header image
 

All posts in November, 2016

Di tahun 1994, dua orang Amerika menanggapi undangan Departemen Pendidikan Rusia untuk mengajar Moral dan Etika berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab di sekolah-sekolah umum. Mereka diundang mengajar di penjara, kantor, departemen kepolisian, pemadam kebakaran, dan di sebuah tempat yatim piatu yang besar.
Ada sekitar 100 anak laki-laki dan perempuan yang menjadi penghuni panti asuhan di situ, yang terbuang, ditinggalkan dan sekarang ditampung dalam program pemerintah. Beginilah kisah dalam kata-kata mereka.
Waktu itu mendekati musim libur tahun 1994, sewaktu anak-anak yatim piatu kita, untuk pertama kalinya mendengar kisah Natal. Kami cerita soal Maria dan Yusuf yang sesampainya di Bethlehem tidak mendapatkan penginapan. Lalu pergi ke sebuah kandang binatang, di mana bayi Yesus lahir dan diletakkan dalam sebuah palungan. Sepanjang cerita itu, anak-anak maupun staf rumah yatim itu terpukau diam, terpaku takjub mendengarkan. Beberapa di antaranya bahkan duduk di ujung depan kursi mereka seakan agar bisa lebih menangkap tiap kata.
Seusai cerita, semua anak-anak kami beri tiga potong kertas karton untuk membuat palungan, juga sehelai kertas persegi, dan sedikit sobekan kertas napkin berwarna kuning yang kami bawa. Maklum, masa itu kertas berwarna sedang langka di kota ini. Sesuai petunjuk anak-anak itu menyobek kertasnya, lantas dengan hati-hati, menyusun sobekan pita-pita seakan-akan itu jerami kuning di palungan. Potongan kecil kain flanel digunting dari gaun malam bekas dari seorang ibu Amerika saat meninggalkan Rusia – dipakai sebagai selimut kecil bayi itu. Bayi mirip bonekapun digunting dari lembaran kulit tipis yang kami bawa dari Amerika.
Mereka semua sibuk menyusun palungan masing-masing saat aku berjalan keliling, memperhatikan kalau-kalau ada yang butuh bantuan. Semuanya kelihatan beres, sampai aku tiba di meja seorang anak laki-laki kecil bernama Misha. Kelihatannya ia sekitar 6 tahun dan sudah menyelesaikan pekerjaan tangannya. Sewaktu kulihat palungan bocah kecil ini, saya heran bahwa bukannya satu, melainkan ada dua bayi di dalamnya.
Cepat kupanggil penerjemah agar menanyai anak ini kenapa ada dua bayi. Dengan melipat tangannya dan mata menatap hasil karyanya, anak ini mulai mengulang kisah Natal dengan amat serius. Untuk anak semuda dia yang baru sekali mendengar kisah Natal, ia mengurutkan semua kejadian demikian cermat dan telitinya sampai pada bagian kisah di mana Maria meletakkan bayi itu ke dalam palungan. Di sini si Misha mengubahnya. Ia membuat penutup akhir kisah ini demikian:
Sewaktu Maria menaruh bayi itu di palungan, Yesus lalu melihat aku dan bertanya, “apa aku punya tempat tinggal?”
Aku bilang, “aku tak punya mama dan tak punya papa, jadi aku tak punya tempat untuk tinggal.”
Lalu Yesus bilang aku boleh tinggal sama Dia.
Tapi aku bilang tidak bisa, sebab aku kan tidak punya apa-apa yang bisa kuberikan sebagai hadiah seperti orang-orang Majus dalam kisah itu. Tapi aku begitu ingin tinggal bersamanya, jadi aku pikir, apa yah yang aku punya yang bisa dijadikan hadiah. Aku pikir barangkali kalau aku bantu menghangatkan dia, itu bisa jadi hadiah.
Jadi aku bertanya pada Yesus, “kalau aku menghangatkan-Mu, cukup tidak itu sebagai kado?”
Dan Yesus menjawab, “Kalau kamu menjaga dan menghangatkan Aku, itu bakal menjadi hadiah terbaik yang pernah diberikan siapapun padaKu.”
Jadi begitu, terus aku masuk dalam palungan itu, lantas Yesus melihatku dan bilang aku boleh kok tinggal bersamanya untuk selamanya.

