header image
 

All posts in December, 2016

Baca: Matius 4:12-25

Dengan kemenangan-Nya atas pencobaan, Yesus memasuki pelayanan-Nya dengan 3 tindakan awal yang sangat indah. Pertama, Yesus kembali ke Galilea untuk memulai pelayanan-Nya bukan menghindari bahaya sebab penangkapan Yohanes menandakan bahwa pelayanan Yohanes sudah selesai. Kembalinya Yesus ke Galilea adalah keputusan yang tepat.

Wilayah Galilea tidak luas namun penduduknya padat. Jumlah penduduk di desa yang terkecil saja mencapai 15.000 jiwa. Selain itu jalan-jalan sudah dibangun dengan baik. Penduduk Galilea juga terbuka kepada ide-ide baru. Ini memungkinkan bagi ajaran baru untuk didengar dan disambut. Strategi pelayanan Yesus ini sangat tepat dan sesuai kehendak-Nya (14-15).

Kedua, pemanggilan murid-murid-Nya yang pertama merupakan pernyataan pola kerja Allah yang berbeda dengan manusia. Di dalam tradisi Yudaisme, para murid memilih gurunya sedangkan Yesus memanggil mereka yang Ia inginkan. Prinsip semua adalah anugerah-Nya mulai diperkenalkan dalam peristiwa ini.

Ketiga, mukjizat yang dilakukan oleh Yesus menegaskan bahwa Ialah utusan Allah. Hal penting lainnya dari mukjizat Yesus adalah mukjizat tidak dibuat untuk meringankan pekerjaan-Nya namun bagi kepentingan orang lain karena itulah mukjizat yang dilakukan seringkali berupa penyembuhan dari penyakit dan kelemahan fisik. Ini semua dilakukan untuk menyatakan belas kasihan Allah kepada manusia.

Renungkan: Dasar tindakan Yesus yang indah ini terletak pada kehidupan pribadi yang kudus di hadapan Allah yang dimiliki-Nya sebelum Ia melakukan pelayanan-Nya. Karena itulah sebelum kita memasuki tahun yang baru hendaklah kita mohon kepada Allah untuk mengoreksi dan menyatakan kepada kita hal-hal apa yang harus kita perbaiki sebelum kita menerima pelayanan dan tanggung jawab di tahun yang baru agar kita dapat melakukan semuanya dengan baik.

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 31 Desember 2000
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2000/12/31

Bacaan: Matius 2:1-12

Kilauan dekorasi yang cerah, suara sukacita kidung Natal, anak-anak yang bergembira, dan ucapan riang “Selamat Natal”, kadang-kadang memberi kesan bahwa setiap orang merasakan kegembiraan karena Yesus telah datang ke planet kita. Namun, saat ini, hal itu tidak sepenuhnya benar, dan sebelumnya pun tidak pernah demikian.

Berita kelahiran Yesus menimbulkan beragam reaksi. Orang-orang majus bersukacita menyambut dan menyembah Sang Juruselamat (Matius 2:10,11). Namun Raja Herodes begitu terkejut ketika mendengar hal itu, sehingga ia berusaha untuk menemukan dan membunuh bayi Yesus (ayat 3,4,16). Ternyata, kebanyakan orang tidak menyadari makna yang sebenarnya dari peristiwa penting ini.

Sampai hari ini, banyak orang menghormati Yesus dan bersukacita karena keselamatan mereka. Namun, banyak juga orang lain yang membenci-Nya. Mereka mengeluhkan nyanyian kidung Natal di pusat-pusat perbelanjaan dan pajangan bernuansa Natal di tempat-tempat umum. Yang lainnya lagi bersikap masa bodoh. Mereka turut merayakan perayaan Natal. Mungkin mereka juga turut menyanyikan lagu-lagu Natal. Namun mereka tidak pernah mengenal Yesus secara pribadi atau tidak tahu mengapa Dia datang ke dunia. Mereka tidak menyadari kebutuhan pribadi mereka untuk percaya kepada-Nya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.

Apakah Anda termasuk kelompok yang tidak peduli? Mengabaikan diri-Nya dan perintah-perintah-Nya berarti menolak Dia. Natal menuntut sebuah keputusan terhadap Kristus. Pilihan ada di tangan Anda –Herb Vander Lugt

JIKA ANDA MENYEDIAKAN RUANG BAGI YESUS DALAM HATI ANDA MAKA DIA AKAN MENYEDIAKAN RUANG BAGI ANDA DI SURGA

Baca: Lukas 2:1-7

Bagaimana saudara menghadapi Natal tahun ini? Penuh masalah dan ketidaklancaran? Mungkin saudara bertanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Mari belajar dari peristiwa Natal pertama bagaimana Tuhan berkarya di dalamnya.

