header image
 

All posts in November 23rd, 2016

Rockefeller, pada usia 60 tahun menderita kanker diperutnya, dan dokter berkata bahwa tiga bulan lagi ia akan meninggal dunia. Ia lalu berkata, “Buat apa kekayaanku yang bermiliar-miliar, dan buat apa rumah-rumahku yang mewah.” lalu, ia datang kepada Tuhan dan berjanji, “Tuhan, dahulu saya hanya mencari uang, tetapi sekarang saya mau memberi.” 


Kemudian, ia mulai membangun rumah sakit Kristen, memberikan uangnya kepada hamba-hamba Tuhan yang pergi menginjil di Afrika, dan mengirim utusan-utusan Injil. Ia berkata bahwa sebelum ia meninggal dunia, ia mau memberi dahulu supaya dapat meninggalkan hal-hal yang baik. Tetapi, setelah 3 bulan ia tetap hidup, justru malah ia merasa semakin sehat. Lalu, ia pergi memeriksakan diri kepada dokter dan dokter berkata bahwa kanker itu telah lenyap. Puji Tuhan, ia sembuh bukan karena di doakan oleh pendeta, melainkan karena memberi. Dari mana datangnya kanker?Dari sifat yang kikir. Dari mana datangnya kesembuhan? Dari suka memberi.

Memberi bukanlah berarti hanya dalam bentuk uang. Banyak orang yang salah paham, dan jika ada seorang pendeta yang berkotbah mengenai memberi dikatakan ia mata duitan. Memberi tidak hanya berarti memberi uang, tetapi juga bisa berupa kasih, perhatian, waktu, tenaga, pikiran, dan sebagainya.


Sumber: secangkir sup 6 bagi jiwa anda (Timotius Adi Tan)

Di sebuah kelas sekolah dasar,seorang guru memberikan tugas kepada murid-muridnya tentang menulis kreatif. Guru tersebut bercerita tentang semut dan belalang. “Semut berkerja keras selama musim panas dan mengumpulkan persediaan makanan. Tetapi belalang bermain selama musim panas dan tidak bekerja. Kemudian musim dingin datang. Belalang mulai kelaparan karena tidak memiliki makanan. Jadi dia datang ke rumah semut dan mengemis. ‘Semut, tolonglah saya, berilah saya makanan.’ Nah anak-anak, tugas kalian adalah menulis akhir cerita tersebut.”
Mark, salah satu muridnya mengangkat tangan, “Guru, bolehkan saya menggambar?”
“Tentu saja, kamu boleh menggambar. Tetapi kamu harus menulis akhir cerita itu dulu.” Kertas-kertas dikumpulkan. Kebanyakan murid menulis bahwa semut membagi makanannya selama musim dingin dan baik semut maupun belalang bertahan hidup.

Beberapa anak menulis, ‘Semut itu berkata, “Tidak, Belalang. Kamu seharusnya bekerja selama musim panas dan tidak bermain-main. Sekarang, saya hanya memiliki cukup makanan untuk diri saya sendiri.” Jadi Semut itu hidup dan belalang meninggal.

Tetapi Mark mengakhiri cerita dengan cara yang sangat berbeda. Dia menulis, “Jadi semut itu memberikan semua dari makanannya kepada belalang; Belalang melalui musim dingin itu dan hidup. Tetapi sang semut meninggal.” Di dasar halaman, Mark menggambar tiga salib. “Dia memberikan segalanya untuk kita supaya kita beroleh hidup.”

Yesus mati agar kita hidup. Yesus hidup agar kita selamat. 

Butuh waktu yang panjang untuk menyiapkan seekor jerapah untuk siap hidup mandiri di alamnya. Saat lahir, seekor bayi jerapah harus jatuh dari kandungan induknya yang setinggi 3 meter dan biasanya mendarat pada bagian belakangnya. Dalam bebebrapa detik, ia akan berputar dan kakinya terlipat dibawah tubuhnya. Dengan posisi seperti ini, ia pertama kali melihat dunia. Kemudian, ia harus mengibaskan tubuhnya untuk membersihkan mata dan telinganya dari sisa air ketuban. Dan induk jerapah itu dengan kasar memperkenalkan anaknya kepada kehidupan hutan yang keras.
Dalam bukunya yang berisi suatu gambaran tentang kehidupan di rimba, Garu Richmond bercerita tentang saat pertama kali seekor bayi jerapah belajar untuk hidup di dalam rimba yang keras. Induk jerapah akan menundukkan lehernya untuk melihat bayinya. Kemudian, si induk jerapah melakukan suatu hal yang tidak dapat diterima akal sehat. Induk jerapah mengayunkan kakinya dan menendang bayinya berada di atas tumit. Tetapi, bila si bayi belum juga berdiri, proses kekerasan ini akan terus diulangi. Selama tumit bayi jerapah masih lemah, induk jerapah akan menendangnya kembali untuk mendorong si bayi agar mencoba untuk berdiri. Akhirnya, si bayi pun dapat berdiri untuk pertama kalinya dengan kakinya yang lemah.
Kemudian, induk jerapah melakukan suatu hal yang luar biasa, yakni menendang bayinya hingga terjatuh kembali. Mengapa? Induk jerapah ingin mengajar bayinya, bagaimana ia harus bangkit kembali setelah terjatuh. Didalam rimba yang keras yang menjadi tempat tinggalnya, bayi jerapah harus dapat segera bangkit kembali setelah terjatuh sehingga tidak terpisah dari kelompoknya agar aman dari singa, harimau, dan serigala yang sering memburu bayi jerapah. Bila induk jerapah tidak mengajar bayinya untuk cepat bangun setelah ia terjatuh, bayinya akan menjadi mangsa binatang buas.
Sama halnya dengan pendidikan Kristus akan berlangsung terus menerus sampai kita diubah menjadi serupa denganNya.
Sumber: 50 Renungan yang membawa berkat, Metanoia Publishing