Saat si kecil Misha berhenti bercerita, air matanya menggenang meluber jatuh membasahi pipinya yang kecil. Wajahnya ditutupi dengan tangannya, kepalanya ia jatuhkan ke meja dan seluruh tubuh dan pundaknya gemetar saat ia menangis tersedu. Yatim piatu kecil ini telah menemukan seseorang yang tak kan pernah melupakan atau meninggalkannya, yang takkan pernah berbuat jahat padanya, seseorang yang akan tetap tinggal dan menemaninya untuk selamanya.

“Saya telah belajar dari kejadian ini,” si pengajar Amerika mengakhiri ceritanya… , “ternyata yang lebih berharga dalam hidup ini adalah.
Siapa yang kumiliki bukan. Apa yang kumiliki !”

Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa ,Wanita bersuara bagus.
Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada,birama,dan hal lain dibidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika istrinya menyanyi.

Kalau istrinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti : bagian depan kurang tinggi, lain kali berkata bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik “bagian akhir harusnya kres”..naik sedikit. Selalu ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau istrinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia berkeputusan “wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran…”

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu istrinya bersuara bagus dan dia selalu memuji istrinya kalau bernyanyi.

Suatu ketika istrinya bertanya, “Pak, bagaimana laguku?”

Dia menjawab antusias, “Ma, saya ini selalu ingin pulang karena mau dengar engkau menyanyi”

Lain kali dia berkata, “Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi,lagumulah yang terngiang-ngiang”

Istrinya sangat bersukacita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih, dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan volume pertama dan ternyata disambut baik masyarakat.

Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan,bentakan.kecaman,amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

KASIH ITU PANJANG SABAR

( I Samuel 25: )

 

Jauh sebelum R.A Kartini memperjuangkan hal-hal perempuan,Alkitab telah lebih dalam membahas tentang sikap perempuan. Dalam pembacaan tadi berbicara mengenai sepasang suami istri yang memiliki karakter yang berbeda. Abigail bijaksana dan Nabal yang jahat dan kasar. Keluarga ini mengalami masalah yang besar, mengalami ancaman pembunuhan oleh Daud yang diabaikan karena sikap Nabal yang membuat Daud meradang dan hendak membinasakan keluarga Nabal dan semua yang ada padanya.

Dalam liturgi seperti ini Abigail mengambil tindakan, dan tindakan ini dilakukan semata-samata untuk menyelamatkan suami dan keluarganya. Abigail menyelesaikan masalah itu dengan sikap atau peran sebagai perempuan dengan laki-laki yang seringkali melawan pedang dengan pedang.

Mari kita lihat 3 hal yang dilakukan oleh Abigail ketika suami dalam masalah:

  1. Abigail tahu menggunakan waktu yang tepat, tindakan segera diambil ketika suaminya ada dalam situasi yang genting. Abigail tidak menunda-nunda waktu, Ia segera melakukan sesuatu untuk suaminya juga untuk banyak orang karena tindakan ini adalah tindakan baik.
  2. Demi suami yang tercinta, Abigail berani menghadap Daud, ia mempertaruhkan nyawa dan dirinya untuk keselamatan suami dan banyak orang.
  3. Abigail jujur dan rela berkorban. Abigail rela menanggung kesalahan suaminya, dan jujur mengakui kesalahan suaminya. Ia tidak menutup-nutupi siapa suaminya.

Apa yang telah dilakukan Abigail membuat Nabal marah, dan beberapa hari setelah itu ia mati. Perjuangan seorang perempuan melawan masalah, ada cara-cara yang bijak untuk menghadapi itu butuh kebijaksanaan dalam melakukannya. Berbicara mengenai peran istri dalam rumah tangga, bukan sekedar peran domestic ; jangan samakan peran dan kodrat. Kodrat adalah hal-hal yang tidak bisa digantikan contohnya, menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui, tetapi sebagai pekerjaan perempuan dan laki-laki dapat dikerjakan, karena istri adalah teman, sahabat, maka hargailah. Amin.

Khotbah: Pdt. Agnes  Ina,S.Th

 

Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu untuknya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin sekali nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? ” Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini”

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,…. sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati……..

Seberapa mahal dan berharganya kita pernah kehilangan sebuah barang, namun tak sebanding dengan kehilangan orang-orang yang kita cintai.

Bacaan : Matius 13 : 24-30 ;36-43

Injil Matius memuat perumpamaan-perumpamaan untuk menjelaskan kepada orang-orang Kristen Yahudi pada waktu itu tentang hal Kerajaan Sorga.Salah satunya adalah perumpamaan tentang lalang diantara gandum.Dalam perumpamaan ini menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu sudah datang,dan Ia menang dalam kelahiran,penderitaan,kematian dan kebangkitan-Nya (Mat 13 : 36-43).

