengagumi keindahan pohon natal dan dekorasi menjelang natal yang penuh dengan kehangatan dan kemeriahan.Namun,ia hanya dapat mengagumi pohon natal itu saja.Ia tidak akan pernah punya cukup uang untuk membelinya,bahkan dengan ukuran yang paling kecil sekalipun.Ia tinggal disebuah rumah gubuk,ditanah milik pemerintah tempat kampung kumuh mereka.Ayahnya bekerja sebagai buruh upahan,ibunya seorang penjual sayuran.Sebelum pergi sekolah,ia berkeliling kompleks perumahan mewah dekat kampung kumuhnya untuk mencari uang tambahan membeli kebutuhan sekolahnya,seperti alat tulis dan buku-buku.Upah yang diperoleh mereka hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan sekolahnya.

Lamunanya untuk memiliki pohon natal itu buyar,saat seorang karyawan toko mengusirnya dari tempat itu.Menganggu pemandangan,kata karyawan tersebut.Ia hanya bisa menghela nafas dan beranjak pergi dari toko tersebut,sambil sesekali menoleh kebelakang menatap pohon natal indah itu.Ia mengenggam erat recehan di dalam sakunya.Uang yang di sisihkannya sedikit demi sedikit,berharap bisa membeli pohon natal yang paling kecil,hadiah untuk ayah dan ibunya.

Beberapa waktu berlalu,dan malam natal pun tiba..anak kecil itu pulang kerumah saat hari mulai gelap.Ia baru saja berkeliling membantu orang-orang di sekitar kompleks perumahan mewah,berharap mendapat upah yang cukup untuk dapat membeli sedikit makanan untuk mereka makan bersama usai ibadah natal digereja.Ia melewati toko yang menjual pohon natal itu.Pohon itu sudah tidak ada di sana.Sedikit kecewa ia bergegas pulang,karena semakin dekat waktu untuk beribadah.

Usai beribadah di gereja,mereka pulang kerumah dengan penuh sukacita karena masih diberi kesempatan untuk merayakan natal bersama keluarga.Rumah gubuk mereka terlihat terang benderang.Di depan rumah,sebuah pohon natal besar,dengan dekorasi yang menarik dan berbagai bungkusan hadiah serta lampu yang berkelap-kelip sudah berdiri dengan indahnya.Anak itu hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.Ternyata,pohon natal itu lah yang dilihatnya di etalase toko selama ini.Seorang ibu yang baik hati bersama keluarganya dari perumahan mewah tempatnya berkeliling mencari uang,ternyata sempat menyaksikan kejadian saat dirinya diusir dari depan toko tersebut.

Anak itu dan orang-orang diperumahan kumuh disekitarnya bukan hanya memperoleh pohon natal yang indah,tetapi lebih daripada itu.Kasih,kepedulian dan hati yang terbuka dari orang lain.Ia mendapatkan apa yang lebih dari yang diinginkannya.Ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

 

Admin Sekretariat

 

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya…
Lalu Dia menunjukkan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliki siapapun untuk berbagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak cantik…
Lalu Dia menunjukkan seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua…
Lalu Dia menunjukkan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar…
Lalu Dia menunjukkan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja diusir dari rumah yang kecil sesak…dan terpaksa tinggal dijalanan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja…
Lalu Dia menunjukkan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun, karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar membaca.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal…
Lalu Dia menunjukkan seseorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar…
Lalu Dia menunjukkan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.
Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku…
Dia lalu menunjukkan AlkitabNya…Dia menunjukkan AnakNya, yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.
Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku…
Dan itu cukup bagiku
‘Mengucap syukurlah dalam segala hal,
sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.’

Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin.
Lilin itu berkata, “Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah, tapi jika tidak beruntung aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas.”
Sambil tersenyum sang bintang pun menjawab, “Aku memang bersinar di langit yang luas, namun sinarku hanya akan tampak di malam hari, sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan.”
Seperti lilin, kita seringkali mengeluhkan kondisi yang kita alami. Sebagai karyawan, kadang kita merasa tidak seberuntung rekan kerja yang lain. Kita merasa bahwa beban perkerjaan lebih menumpuk, atau mendapat ruangan yang tidak senyaman mereka, kemudian kita membandingkan diri dan berkata, “Andai saja aku bisa memilih… “
Jangan pernah mengeluh, Tuhan mau kita saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Dan semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat.
“Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus,
yang masih kamu lakukan sampai sekarang.”
( Ibrani 6 : 10 )

Bacaan : Lukas 5 : 1-14

Pembicara : Ev.Ellen Amallo,S.Pdk

 

Dalam kitab ini,Mikha ingin berbicara tentang pemerintahan yang tidak mengayomi dan mensejahterkan semua orang,khususnya petani-petani kecil dilingkungan tempat tinggalnya ( Moresyet- Pasal 1 : 1).Ia mengkritik dosa-dosa bangsanya (Pasal 1 : 5-7 ).Ia melihat banyak ketimpangan-ketimpangan dan juga pemberhalaan berbagai hal yang merusak kehidupan bangsanya (Pasal 1-3).

