header image
 

All posts in November, 2016

Tahukah Anda, jika kita masukan seekor burung elang dalam sebuah kandang ukuran 2 x 2,5 M dan bagian atapnya terbuka sekalipun, tetap elang itu tidak bisa terbang.

Ternyata elang akan memulai terbang dari tanah dengan berlari sejauh 3 – 3,5 M. Tanpa tempat untuk berlari, elang ini tidak akan mampu terbang dan terjebak selamanya dalam kandang kecil tanpa penutup.

Tahukah Anda, jika seekor lebah yang jatuh ke dalam cangkir kopi yang terbuka, juga akan tetap di sana sampai mati, kecuali jika karena tidak tega Anda keluarkan dia.

Lebah tidak pernah lihat jalan keluar pada bagian atasnya, melainkan terus berusaha cari jalan keluar lewat pinggir dekat dasarnya, cari jalan di mana tidak ada jalan, hingga ia menghancurkan diri sendiri.

Nah… Ternyata banyak dari kita, juga seperti burung elang dan lebah itu:
– Bergumul dengan masalah.

– Fokus terus dengan masalah.

– Mengeluh terus sampai akhirnya frustasi sendiri.

Sadarilah bahwa jawaban dari masalah kita adalah selalu di atas, yaitu Tuhan. Menengadahlah. Ucapkanlah doa dan lepas landaslah dalam bertindak mencari solusi. Lakukan lagi dan terus berjuang! Selalu akan ada pengharapan yang baru dalam hidup!

Keep fight! Keep the dreams! Be a winner!

Penolakan negara-negara tertentu terhadap usaha penyebaran Kabar Baik tidak membuat hamba-hamba Tuhan mengurungkan niat dan berhenti memberitakan kebenaran Kristus. Banyak hal berbahaya yang akan membuat hamba Tuhan terancam dalam melakukan pelayanan mereka. Seperti yang dialami oleh H, seorang hamba Tuhan yang mengalami tembakan di pundaknya, tetapi ia terus memberitakan Kristus dengan duduk di kursi roda. Kesaksian ini akan menjadi perenungan untuk kita, terlebih lagi supaya kerinduan dan semangat dalam memberitakan Kristus semakin berkobar setiap hari, mengingat bahwa masih banyak orang yang belum mengenal Kristus.

Mudah dimengerti mengapa H tidak pernah mau lagi pulang ke tempat kelahirannya. Mosul, kota kelahirannya di Irak, telah menjadi suatu tempat yang berbahaya bagi orang-orang Kristen. Pemerintah memperkirakan sekitar 10.000 orang Kristen telah meninggalkan kota terbesar kedua di Irak tersebut setelah militan “agama lain” mulai membunuh pemimpin gereja dan meneror orang-orang Kristen pada bulan Oktober 2008. Tindakan ekstremis “agama lain” meneror orang-orang Kristen bukanlah hal yang baru di Timur Tengah. Tetapi Irak mempunyai arti alkitabiah yang spesial. Irak yang disebut sebagai tanah “asal mula peradaban” adalah tanah Adam dan Hawa dan tanah kelahiran orang-orang besar Perjanjian Lama seperti Abraham dan Daniel. Orang-orang Kristen telah tinggal di tanah itu lebih dari 2.000 tahun, dan sekarang militan “agama lain” sedang berusaha mengusir mereka.

H meninggalkan kota kelahirannya, Mosul, untuk tinggal di Lebanon. Tetapi gerejanya di Lebanon memintanya untuk kembali ke Mosul sebagai seorang hamba Tuhan dan merintis gereja-gereja di Irak. Masuk ke dalam zona perang untuk memberitakan Injil di tengah-tengah pertempuran antarkelompok “agama lain” kelihatannya bukanlah tindakan yang ideal, namun H mengatakan bahwa perang membuka suatu kesempatan yang besar untuk pembagian. Banyak orang Irak yang menghadapi kematian setiap harinya sedang mencari kebenaran tentang Tuhan. Mereka merindukan kedamaian dan sukacita, sesuatu yang mereka tidak dapatkan dalam agama mereka. Tidak lama setelah ia kembali ke tanah kelahirannya di Irak, H dan sekelompok orang percaya mendirikan sebuah gereja rumah di Mosul. Hanya dalam waktu lima bulan, gereja tersebut telah menerima 60 orang percaya baru.