Tuhan berkata biarkan lalang itu tumbuh bersama gandum sampai hari panen (hari terakhir/kematian) tiba,gandum akan dikumpulkan kedalam lumbung,tetapi lalang akan dibuang kedalam api.Sebagai orang-orang Kristen yang tahu akan firman kebenaran,tugas kita hanyalah terus bertumbuh dan berbuah di tengah-tengah lalang yang juga tumbuh didunia ini.Kita tidak tahu mana gandum (benih baik,anak-anak Kerajaan ) atau mana lalang (benih jahat yang ditaburkan iblis),karena itu selama kita masih hidup didunia,kita wajib terus bertumbuh dan menghasilkan buah-buah kebenaran.

Marilah kita sebagai “gandum-gandum”,boleh terus bertumbuh dalam iman dan kasih serta melakukan segala sesuatu yang baik untuk kemuliaan Tuhan sampai “hari panen” tiba.Tuhan Yesus memberkati kita semua.Amin.

 

Khotbah oleh Pdt.Emr.Y.Kisek-Nuban,S.Th

Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih. Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu. “Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini.”

Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”, tersenyum penuh simpati. “Mari kita pelajari keadaan anda,” kata Norman dengan lembut. Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam kesedihan. “Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman tiba-tiba. “Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku!” “Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias. “Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang amat mencintai.” Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?” “Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!” “Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.

Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri. “Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik. Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif.

Norman Vincent Peale
Penulis buku The Power of Positive Thinking

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi.

Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.

Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, dia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya.

Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali.

Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu.

Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya.

Seringkali Tuhan melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya.

Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita.

Beberapa orang dari Eropa pergi ke Afrika. Di tengah-tengah padang belantara yang panas mereka menjumpai sebuah oase / danau kecil. Di dekat danau itu banyak batu-batuan dan mereka menemukan sebilah papan bertuliskan “Yang mengambil batu akan menyesal. Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal.”

Seorang diantara mereka tidak menggubris perkataan itu. Tetapi seorang yang lain terus memikirkan arti tulisan itu. “Kalau Saya membawa batu-batu itu, Saya akan tahu seberapa menyesalnya Saya karena Saya membawa batu-batu itu. Kalau Saya tidak membawanya, juga akan menyesal, tetapi tentu dengan penyesalan berbeda.” Akhirnya ia memutuskan untuk membawa sedikit batu-batu itu dan menyuruh orang lain untuk tidak membawanya. Ada juga orang lain yang tidak menggubris kata-kata itu dan bermain-main, berlomba melempar batu-batu itu ke tengah danau dan menganggap mereka tidak akan menyesal karena tidak memikirkan kalimat itu lebih jauh. Setelah kembali ke Eropa, mereka menyuruh ahli batu-batuan untuk memeriksa dan menyelidiki batu-batuan yang mereka bawa itu. Setelah beberapa saat diselidiki, ternyata batu-batuan itu adalah semacam Safir yang di luar tampaknya jelek tetapi di dalamnya merupakan permata yang sangat indah dan mahal harganya. Yang tidak membawa batu itu akan menyesal karena tidak membawanya, tetapi yang membawanya pun akhirnya juga menyesal karena tidak membawanya lebih banyak.

Bukankah hidup manusia serupa seperti cerita di atas?
Yang Maha Kuasa memberikan kehidupan yang sangat berharga.
Namun, bukankah kita seringkali kurang menghargai waktu hidup ini justru saat kita masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai.
Jauh lebih bernilai daripada batu-batu permata.
Itulah sebabnya agar kita tidak menyesal di kemudian hari, maka kita harus menjalani hidup dengan maksimal.

Bekerja dengan maksimal, mengasihi keluarga dengan maksimal,berkarya bagi sesama dengan maksimal.

Intinya ketika kita sudah mengusahakan yang terbaik selama hidup ini,maka kita tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Usahakan yang terbaik selama kesempatan itu masih ada.

 

Nats : Yosua 24 : 15

Bacaan : Ulangan 6 : 1-15

Pengkhotbah : Pdt.Delvi Snae,M.Th

 

Pada tanggal 31 Oktober 2016 jemaat gereja merayakan beberapa peristiwa penting,antara lain penutupan bulan keluarga,HUT GMIT dan Reformasi.Sebagai orang-orang Kristen khususnya dalam kehidupan keluarga tentunya tidak pernah lepas dari pergumulan.Sebenarnya apa yang dimaksud dengan keluarga ? Keluarga merupakan persekutuan suami/istri dengan atau tanpa anak (maupun anak-anak),yang berjanji dihadapan Tuhan untuk memberntuk keluarga.