Allah berkarya memakai dekrit Kaisar Agustus dalam menetapkan sensus di seluruh daerah kekuasaannya, untuk tujuan militer maupun pajak. Dengan jalan demikian, nubuat dan janji-Nya dalam Perjanjian Lama, bahwa Anak-Nya akan lahir di kota Betlehem, (Mi. 5:1) digenapi. Maria dan Yusuf mungkin tidak menyadari hal tersebut saat menaati pemerintah dengan pulang ke kampung halaman untuk mengikuti sensus. Padahal perjalanan dari Nazaret di Galilea ke kota Betlehem (kira-kira 120 km) merupakan perjalanan yang jauh dan melelahkan mengingat saat itu Maria sedang hamil tua.

Ternyata, perjalanan yang melelahkan bagi seorang wanita yang hamil tua, menghadapi penolakan dari tuan rumah untuk kamar tempat berteduh dan melahirkan, sampai harus melahirkan di kandang binatang pun ada di dalam pengaturan Allah. Maria harus melahirkan di kandang binatang, bayinya dibungkus dengan lampin kasar, dan diletakkan di palungan yang kotor dan hina. Semua ini melambangkan Anak Allah yang mulia dan agung, tetapi rela mengosongkan diri-Nya dengan datang menjadi manusia bahkan lahir di tempat yang hina. Kasih-Nya membuat Ia rela menjadi miskin, supaya kita boleh menjadi kaya dalam segala hal. Ia memang tidak memiliki tempat di dunia karena dunia menolak Dia. Tempat yang layak bagi Dia hanya di atas kayu salib. Ia rindu lahir di dalam hati setiap orang yang mau membuka hati untuk menyambut Dia. Namun sayang, orang-orang menolak Dia karena lebih tertarik pada hiruk pikuk dunia dan kenikmatannya.

Renungkan: Mari kita belajar bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal dalam kehidupan serta untuk kebaikan setiap orang yang berkenan kepada-Nya. Marilah kita belajar memercayai Dia serta menaati kehendak-Nya dan mempersilakan Tuhan Yesus lahir dalam hidup kita agar Ia bebas memimpin hidup kita. Selamat merayakan Natal.

Sumber Title:
e-SH – Senin, 25 Desember 2010
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2010/12/25

Baca: Lukas 2:1-7

Perintah Kaisar Agustus untuk menyelenggarakan sensus membuat Yusuf dan Maria, tunangannya, pergi dari Nazaret ke kota Daud, yaitu Betlehem (1-4). Penyebutan Betlehem sebagai kota Daud membuat kita mengaitkannya dengan janji Tuhan yang diucapkan nabi Mikha, jauh sebelumnya (Mi. 5:1).

Pada masa itu, perjalanan dari Nazaret ke Betlehem tidaklah mudah, melainkan memakan waktu yang cukup lama dan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Nazaret terletak di Galilea, sebelah utara Yudea. Saat pasangan itu tiba di Betlehem, ternyata tiba pula waktunya bagi Sang Bayi dalam kandungan Maria untuk lahir ke dalam dunia ini (6). Kalau kita bayangkan, tentu tidak mudah bagi Maria menghadapi situasi itu, melahirkan di negeri yang asing dan jauh dari sanak keluarga yang dapat memberikan pertolongan. Situasi ini diperparah dengan tidak adanya kamar yang tersedia bagi mereka di penginapan (7), sehingga Maria harus membaringkan bayinya di palungan. Sungguh mengenaskan, Allah yang datang ke dunia untuk membebaskan para pendosa ternyata tidak mendapat tempat yang layak sebagaimana mestinya. Tempat yang tersedia bagi Dia hanyalah di kandang hewan.

Meski kita merasa terhanyut dengan kisah ini setiap kali dikhotbahkan atau ditampilkan dalam drama natal, sesungguhnya kita berhadapan dengan realitas yang lebih tragis. Karena dua ribu tahun setelah itu pun ternyata keadaannya tidak banyak berubah. Di banyak rumah, di banyak keluarga, di banyak hati, di banyak ruang kehidupan, dan bahkan kadang-kadang di gereja pun masih saja tidak ada tempat bagi Yesus! Meski mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Dia hanya diberi tempat yang kecil, yang terbatas. Meski menyebut dirinya Kristen, yang bermakna pengikut Kristus, tak sedikit yang enggan untuk memberi ruang yang layak agar Dia dapat berkuasa. Sebab itu berarti ruang untuk dirinya sendiri lebih dipersempit. Bagaimana dengan Anda sendiri?