Dalam pasal 4-5 menunjukkan janji Tuhan akan raja dan pemerintahan yang baik,yang hadir lewat kota / tempat yang kecil.Pasal 6-7 berbicara tentang pengadilan dan pengampunan Tuhan pada orang-orang yang mau berbalik dari jalan-jalannya yang salah.Dia menunjukkan beberapa hal dari pasal 5 : 1-5 :

1.Betlehem (rumah roti),kota kecil tempat lahirnya Sang Juruselamat.Mikha menunjukkan bahwa pemerintahan yang kekal,yang sudah ada sejak zaman dahulu.Bukan pemerintahan manusia yang sementara.Tuhan hadir untuk menggembalakan,mengayomi dan memberi damai bagi semua orang.

2.Orang-orang yang hidup dalam pengharapan,yang tertindas,dipandang sebelah mata akan mendapat kekuatan baru.

3.Berhala-berhala akan dihancurkan.Saatnya akan tiba,orang-orang yang benar tetap tinggal dihadapan Tuhan,dan yang palsu akan dilenyapkan.

Dalam kehidupan kita,lewat kitab Mikha ini (6 : 8 ),Ia Tuhan tidak menuntut hal-hal yang berat dari kita.Mari,persiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan Tuhan.Kita siapkan hati kita dengan kerendahan hati,memperlakukan orang-orang disekitar kita (terutama orang-orang kecil dan lemah) dengan baik sesuai firman Tuhan.Bagaimana kita menunjukkan kasih Tuhan dalam hidup kita setiap hari.Amin.

[P.U.S.H. = Pray Until Something Happens!!]

Seorang laki-laki sedang tidur di pondoknya ketika kamarnya tiba-tiba menjadi terang, dan nampaklah Sang Juruselamat.

Tuhan berkata padanya bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukannya. Lalu Tuhan menunjukkan padanya sebuah batu besar di depan pondoknya. Tuhan menjelaskan bahwa ia harus mendorong batu itu dengan seluruh kekuatannya.

Hal ini dikerjakan laki-laki itu setiap hari. Bertahun- tahun ia bekerja sejak matahari terbit sampai terbenam, pundaknya sering menjadi kaku menahan dingin, ia kelelahan karena mendorong dengan seluruh kemampuannya. Setiap malam laki-laki itu kembali ke kamarnya dengan sedih dan cemas, merasa bahwa sepanjang harinya kosong dan tersia-sia.

Ketika laki-laki itu mulai putus asa, si iblis pun mulai mengambil bagian untuk mengacaukan pikirannya “Sekian lama kau telah mendorong batu itu tetapi batu itu tidak bergeming. Apa kau ingin bunuh diri? Kau tidak akan pernah bisa memindahkannnya.”

Lalu, ditunjukkannya pada laki-laki itu bahwa tugas itu sangat tidak masuk akal dan salah. Pikiran tersebut kemudian membuat laki-laki itu putus asa dan patah semangat.

“Mengapa aku harus bunuh diri seperti ini?” pikirnya.

“Aku akan menyisihkan waktuku, dengan sedikit usaha, dan itu akan cukup baik.”

Dan itulah yang direncanakan, sampai suatu hari diputuskannya untuk berdoa dan membawa pikiran yang mengganggu itu kepada Tuhan.

“Tuhan,” katanya “Aku telah bekerja keras sekian lama dan melayaniMu, dengan segenap kekuatanku melakukan apa yang Kau inginkan. Tetapi sampai sekarang aku tidak dapat menggerakkan batu itu setengah milimeterpun. Mengapa? Mengapa aku gagal?’