“MENGUSAHAKAN ALAM”

(Imamat 25: 1-22)

Dunia ini adalah pemberian Tuhan Allah secara cuma-cuma kepada kita, karena itu alam ini  adalah milik rumah kita sendiri. Pertanyaan bagi kita semua adalah apabila alam ini adalah rumah kita, maka kita harus bertanggung jawab penuh terhadap alam ini karena tanpa alam ini kita semua akan mati, karena Tuhan bekerja melalui alam ini untuk kehidupan kita.

Pembacaan ini  memberikan kepada kita catatan penting tentang pandangan orang Israel tentang tanah:

  1. Bagi bangsa Israel Tuhan adalah pemilik tanah, setelah bangsa Israel masuk di tanah Kanaan Tuhan mulai membagi tanah itu bagi 11 suku, tetapi suku Lewi tidak diberikan jatah tanah dan oleh karena itu 11 suku yang mendapat jatah tanah harus bertanggung jawab memberikan kehidupan bagi suku Lewi.
  2. Di Israel tidak ada pemilik tanah secara permanen.Semua orang boleh memiliki tanah, tetapi setiap pemilik tanah adalah pengelola tanah.
  3. Bagi orang Israel tanah dipakai untuk kesejahteraan hidup dan bukan untuk menumpuk kekayaan,dan orang Israel itu hanya boleh menjual tanah kalau ternyata ia jatuh miskin, bukan menjual tanah untuk bersenang-senang.
  4. Bagi pembeli tanah ia hanya boleh membeli tanah, dia hanya boleh membeli tanah tetapi tidak diperbolehkan untuk memperluas area dia bekerja.
  5. Pada tahun Yobel,pembeli tanah mengembalikan tanah tanpa syarat dan pemilik tanah menerima juga tanpa syarat.

Dalam bacaan ini mencatat beberapa hal yaitu tentang tahun sabat dan tahun yobel. Tahun sabat itu adalah tahun perhentian karena setiap tujuh tahun adalah tahun perhentian dan puncaknya adalah tahun yang ke 50 yang mereka sebut sebagai tahun Yobel.

  1. Tanah itu dibiarkan untuk tidak ditanami apa-apa selama 1 tahun karena tanah itu diberi hak penuh untuk subur kembali. Di tahun Sabat itu mereka tidak boleh bekerja apa-apa.
  2. Di tahun ke 7, Setiap tanaman yang tumbuh sendiri diladang itu diperuntukan bagi orang-orang miskin dan sisanya untuk hewan.
  3. Yang terjadi pada tahun Yobel adalah seluruh hak dikembalikan, budak-budak yang tidak bisa membayar hutang pada tahun Yobel itu mereka bebas dan menjadi orang merdeka, tanah-tanah yang dibeli 50 tahun lalu dikembalikan dengan cuma-cuma tanpa syarat, maka dengan ini mereka semua mengenal tahun ini sebagai tahun pengucapan syukur.

Dalam konteks kita sekarang ini  mengenai “mengusahakan alam’, apa yang harus kita lakukan? Pertanyaan bagi kita semua adalah apa yang harus kita buat bagi alam ini,yaitu : 1.  Tanah dan alam ini adalah milik Tuhan yang diberikan dengan cuma-cuma kepada kita, dan perintah utamanya ada memelihara dan mengusahakan alam ini. 2.  bagi kemanusiaan dan kemuliaan Tuhan alam ini adalah rumah kita sendiri maka tidak boleh merusak alam ini dengan cara apapun. 3. Semua penghuni yang ada di alam ini semua itu adalah saudara tidak ada musuh. 4. Kekayaan alam yang Tuhan berikan adalah milik bersama. 5. Kekayaan alam di atur untuk kesejahteraan bersama.