Pelayanannya bukannya tidak diketahui oleh kelompok lain. Seorang imam dari tempat ibadah setempat yang takut jikalau orang-orang akan berpindah keyakinan dan masuk ke gereja H menekan pemilik rumah untuk mengusir H. Para tetangga H, yang ramah dan bersahabat ketika ia pertama kali tiba di lingkungan itu, kini siap membunuhnya jika sang imam meminta. Suatu hari, saat H sedang mengemudi sepanjang jalan Mosul bersama ibunya, ia memerhatikan sebuah mobil mengikuti mereka. Mobil itu menyusul mobil H dan ketika sudah sejajar, seorang bersenjata menembak dari dalam mobil itu. H terkena tembakan pada pundaknya. Peluru itu menembus keluar dari tubuh H dan mengenai lengan ibunya. Ibunya selamat dalam penyerangan tersebut dan hanya mengalami luka-luka ringan, tetapi H mengalami kelumpuhan mulai dari pinggang hingga ke bawah. Dokter mengatakan ia mengalami luka tulang belakang dan ia tidak akan dapat berjalan lagi.

H terus membagikan Kabar Baik tentang Kristus kepada yang lain, tetapi hari ini ia melakukannya dari kursi roda di Lebanon. Ia berkata bahwa para hamba Tuhan yang melayani di Irak dihadapkan dengan bahaya yang terus-menerus. “Mereka sedang memikul sebuah salib yang lebih besar dan berat dibandingkan yang dipikul oleh hampir semua orang Kristen. Meskipun situasi sulit, keselamatan jiwa-jiwa sedang terjadi dalam jumlah yang besar di antara orang-orang Irak. Mereka akan pergi dan bersembunyi di bawah sayap Tuhan dan mengenal Dia sebagai Juru Selamat, lalu mereka akan lebih bersemangat dan sungguh-sungguh untuk bersaksi mengenai Kristus pada orang lain seperti mereka.” H memohon doa bagi para hamba Tuhan yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka di garis depan setiap harinya. “Berdoalah agar Tuhan turut campur secara langsung serta memberi kekuatan, semangat, dan kuasa pada kita untuk melakukan pekerjaan-Nya, sehingga kami dapat memberitakan Kabar Kebenaran ke Irak.”

Post On : Ilustrasiku Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Juli — Agustus 2009 Penulis: Tidak dicantumkan Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya Halaman: 6 — 7

Konon, di Jepang ada cara unik utk menangkap ikan. Dimalam hari, mereka menggantung lentera disisi kiri kanan perahu & mengikat beberapa bebek utk berenang disekitar perahu. Cahaya lentera akan menarik ikan2 utk naik ke permukaan. Ketika ikan2 naik ke permukaan, dgn semangat bebek2 akan segera menangkapnya. Selanjutnya, dgn sigap bebek itu ditarik ke atas perahu & mereka memaksa bebek itu mengeluarkan ikan sebelum sempat ditelan. Setelah itu, bebek dilepaskan kembali ke air utk menangkap ikan lagi. Begitu seterusnya.

Nasib bebek2 itu bisa dibilang seperti nasib bangsa Israel. Kitab Hagai mencatat bagaimana bangsa Israel menabur banyak, tapi menuai sedikit. Mereka makan tapi tdk sampai kenyang. Minum tapi tdk sampai puas. Berpakaian tapi tdk merasa hangat. Bahkan bekerja tapi seperti tdk pernah menikmati hasil jerih payahnya. Bukankah ini juga sering terjadi pada org2 di zaman ini? Ada yg sdh bekerja dgn susah payah, lembur tiap hari, bahkan melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, tapi bukannya keberhasilan yg didapat, melainkan justru sakit, hubungan keluarga berantakan, dll.

Ada satu kunci yg Tuhan tunjukkan bagi mereka yg mengalami kondisi itu. Bukan bekerja lebih keras, tapi Tuhan justru mengingatkan agar bangsa Israel mengutamakan pembangunan rumah Tuhan. Rumah Tuhan bicara tentang persekutuan yg intim denganNYA. Ya, hal ini berarti tinggal di dalam FirmanNYA & melakukan KehendakNYA. Hidup saat ini mungkin makin berat. Tapi, akan semakin berat saat kita tdk lagi memprioritaskan Tuhan.