Tuhan mendengarnya dengan penuh perhatian,”Sahabatku, ketika aku memintamu untuk melayaniKu dan kau menyanggupi, Aku berkata bahwa tugasmu adalah mendorong batu itu dengan seluruh kekuatanmu seperti yang telah kau lakukan. Tapi tidak sekalipun Aku berkata bahwa kau mesti menggesernya. Tugasmu hanyalah mendorong. Dan kini kau datang padaKu dengan tenaga terkuras, berpikir bahwa kau telah gagal. tetapi apakah benar?
Lihatlah dirimu. Lenganmu kuat dan berotot, punggungmu tegap dan coklat, tanganmu keras karena tekanan terus- menerus, dan kakimu menjadi gempal dan kuat. Sebaliknya kau telah bertumbuh banyak dan kini kemampuanmu melebihi sebelumnya. Meski kau belum menggeser batu itu. Tetapi panggilanmu adalah menurut dan mendorong dan belajar untuk setia dan percaya akan hikmatKu. Ini yang kau telah selesaikan. Aku, sahabatku, sekarang akan memindahkan batu itu.”

Terkadang, ketika kita mendengar suara Tuhan, kita cenderung menggunakan pikiran kita untuk menganalisa keinginanNya, sesungguhnya apa yang Tuhan inginkan adalah hal-hal yang sangat sederhana agar menuruti dan setia kepadaNya….

Dengan kata lain, berlatih menggeser gunung-gunung, tetapi kita tahu bahwa Tuhan selalu ada dan Dialah yang dapat memindahkannya.

Ketika segala sesuatu kelihatan keliru…. lakukan P.U.S.H. (PUSH = dorong)
Ketika pekerjaanmu mulai menurun…. lakukan P.U.S.H.
Ketika orang-orang tidak berlaku seperti yang semestinya mereka lakukan…. lakukan P.U.S.H.
Ketika uangmu seperti “lenyap” dan tagihan-tagihan mulai harus dibayar…. lakukan P.U.S.H.

P. Pray
U. Until
S. Something
H. Happens

PUSH = Pray Until Something HAPPENS!! (Berdoalah sampai sesuatu terjadi)

Lukas 1  : 26-38 ; Matius 25

Penantian dan berjaga-jaga sangat berkaitan dengan penebusan dan pendamaian.Berdamai dengan Allah dan manusia adalah tanda pertobatan.Tetapi berita pendamaian itu belum tentu dapat diterima dengan baik.Hal ini dialami oleh Maria yang mendapat kabar tentang kehamilannya oleh malaikat Tuhan.

Banyak orang merayakan natal,dengan tertuju pada hal-hal yang tidak semestinya.Kita menjadi sibuk dan dipusingkan dengan hal-hal duniawi Akhirnya natal menjadi momen yang buruk,bukan kabar baik lagi.Mari kita belajar dari Maria agar dapat menerima kabar baik itu :

1.Maria dapat menerima kabar baik itu saat ia berhenti berpikir tentang dirinya sendiri.Ia mau menerima tanggungjawab itu.Marilah kita berhenti berpikir tentang diri sendiri .Berikan diri kita untuk melayani Tuhan,dan menjadi saluran kabar baik itu.Orang yang berpikir tentang diri sendiri hanya :

a.Memikirkan tentang keuntungan diri sendiri

b.Hanya melihat diri sendiri.Tuhan mau kita keluar dari diri sendiri dan jangan hanya fokus melihat orang lain saja,tetapi perlu introspeksi diri.Tuhan mengajak kita untuk mengubah kabar buruk itu menjadi kabar baik.

2.Mengambil keputusan (ayat 38).Jangan kompromi !Keputusan itu penting,karena memilikiefek dalam hidup kita.

3.Mampu untuk merendahkan diri,karena dihadapn Tuhan kita bukan apa-apa.Harus diingat bahwa kita semua memiliki gelar abadi : sth (saya tetap hamba).Merendahkan diri adalah untuk memuliakan Allah.

Mari kita nantikan natal,kabar baik itu dengan cara yang baik dan benar yaitu untuk memuliakan Allah.Amin.

 

Khotbah oleh Pdt.Yandi Manobe,S.Th bersama Komisi Wanita saat melayani di Jemaat Ebenhezer Oekauna

“BERDAMAI DENGAN ALAM”

(Kej 2: 15-17 & Kej 3: 8-19)

Persoalan terbesar dalam dunia ini ada pada manusia. kita yang merusak segala sesuatu, kita yang merampas segala sesuatu, sehingga kemudian Tuhan harus datang untuk mengembalikan semua itu pada posisi yang sebelumnya.