Keluarga ada untuk memelihara dunia atau semesta ini.Kita sebagai bagian dari keluarga memiliki panggilan dan tanggungjawab dalam dunia ini,khususnya dalam keluarga itu sendiri.Ada beberapa poin yang dapat kita lihat dalam panggilan Tuhan untuk keluarga:

1.Kehidupan pernikahan sebagai sebuah teladan.Kesetiaan adalah harga mati.Setia kepada Tuhan yang memberntuk keluarga itu sendiri,dan setia kepada pasangan.

2.Orangtua adalah teladan,dalam hal :

a.Ibadah

b.Menggumuli hidup dan masa depan anak-anak

c.Waktu/intensitas hubungan dengan anak-anak/keluarga

Marilah kita berefleksi dari firman Tuhan ini,untuk dapat mewujud-nyatakan dalam kehidupan setiap hari.Amin.

KASIH ITU SETIA

(I PETRUS 3: 1-7)

Kesetiaan itu bukan soal dia, tapi kesetiaan itu soal saya. Kadang karena kurangnya perhatian istri menjadi alasan suami untuk  berpaling. Janji dihadapan Tuhan itu saya/suami yang janji bukan dia/istri yang janji. Jangan kita menuntut orang lain untuk berubah sementara kita tidak berubah. Yang mengenal suami/istri adalah suami sendiri atau istri sendiri.

  1. Suami dilarang keras memukul istri, karena haram hukumnya apabila seorang suami memukul istri.
  2. Suami tidak boleh menghina istri sekalipun ada yang berbeda dengan istri.
  3. Suami harus menghibur istri bukan membuat dia sedih.
  4. Suami harus melindungi istri.
  5. Suami harus memimpin istri karena suami yang menahkodai rumah tangga.
  6. Suami harus menolong istri.
  7. Suami harus bekerja keras, bekerja dengan sungguh-sungguh.
  8. Suami harus berdoa untuk istri, anak-anak dan keluarga.

Ada 3 bagian yang diucapkan dalam janji nikah:

  1. Akan setia dalam untung dan malang.
  2. Tidak akan meninggalkan dalam kelimpahan maupun kemelaratan, dalam sehat ataupun sakit.
  3. Akan hidup suci dalam segala hal.

Ada 5 hal penting tentang seorang suami:

  1. Dalam mengelola rumah tangga, suami susah sekali untuk memuji istri. Tetapi lebih memuji benda atau barang.
  2. Sebagian besar suami takut melihat istrinya menangis tapi mereka lupa bahwa istrinya sering menangis saat suami tidak ada.
  3. Sebagian besar suami takut melihat istrinya marah, makanya banyak hal yang disembunyikan oleh suami.
  4. Sebagian besar suami takut sekali kalau ditinggalkan oleh istri. Tapi herannya mereka kadang mau meninggalkan istrinya.
  5. Sebagian besar suami takut kalau melihat istrinya diam. Karena seorang suami tidak dapat hidup tanpa istrinya karena wanita sesungguhnya lebih kuat dari laki-laki.

Pembacaan kita dalam I Petrus 3: 1-7, ada pesan paling besar bagi para istri, tapi mengapa istri harus demikian :

  1. Suami harus tahu bahwa istri telah tunduk dan menghormati,maka suami juga wajib menghormati istri. Kata yang paling tepat adalah saling mengerti agar penghormatan dan penghargaan selalu tetap ada.
  2. Harus merubah tanpa perkataan atau merubah sesuatu tanpa perkataan, supaya rumah tangga jadi baik, akuilah kalau salah, tapi kalau benar tetaplah diam.
  3. Berpenampilan rohani yang baik yang tidak bisa tergantikan dengan apapun. Suami harus jadi imam dalam rumah tangga. Kata-kata kita juga harus nyata dalam perbuatan. Suami berpenampilan rohani yang baik, bijak dalam kata-kata, bijak dalam keputusan dan bijak dalam penampilan.

Dalam bacaan ini hal terpenting yang mau disampaian kepada kita para suami adalah mengapa yang saudara nikahi itu dia/istri bukan perempuan lain, karena Tuhan tahu siapa kita maka Tuhan memberikan orang itu. Masalahnya bukan pada istri kita tapi ada pada saudara sebagai suami, karena Tuhan tahu kepada siapa Tuhan menitipkan seorang istri atau suami.

Khotbah: Pdt. Yandi. Manobe,S.Th

 

« Older Entries     Newer Entries »