Mari utamakan Tuhan lebih dulu diatas segala kesibukan hidup kita hari ini, sebab kita belum benar2 sukses jika Tuhan tdk terlibat didalamnya…

Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”
“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”


Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

“Pemenang kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.

Pada suatu hari Minggu, sebuah televisi swasta menayangkan kotbah dari seorang tokoh agama terkenal, tentang siapakah orang terkaya di dunia. Orang terkaya di dunia adalah petugas parkir.

Mengapa petugas parkir adalah orang yang paling kaya di bumi, karena mereka bertanggungjawab atas setiap mobil yang masuk ke area mereka untuk dijaga. Namun menjelang malam, mereka kembali ke rumah sebagai orang yang paling miskin karena mobil yang dijagai sudah diambil oleh pemiliknya. Kita sebagai manusia harus sadar bahwa kekayaan yang kita miliki hanya titipan Allah. Kita hanya menjaga titipan tersebut, karena akan diambil oleh pemiliknya kapan saja.

Lalu apa hubungannya dengan Hidup Dalam Kerajaan Allah? Paulus berkata, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!,”(Roma 11:36). Jadi, kita yang hidup dalam Kerajaan Allah harus sadar bahwa SEGALA SESUATU adalah:

1. Dari Tuhan
Salomo adalah orang terkaya yang pernah hidup. DR. Mike Murdock, seorang pembicara dan penulis buku-buku Kristen terkenal berkata bahwa Perhimpunan Ahli-ahli Arsitek di Illinois, Amerika melakukan studi khusus tentang Bait Allah yang dibangun Salomo. Para ahli menghargai Bait Allah tersebut senilai US$ 500 miliar. Ini tidak termasuk istana pribadi Salomo yang butuh waktu dua kali lebih lama untuk membangunnya. Tetapi, Salomo berkata, “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya,”(Amsal 10:22). Tuhanlah andalan kita.

2. Oleh Tuhan
Yesus memberi perumpamaan bagi orang Kristen untuk berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan. Katanya, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (Lukas 12:16-20). Akhir yang tragis kan?

3. Kepada Tuhan.
Daud berkata,”Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya! Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit! Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta. Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit,”(Mazmur 148:1-5, 13). Kata Paulus, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”(Roma 11:33). Hanya Tuhan yang berkuasa.

RUMAH KITA

(Mazmur 104: 19-35)

Manusia adalah ciptaan yang bungsu dari semua ciptaan. Manusia dalam dunia punya kuasa untuk mengatur ciptaan lain, tapi kuasa itu bersifat partisipatif. Manusia hanya turut mengatur bersama Allah yang sudah mengatur alam ciptaanNya.  Tanpa manusia, alam  semesta bisa ada dan hidup, tapi tanpa alam semesta, manusia tidak dapat hidup. Lalu mengapa manusia masih merusak alam semesta? Dengan membayar retribusi sampah kurang lebih 10.000 kita merasa berhak membuang sampah dan mengotori lingkungan sebanyak-banyaknya. Dengan membayar retribusi air, kita merasa berhak memakai air sebanyak-banyaknya tanpa menghemat.  Mengapa kita mencemari dan merusak lingkungan kita dengan sedikit uang retribusi? Kecepatan manusia merusak alam lebih dari kemampuan alam memperbaharui dirinya.

Berkaca dari Maz. 104 yang adalah mazmur pujian karena Allah sebagai pencipta seluruh alam semesta.  Mazmur ini mengajak kita melihat betapa besarnya ciptaan Tuhan bagi kita. Ia mendorong kita memuji Allah karena KaryaNya yang luar biasa lewat ciptaanNya. Mazmur ini dapat juga disebut” Doxologi Ekologi” . Cara kita memandang alam (air, tanah, pohon, dan kekayaan alam lainnya) adalah juga cara kita memandang Tuhan.  Semuanya kita pandang sebagai ciptaan Tuhan yang baik membuat kita memuji Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan sehingga kita memperlakukannya dengan baik sebagai bentuk kasih kita kepada Tuhan.