Tuhan memberikan tanah ini baik sekali bagi kita karena itu kita sebagai ciptaan yang paling mulia harus mempunyai bentuk pertanggung jawaban penuh terhadap alam ini demi kelangsungan hidup kita di alam yang Tuhan berikan bagi kita semua. Amin

 Ringkasan Khotbah Pdt. Yandi. Manobe,S.Th

Konon, suatu ketika, hiduplah suatu batu yang sangat besar dan kuat. Dengan kekuatannya ini ia sangat menyombongkan dirinya, dan berkata bahwa tidak ada yang dapat menghancurkannya. Kemudian datanglah si besi, mencoba untuk menghancurkan batu ini, dengan sekuat tenaga besi ini mencoba membentur-benturkan badannya ke atas batu tersebut, tapi hasilnya nihil, batu itu tidak pecah, bahkan kini besi tersebut yang bengkok. Si besi mundur, dan kini tampillah si api. Dengan kekuatan panasnya api tersebut mencoba untuk membakar dan melelehkan batu itu, tapi hasilnya sia-sia… Batu itu tetap berdiri dengan kokohnya. Setelah besi dan api menyerah, kemudian datanglah air. Ia datang dalam bentuk tetesan-tetesan yang jatuh tepat di atas batu itu. Si batu pun hanya tertawa, ”Bagaimana mungkin kau dapat mengalahkanku, kau hanya tetesan air..” Tapi air itu tetap menetes, 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, dan sampai bertahun-tahun kemudian. Kini si batu sudah tidak dapat menyombongkan diri lagi, karena batu tersebut kini telah berlubang akibat dari tetesan tetesan air yang terus menerus.
                Wow, suatu kisah yang luar biasa. Apa yang membuat air tersebut dapat mengalahkan batu?? Ya, karena ia tekun. Mungkin air tersebut tidaklah sekuat besi atau sepanas api, tapi karena ia tekun akhirnya ia lah yang jadi pemenangnya. Hal ini juga sering kali terjadi dalam setiap kehidupan kita. Saat kita melihat ada “batu” besar dalam hidup kita, mungkin batu itu masalah di keluarga, masalah dalam pekerjaan, masalah dengan teman, masalah ekonomi, atau sakit penyakit, dan kita merasa bahwa “Batu Masalah” itu terlalu kuat… Ayo jadilah seperti air tersebut, tetap lah tekun. Ya tetaplah tekun dalam Tuhan, tetaplah tekun berdoa, tetaplah tekun mengerjakan setiap bagian kita, dan tetaplah tekun untuk tetap bersyukur.
                “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibr 10:36) Ada begitu banyak anak Tuhan yang tidak memperoleh janji Tuhan, tidak memperoleh kemenangan dan pemulihan karena ia tidak melakukan hal ini, karena mereka tidak TEKUN. Melayani Tuhan sebentar, tapi ada masalah lalu mundur. Belajar untuk dapat nilai yang bagus, tapi pas liat soalnya susah, lalu menyerah. Baru bekerja, tapi ada masalah di pekerjaan lalu memilih untuk mengundurkan diri. Wah, bagaimana mau jadi berkat dong, kalo kita gampang menyerah ketika melihat masalah? Lihatlah Abraham yang tekun selama 25 tahun menantikan Ishak lahir. Lihat pula Nuh, yang dengan tekun tetap mengerjakan pembuatan bahtera selama 100 tahun walaupun banyak orang sudah mengolok-oloknya dan menganggap ia gila. Mereka adalah orang-orang yang tekun, dan mereka telah menerima janji Allah.
                Ayo percaya pasti ada banyak sekali  janji Tuhan yang sudah kita dengar atau kita terima, nah kita perlu ketekunan untuk bisa mendapatkan semua itu. Ayo jadilah anak muda yang kuat, apapun yang Tuhan percayakan dalam hidup kita saat ini, tekun lah untuk mengerjakannya. SEMANGAT.

Tahukah Anda, jika kita masukan seekor burung elang dalam sebuah kandang ukuran 2 x 2,5 M dan bagian atapnya terbuka sekalipun, tetap elang itu tidak bisa terbang.

Ternyata elang akan memulai terbang dari tanah dengan berlari sejauh 3 – 3,5 M. Tanpa tempat untuk berlari, elang ini tidak akan mampu terbang dan terjebak selamanya dalam kandang kecil tanpa penutup.

Tahukah Anda, jika seekor lebah yang jatuh ke dalam cangkir kopi yang terbuka, juga akan tetap di sana sampai mati, kecuali jika karena tidak tega Anda keluarkan dia.

Lebah tidak pernah lihat jalan keluar pada bagian atasnya, melainkan terus berusaha cari jalan keluar lewat pinggir dekat dasarnya, cari jalan di mana tidak ada jalan, hingga ia menghancurkan diri sendiri.

Nah… Ternyata banyak dari kita, juga seperti burung elang dan lebah itu:
– Bergumul dengan masalah.

– Fokus terus dengan masalah.

– Mengeluh terus sampai akhirnya frustasi sendiri.

Sadarilah bahwa jawaban dari masalah kita adalah selalu di atas, yaitu Tuhan. Menengadahlah. Ucapkanlah doa dan lepas landaslah dalam bertindak mencari solusi. Lakukan lagi dan terus berjuang! Selalu akan ada pengharapan yang baru dalam hidup!

Keep fight! Keep the dreams! Be a winner!