Renungkan: Sudahkah Anda memberikan tempat yang layak bagi Kristus dalam hidup Anda?

Sumber Title:
e-SH – Senin, 23 Desember 2002
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2002/12/23

Bacaan : Matius 1 : 18-25

Pdt.Yandi Manobe,S.Th

Kisah tentang kelahiran Kristus adalah kisah yang biasa kita dengar.Tokoh utama dalam kisah ini adalah Roh Kudus,agar perhatian kita tertuju pada apa yang dikerjakan Roh Kudus dan bukan hanya pada dinamika yang terjadi dalam hidup Yusuf dan Maria.Roh Kudus adalah sesuatu yang bekerja secara nyata dan benar.Bagaimana cara pandang terhadap Roh Kudus ?Oleh orang-orang Yahudi,Roh Kudus disebut sebagai :

1.Pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia.

Dengan demikian kita tahu bahwa mimpi Yusuf bukanlah sesuatu yang perlu ditafsirkan,tetapi kebenaran yang datang.Bagi Yusuf tidak ada kata “TIDAK”,”SEBENARNYA”,dan “TAPI”.Yusuf menerima kebenaran yang datang itu,walaupun penuh dengan pergumulan.Roh Kudus memampukan manusia untuk mengakui kebenaran yang mereka lihat itu.

2.Pribadi yang membuat kita rela berkorban.

Apa yang dapat membuat seseorang rela berkorban ? Yang dapat membuat seseorang rela berkorban adalah pengakuan akan suatu hal.Dan yang mengajarkan kita supaya percaya akan keyakinan itu adalah Roh Kudus.Itulah yang membuat Yusuf mampu menanggung beban itu.Lalu,apa yang harus kita korbankan akan keyakinan & pengakuan kita akan Kristus ? Yaitu fisik dan non fisik.

Jangan takut ! Kalau Anak saja diberikan bagi kita,apalagi yang lainnya.Percayalah ! Amin.

 

Khotbah pada Ibadah Perayaan Komisi Kaum Bapak

“MEMAHAMI DAN MENYAMBUT ARTI

KEHADIRAN ANAK MANUSIA”

(Matius 25: 31-46)

 

Kita biasa membuat acara penyambutan dan biasanya kita membentuk sebuah panitia kecil dan mempersiapkan acara penyambutan itu dengan baik. Semua acara penyambutan itu berbeda tergantung apa dan siapa yang akan disambut. Sadar atau tidak sadar sering kali kita lebih mempersiapkan sesuatu kepada seseorang yang jabatannya tinggi. Saat ini banyak orang sibuk mempersiapkan perayaan natal dengan sangat meriah.

Kita pasang pohon natal,bunga, lampu-lampu untuk menyambut natal, tapi apakah kita sudah menyambut Allah  yang menjadi Raja dan melayani Dia. Kita juga sedang menyambut Anak Manusia dalam rupa orang lapar, orang haus, orang terlantar, sakit, miskin dan melarat tetapi Tuhan juga menghendaki kita yang menyambut-Nya juga menyambut dan melayani orang yang lemah.

Tuhan Yesus sudah memperlihatkan firman itu kepada orang Yahudi yang menantikan Juruselamat dalam kemegahan dan kemuliaan, mereka memikirkan hal-hal yang sia-sia, mereka mengabaikan waktu dan kesempatan untuk melihat sesama mereka, mereka bingung cara melayani dan menyambut  Sang Juruselamat. Dalam persiapan menyambut Kristus jangan lupa melihat sesama yang lebih membutuhkan jangan sampai kepekaan hidup untuk mengulurkan tangan pada mereka yang lemah yang membutuhkan pertolongan.

Orang-orang itu ada di antara kita, apakah mereka menjadi penggangu yang mengotori wajah kota ini? Tuhan mau kita melayani mereka. Antara kita dengan mereka yang lemah sangat tidak terpisahkan, tidak ada jarak. Mereka bukan objek, Tuhan justru melihat mereka sebagai subjek, dalam kemiskinan mereka menjadi contoh pembelajaran Iman bagi orang lain. Ketika Tuhan menolong mereka Ia memuji iman mereka. Ada penyerahan diri yang sungguh dari mereka untuk bersandar pada Tuhan. Pada mereka ada nilai-nilai kehidupan yang begitu kuat, hal itu menjadi guru dalam kehidupan beriman.