Dalam bacaan ini ada 4 hal penting yang disampaikan :

  1. Ada kepercayaan, kekuasaan, mandat, otoritas yang Tuhan berikan kepada manusia untuk mengelola alam ini
  2. Manusia ditempatkan di taman Eden yang begitu sangat baik dan istimewa
  3. Terjadi sebuah pelanggaran yang sangat serius, kepercayaan, mandat, otoritas, kekuasaan yang Tuhan berikan itu justru kemudian ditempat itulah manusia melakukan pelanggaran atau dosa
  4. Hukuman tidak bisa di elakkan, karena hukuman itu pasti

Asal mula dosa dan akibatnya. 1. Pembacaan tadi memberikan pesan yang kuat bahwa asal mula dosa yaitu karena ada rasa penasaran karena manusia tidak dapat menahan diri ingin mencoba dan tidak bisa melawan godaan 2. Dari mana asal mula dosa, dari upaya untuk memuaskan diri mereka sendiri, Tuhan tahu batas kemampuan mereka, tetapi karena rasa ingin tahu sehingga manusia melangkah melewati batas.

Berkaitan dengan tema kita hari ini, ada beberapa catatan penting untuk kita renungkan:

  1. Celakalah tanah ini karena engkau. Tanah tidak tahu apa-apa tapi tanah menjadi celaka dan rusak oleh karena manusia. Mungkinkah kita berkontribusi poisitif kepada tanah ataukah kita berkontribusi merusak tanah ini, kasih Allah itu pasti tapi pelanggaran harus ada konsekuensi, karena itu berdamailah dengan bumi.
  2. Ada nafsu yang berkelebihan untuk mengeksploitasi alam ini. Tuhan memberikan segala sesuatu bagi kita. Ada kerusakan otoritas Tuhan dalam hidup kita. Setan sebenarnya takut otoritas Tuhan dalam hidup kita tetapi setan mengganggu kita karena rusaknya otoritas Tuhan. Pekerjaan Tuhan yang dilakukan untuk mengembalikan otoritas itu, sehingga kita dapat berkata “Hai maut dimanakah sengatmu?”.
  3. Alam itu sahabat manusia. Tuhan menciptakan alam sebagai sabahat manusia, tetapi alam dirusakan oleh manusia itu berarti manusia merusak sahabatnya sendiri.
  4. Alam menjadi batu pengujian. Masihkah otoritas Tuhan Allah itu ada bagi kita. Kalau ladang sudah siap, benih sudah siap, Tuhan pasti akan memberikan hujan, tetapi yang terjadi sekarang ialah kita belum menyiapkan ladang, belum menyiapkan benih lalu kita minta Tuhan berikan hujan. Kesadaran bahwa tanah ini milik Tuhan. Apakah kita sudah bertanggung jawab dengan tanah yang Tuhan kasih.

Tuhan Allah memberikan Anak-Nya, karena itu pesan Natal harus sampai ke bumi. Allah mengasihi dunia melalui manusia untuk menyatakan kasih-Nya kepada seluruh dunia termasuk alam. Amin

 

Ringkasan Khotbah Pdt. Yandi Manobe,S.Th

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.

Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.

Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu.

Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.

Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

(adapted from “The Builder”, Unknown, thanks to Cecilia Attal) “Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri”.

Sebuah paduan suara ingin mempersembahkan beberapa lagu. Mereka semua sudah berdiri rapi di atas panggung menantikan saat mulai bernyanyi. Namun pemimpin paduan suara tersebut tak bisa memulai karena hampir setiap orang yang ada dalam ruangan tersebut membuka mulut berbicara tanpa rela mendengarkan orang lain. Ruangan penuh dengan kegaduhan.

Pemimpin paduan suara tersebut memegang microphone dan berkata, ”Saudara-saudari hadirin yang terkasih; Seorang pelukis menempatkan indahnya sebuah lukisan pada secarik kertas. Sedangkan musikus menempatkan pesona alunan musik pada keheningan. Sekarang Kami akan mempersembahkan alunan musik buat anda sekalian, namun anda diminta untuk memberikan kami keheningan.”

Sungguh kata-kata yang mujarab. Hadirin semuanya perlahan diam memberikan keheningan yang amat dibutuhkan bagi terciptanya alunan musik.

Bila pelukis menempatkan lukisan pada secarik kertas dan seorang musikus menempatkan alunan musik pada keheningan, maka di manakah harus kita tempatkan iman kita?

Iman tak hanya harus ditempatkan di bibir, tapi lebih dari itu, iman harus ditempatkan dalam hidup kita yang nyata setiap hari.

Tarsis Sigho – Taipei