Jangan sampai kita mengorbankan alam semesta, merusaknya untuk menjawab dan memenuhi kepentingan-kepentingan kita. Kita menggeser Tuhan dalam memperlakukan alam. Masalah yang kita hadapi sekarang adalah perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba. Perubahan iklim itu hal yang biasa tapi yang menjadi masalah sekarang, mengapa tiba-tiba terjadi? Itu adalah salah satu konsekuensi dari apa yang telah kita buat terhadap alam ciptaan Tuhan ini.  Alam semesta ini seperti rumah yang indah dan sangat baik, Allah menitipkan rumah ini bagi kita untuk tempat tinggal kita, mari kita perlakukan seperti rumah kita sendiri. Kepedulian kita terhadap lingkungan bukan karna ketakutan akan perubahan alam ini melainkan karena kita mengasihi Tuhan sang pencipta alam semesta. Selamat merayakan bulan Lingkungan hidup. Tuhan memberkati.

 

Ringkasan Khotbah Pdt. Jahja A. Millu, S.Th

Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya.

Si kikir berkata, “Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku.”Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.

Kemudian si kikir memohon lagi, “Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.

“Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.

Akhirnya si kikir menulis berkata, “Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar.”

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: “Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki.”

Kolose 4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Lebih dari 200 orang luka parah dan 60 orang kehilangann nyawanya ketika Hotel LaSalle di kota Chicago, Amerika Serikat, terbakar pada dini hari tanggal 5 Juni 1947.
Sepuluh orang di antaranya meninggal, karena melompat dari jendela kamar mereka di lantai atas.

Sebelum api mengamuk, seorang usahawan Chicago menelepon istrinya dari salah satu kamar hotel itu.
Dia memberitahunya bahwa ia sedang bermain kartu dengan beberapa temannya. Istrinya menyuruhnya pulang.Namun usahawan itu keberatan.
Ia tidak peduli atas permintaan istrinya itu. Usahawan itu mengatakan bahwa ia akan menyelesaikan satu putaran lagi baru kemudian pulang ke rumah.
Tetapi beberapa menit sebelum permainan kartunya selesai, api berkobar. Usahawan itu mati dalam nyala api yang mengerikan itu.

Para regu penolong menyeret tubuhnya yang hangus dari reruntuhan hotel itu keesokan harinya. Semua itu menimpanya, karena dia tidak mau berhenti berjudi sampai satu putaran lagi.

Hidup manusia itu tidak diketahui kapan berakhir. Caranya berakhirnya hidup itu pun tidak pernah diketahui.
Seolah-olah dalam hidup ini orang meraba-raba tentang hari esoknya. Orang tidak bisa memastikan apakah semenit kemudian dia masih hidup atau sudah meninggal.

Kisah di atas menunjukkan bahwa orang tidak peduli akan hidupnya. Orang hanya mencintai dirinya sendiri dengan mengikuti kesenangan pribadinya.
Orang tidak peduli bahwa ada sesamanya yang membutuhkan kehadirannya. Kesenangan pribadi itu ternyata berakibat fatal terhadap hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus hidup di bawah naungan Tuhan.
Orang yang hidup di bawah naungan Tuhan itu senantiasa mendengarkan suara Tuhan.
Tuhan berbicara lewat orang-orang yang ada di sekitar kita.
Tuhan berbicara lewat tanda-tanda yang ada di sekitar kita. Karena itu, kita dituntut untuk peka terhadap suara Tuhan itu.
Kita dituntut untuk peka terhadap tanda-tanda jaman di sekitar kita.

Setiap hari kita menerima banyak hal baik dari Tuhan dan sesama.
Hal-hal itu merupakan tanda-tanda jaman di mana kita masih diberi perlindungan oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.

Karena itu, mari kita syukuri penyertaan Tuhan itu dan senantiasa mendengarkan suaraNya dalam hidup kita.