Siapakah kita yang merasa diri terlalu tinggi untuk melayani mereka karena Yesus saja mau turun untuk melayani mereka. Dalam kemegahan penyambutan kita mari kita memperbaharui pola pikir kita bahwa kita tidak saja menyambut Dia sebagai Raja tetapi juga sebagai anak manusia. Amin

Ringkasan Khotbah Pdt. Iwan  J. Lay,S.Th

Baca: Matius 1:18-25

Inilah Natal, yaitu karya Allah di tengah-tengah hidup manusia, bagi dunia. Termasuk juga Yusuf dan Maria, kedua orang biasa yang dipakai Tuhan. Siapa sangka natal yang tiba adalah natal yang penuh pergumulan bagi kedua orang itu. Kedua orang yang sedang bertunangan, tetapi mendapat kesempatan unik dari Tuhan.

Kehadiran seorang anak tentu sangat diharapkan oleh pasangan yang telah menikah. Maka bagi Yusuf, kehamilan Maria menjadi sebuah pergumulan berat. Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria -tunangannya- mengandung, ia sangat terkejut dan tidak habis pikir. Bagaimana mungkin orang yang dia kasihi telah berbuat aib? Namun karena kebaikan hati dan ketulusannya, Yusuf tidak mau mencemarkan nama istrinya (19).

Meski Yusuf sudah menentukan keputusan, tetapi ia digelisahkan oleh keputusannya itu. Namun, sungguh karya Allah benar-benar terjadi atasnya. Malaikat Tuhan menghampiri Yusuf dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya (20-21). Maka Yusuf pun dimampukan untuk melakukan apa yang diinginkan Tuhan (24-25).

Seorang yang tulus pun harus belajar menyerahkan segalanya ke dalam tangan pengasihan Tuhan. Seorang yang tulus pun harus belajar membuka hati untuk dipimpin oleh Tuhan. Memang pergumulan akan terus ada menimpa Yusuf dan Maria pada hari-hari kemudian, tetapi pijakan awal perjalanan mereka bersama Tuhan telah membuka kesempatan agar karya Tuhan terus nyata di tengah-tengah kehidupan mereka.

Bagaimana dengan kita? Adakah kita senantiasa menyerahkan segala pemikiran, pertimbangan, dan keputusan kita ke dalam tangan kasih Tuhan? Adakah kita membiarkan rencana dan kehendak-Nya berlaku dalam hidup kita? Bisa saja pergumulan hidup kita tetap ada dan terus ada. Namun, peringatan natal menjadi penting ketika kita mau membuka hati kita dan mendengar tuntunan Tuhan. Natal menjadi berarti saat kita bersedia berjalan dengan Tuhan dan diarahkan oleh Dia. Selamat hari Natal dan selamat membuka hati bagi Kristus, yang kelahiran-Nya kita peringati hari ini.
Sumber Title:
e-SH – Selasa, 25 Desember 2012
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2012/12/25

Baca: Lukas 2:1-14

Peristiwa Natal akan tenggelam dalam keheningan malam kota kecil Betlehem, seandainya malaikat Tuhan tidak datang untuk mengumandangkan berita sukacita, “Kristus Tuhan sudah lahir di kota Daud.”

Nyanyian malaikat merupakan tanda bahwa kemuliaan Allah menaungi isi dunia, direpresentasikan oleh para gembala di padang rumput. Memang dunia ini ibarat padang rumput dengan para gembala serta domba-domba mereka di malam hari. Tenang, hening dan hanyut, dan hampir tidak ada kehidupan! Ketika terang ilahi bersinar melingkupi semuanya, tidak hanya para gembala yang tersentak dari lamunannya, dunia pun menggeliat terbangun oleh berita sukacita yang datang dari tempat yang mahatinggi.

Dunia yang hanyut oleh ketiadaan pengharapan, tersentak oleh pernyataan sorgawi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Pernyataan ini membukakan harapan, bahwa bagi dunia yang hampa diberikan damai sejahtera. Damai sejahtera itu selain merupakan perwujudan kemuliaan Allah, juga merupakan penggenapan janji Allah, yaitu bahwa damai diberikan kepada umat yang memperkenankan hati-Nya. Mereka yang memperkenankan hati Allah adalah mereka yang menerima Dia, cahaya kemuliaan Allah, yang lahir di kandang hina.

Renungkan:Kemuliaan Allahlah yang mendatangkan damai sejahtera di bumi. Apakah Anda sudah menerima Sang Cahaya Kemuliaan Allah dalam hidup Anda?