Ada sebuah kisah tentang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju sebuah menara. Di dalam perjalanan mereka menaiki tangga tersebut, sililin kecil bertanya Kepada pria yang membawanya, “Kita hendak kemana?”
“Kita akan naik lebih tinggi dan akan memberi petunjuk Kepada kapal-kapal besar di tengah lautan yang luas.”
“Apa? Mana mungkin aku bisa memberi petunjuk Kepada kapal-kapal besar dengan cahayaku yang sangat kecil? Kapal-kapal besar itu tidak akan bisa melihat cahayaku,” jawab lilin kecil lemah.
“Itu bukan urusanmu. Jika nyalamu memang kecil, biarlah. Yang harus engkau lakukan adalah tetap menyala dan urusan selanjutnya adalah tugasku,” jawab pria itu.
Tidak lama sampailah mereka di puncak menara dimana terdapat lampu yang sangat besar dgn kaca pemantul yang tersedia di belakangnya. Pria itu menyalakan lampu besar dengan memakai nyala lemah si lilin kecil. Dalam sekejap, tempat itu memantulkan sinar yang terang benderang sehingga kapal-kapal yang ada di tengah laut melihat cahayanya.
Dengan keberadaan dan keterbatasan kita, memang kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi satu hal yang harus anda ingat, bahwa hidup anda seumpama “lilin kecil”yang ada di tangan Allah yang perkasa. Segala kemampuan dan keahlian anda hanya akan tetap seperti nyala lilin kecil jika anda tidak menaruh hidup anda di dalam tangan Allah untuk Ia pakai menjadi alatNya yang mulia.
Sebaliknya walaupun nyala anda sangat kecil bahkan mungkin redup, tapi jika Anda mempercayakan seluruh keberadaan anda kepada Allah, maka Ia sanggup menjadikan nyala kecil anda menjadi nyala besar yang membawa manfaat besar bagi banyak orang.
Bahkan bukan tidak mungkin Yosua yang adalah abdi Musa itu merasakan sedikit gentar di dalam hatinya ketika Allah memerintahkan kepadanya utk memimpin bangsa Israel merebut tanah Kanaan. Allah menghibur dan menguatkan dia bahwa Allah tidak akan meninggalkannya. Allah menjanjikan kemenangan demi kemenangan bagi dia.
Allah hanya meminta kepadanya, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dan jangan menyimpang dari seluruh hukum yang telah diperintahkan Kepadamu” (Yosua1:7)
Jangan memandang ketidakmampuan, keterbatasan, dan kelemahan anda. Jika Allah mempercayakan sesuatu kepada anda entah itu suatu pekerjaan besar ataupun suatu pelayanan, percayalah bahwa anda ada di tangan Allah yang perkasa. Dia akan memakai anda sesuai kehendakNya. Kita hanyalah sebagai alatNya.

Ketika kita mempercayakan seluruh keberadaan kita kepada Allah, maka anda akan melihat bagaimana Ia memakai hidup anda dan tidak mustahil keterbatasan anda menjadi berkat yang besar!

Gilbert Tuhabonye mencintai lari. Tumbuh di Burundi, ia berlari di dataran Afrika dekat desanya setiap hari, dan sering ditantang oleh pelari lain yang ingin berlomba. “Mereka akan melihat debu,” katanya, “karena aku akan berlari seperti angin.”

Tuhabonye (36 tahun), tidak pernah bermimpi semangat mudanya untuk berlari itu suatu hari nanti akan menyelamatkan hidupnya, atau akan menjadi hadiah kehidupan bagi orang-orang di tempat yang jauh.
Berasal dari suku Tutsi, Tuhabonye adalah siswa sekolah menengah ketika perang saudara berkobar di negaranya, antara suku Tutsi dan Hutu. Suatu sore, orang-orang dari suku Hutu datang ke sekolah.
“Mereka menempatkan setiap orang Tutsi yang bisa mereka temukan di dalam gedung lalu membakar bangunan itu dengan api, dan mereka ingin melihat semua orang mati,” katanya. Api membakar selama delapan jam yang menakutkan sebelum Tuhabonye keluar. “Saya terus mendengar suara yang mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja,” ujarnya. “Setelah sembilan jam saya berlari.”
Meskipun terluka parah, Tuhabonye berlari meninggalkan pengejarnya. “Tuhan, Dialah yang memberi saya kekuatan untuk dapat pergi menjauhi orang-orang itu,” katanya. Selama pemulihan yang panjang di rumah sakit, ia menjadi seorang Kristen. Saat ini, Tuhabonye tinggal di Austin, Texas, bersama istri dan dua anak perempuan, di mana ia melatih sebanyak 300 pelari seminggu yang menyebut diri mereka sendiri sebagai “Rusa Gilbert”.

Dia tidak melupakan Burundi, di mana ia mulai mendirikan yayasan untuk anak-anak miskin, dan dia melakukan hal serupa di Austin. Bagi dirinya sendiri, matanya menatap jauh ke depan: “Berlari telah membantu saya untuk melupakan dan mengampuni orang-orang yang mencoba membunuh saya. Saya selalu bersyukur kepada Allah… yang memberi saya kecepatan seperti yang saya miliki.”

« Older Entries     Newer Entries »