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 28 Desember 2003
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2003/12/28

Baca: Lukas 2:8-20

Yesus pernah berujar, “Orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih” (Luk. 7:47). Respons seseorang tergantung dari seberapa besar ia (merasa) telah menerima. Mari belajar dari para gembala bagaimana mereka merespons pernyataan kabar baik dari Allah.

Siapakah para gembala ini? Pada masa itu mereka termasuk orang-orang yang tersisihkan dan tidak dihormati oleh orang Yahudi, khususnya oleh para rabi Yahudi karena dianggap bodoh, tidak terdidik, suka mencuri anak domba, tidak jujur, dan melakukan pekerjaan yang najis. Maka mereka tidak boleh menghadiri ibadah di bait Allah dan bersaksi dalam pengadilan. Tidak heran mereka sering berpindah-pindah dan memilih tinggal bermalam di padang belantara bersama ternak mereka. Namun demikian, Allah berkenan menyatakan anugerah dengan menyampaikan berita Natal, pertama-tama kepada mereka.

Bagaimana mereka merespons kabar baik itu? Mula-mula takut, tetapi kemudian berubah menjadi menjadi sukacita. Mula-mula merasa terasing dan tidak berarti, lalu menjadi hidup penuh arti dan damai sejahtera. Bahkan mereka bergegas pergi ke Betlehem untuk menemukan bayi Yesus dengan tanda pengenalnya. Menemukan Yesus telah mengubah hidup mereka secara luar biasa, dan telah mendorong mereka menaikkan rasa syukur mereka dan menceritakan kabar baik itu kepada orang lain agar mereka juga boleh mengalami sukacita dan damai sejahtera tersebut (17-18).

Sikap hati seperti apa yang perlu dimiliki oleh orang percaya untuk merespons kabar baik yang telah mengubah hidup berdosa jadi hidup bermakna dalam Kristus? Teladanilah empat orang kusta yang tercatat di 2 Raja-raja 7:3-11, “Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita” (9). Sudahkah Anda merespons kabar baik hari ini dengan memberitakan Yesus kepada orang yang membutuhkan?

Sumber Title:
e-SH – Minggu, 26 Desember 2010
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2010/12/26

Baca: Yohanes 1:14-18

Bagi sebagian orang, makna Hari Natal adalah hari libur menjelang akhir tahun. Bagi beberapa orang lain, ini berarti kesempatan bersenang-senang, bahkan berpesta-pora. Bagi yang lain lagi, inilah kesempatan untuk mengeruk keuntungan bisnis sebesar-besarnya dengan menempelkan label Natal pada apa saja yang mereka perdagangkan. Bagi orang lain, Natal adalah kesempatan untuk temu-kangen dengan keluarga dan kerabat, entah itu di sekitaran rumah ataupun di gereja. Jika benar itu yang terjadi di sekitar kita, sungguh menyedihkan, karena itu berarti kedatangan Yesus justru tak terasa dampaknya bagi kita.

Sang Firman yang adalah Allah (1), yang sudah ada sebelum Yohanes (15), yang disebut sebagai Anak Tunggal Bapa yang ada di pangkuan Bapa dan menyatakan-Nya (18), telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita (14). Untuk apa Ia menjadi manusia? Supaya kita melihat kemuliaan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa yang penuh kasih karunia dan kemuliaan (14, 16) dan seperti yang kita baca kemarin, supaya kita boleh percaya dan menjadi anak-anak Allah (12-13). Semua ini mestinya membuat kita bersukacita dan sukacita inilah yang mestinya mendasari perayaan Natal. Kita bersukacita, karena Sang Firman telah menjadi manusia, dan karena-Nya kita boleh menjadi anak-anak Allah. Adakah sukacita yang lebih besar dan lebih indah dari itu?

Maka jangan biarkan nafsu kesenangan atau keuntungan materi mendominasi perayaan Natal kita. Sebaliknya, rasa takjub dan syukur karena Sang Firman telah menjadi manusia seharusnya mendorong kita untuk melakukan beberapa hal. Pertama, kita memuji dan memuliakan Sang Firman di dalam doa syukur dan ibadah kita, baik secara pribadi, bersama keluarga, maupun komunitas jemaat kita. Kedua, kita diingatkan kembali bahwa sama seperti Yohanes bersaksi tentang Sang Firman, kita juga perlu memberitakan kesaksian kita tentang Dia. Kabar bahwa Allah telah berinkarnasi menjadi manusia perlu kita bagikan kepada orang lain, supaya mereka pun beroleh kesempatan untuk merasakan sukacita besar ini.

Sumber Title:
e-SH – Rabu, 25 Desember 2013
Sumber URL:

http://sabda.org/publikasi/sh/2013/12/25

« Older Entries