header image
 

All posts in November 18th, 2016

Pada suatu hari Minggu, sebuah televisi swasta menayangkan kotbah dari seorang tokoh agama terkenal, tentang siapakah orang terkaya di dunia. Orang terkaya di dunia adalah petugas parkir.

Mengapa petugas parkir adalah orang yang paling kaya di bumi, karena mereka bertanggungjawab atas setiap mobil yang masuk ke area mereka untuk dijaga. Namun menjelang malam, mereka kembali ke rumah sebagai orang yang paling miskin karena mobil yang dijagai sudah diambil oleh pemiliknya. Kita sebagai manusia harus sadar bahwa kekayaan yang kita miliki hanya titipan Allah. Kita hanya menjaga titipan tersebut, karena akan diambil oleh pemiliknya kapan saja.

Lalu apa hubungannya dengan Hidup Dalam Kerajaan Allah? Paulus berkata, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!,”(Roma 11:36). Jadi, kita yang hidup dalam Kerajaan Allah harus sadar bahwa SEGALA SESUATU adalah:

1. Dari Tuhan
Salomo adalah orang terkaya yang pernah hidup. DR. Mike Murdock, seorang pembicara dan penulis buku-buku Kristen terkenal berkata bahwa Perhimpunan Ahli-ahli Arsitek di Illinois, Amerika melakukan studi khusus tentang Bait Allah yang dibangun Salomo. Para ahli menghargai Bait Allah tersebut senilai US$ 500 miliar. Ini tidak termasuk istana pribadi Salomo yang butuh waktu dua kali lebih lama untuk membangunnya. Tetapi, Salomo berkata, “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya,”(Amsal 10:22). Tuhanlah andalan kita.

2. Oleh Tuhan
Yesus memberi perumpamaan bagi orang Kristen untuk berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan. Katanya, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (Lukas 12:16-20). Akhir yang tragis kan?

3. Kepada Tuhan.
Daud berkata,”Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya! Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit! Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta. Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit,”(Mazmur 148:1-5, 13). Kata Paulus, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”(Roma 11:33). Hanya Tuhan yang berkuasa.

RUMAH KITA

(Mazmur 104: 19-35)

Manusia adalah ciptaan yang bungsu dari semua ciptaan. Manusia dalam dunia punya kuasa untuk mengatur ciptaan lain, tapi kuasa itu bersifat partisipatif. Manusia hanya turut mengatur bersama Allah yang sudah mengatur alam ciptaanNya.  Tanpa manusia, alam  semesta bisa ada dan hidup, tapi tanpa alam semesta, manusia tidak dapat hidup. Lalu mengapa manusia masih merusak alam semesta? Dengan membayar retribusi sampah kurang lebih 10.000 kita merasa berhak membuang sampah dan mengotori lingkungan sebanyak-banyaknya. Dengan membayar retribusi air, kita merasa berhak memakai air sebanyak-banyaknya tanpa menghemat.  Mengapa kita mencemari dan merusak lingkungan kita dengan sedikit uang retribusi? Kecepatan manusia merusak alam lebih dari kemampuan alam memperbaharui dirinya.

Berkaca dari Maz. 104 yang adalah mazmur pujian karena Allah sebagai pencipta seluruh alam semesta.  Mazmur ini mengajak kita melihat betapa besarnya ciptaan Tuhan bagi kita. Ia mendorong kita memuji Allah karena KaryaNya yang luar biasa lewat ciptaanNya. Mazmur ini dapat juga disebut” Doxologi Ekologi” . Cara kita memandang alam (air, tanah, pohon, dan kekayaan alam lainnya) adalah juga cara kita memandang Tuhan.  Semuanya kita pandang sebagai ciptaan Tuhan yang baik membuat kita memuji Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan sehingga kita memperlakukannya dengan baik sebagai bentuk kasih kita kepada Tuhan.

Jangan sampai kita mengorbankan alam semesta, merusaknya untuk menjawab dan memenuhi kepentingan-kepentingan kita. Kita menggeser Tuhan dalam memperlakukan alam. Masalah yang kita hadapi sekarang adalah perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba. Perubahan iklim itu hal yang biasa tapi yang menjadi masalah sekarang, mengapa tiba-tiba terjadi? Itu adalah salah satu konsekuensi dari apa yang telah kita buat terhadap alam ciptaan Tuhan ini.  Alam semesta ini seperti rumah yang indah dan sangat baik, Allah menitipkan rumah ini bagi kita untuk tempat tinggal kita, mari kita perlakukan seperti rumah kita sendiri. Kepedulian kita terhadap lingkungan bukan karna ketakutan akan perubahan alam ini melainkan karena kita mengasihi Tuhan sang pencipta alam semesta. Selamat merayakan bulan Lingkungan hidup. Tuhan memberkati.

 

Ringkasan Khotbah Pdt. Jahja A. Millu, S.Th

Setelah bekerja keras, berdagang dan menjadi rentenir, si kikir telah menumpuk harta, tiga ratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas, beberapa gedung, dan segala macam harta benda. Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan tentang masa depannya.

Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, Malaikat Maut muncul di hadapannya untuk mencabut nyawanya. Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya agar Malaikat Maut itu tidak jadi menjalankan tugasnya.

Si kikir berkata, “Bantulah aku, barang tiga hari saja. Maka aku akan memberimu sepertiga hartaku.”Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir.

Kemudian si kikir memohon lagi, “Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari saja, akan kuberi engkau dua ratus ribu dinar dari gudangku.

“Tetapi Malaikat Maut pantang menyerah dan tak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan satu hari demi tiga ratus ribu dinar dari si Kikir.

Akhirnya si kikir menulis berkata, “Kalau begitu, tolong beri aku waktu untuk menulis sebentar.”

Kali ini Malaikat Maut mengijinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri: “Wahai manusia, manfaatkanlah hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tiga ratus ribu dinar. Pastikan engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki.”

Kolose 4:5 Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.

Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Lebih dari 200 orang luka parah dan 60 orang kehilangann nyawanya ketika Hotel LaSalle di kota Chicago, Amerika Serikat, terbakar pada dini hari tanggal 5 Juni 1947.
Sepuluh orang di antaranya meninggal, karena melompat dari jendela kamar mereka di lantai atas.

Sebelum api mengamuk, seorang usahawan Chicago menelepon istrinya dari salah satu kamar hotel itu.
Dia memberitahunya bahwa ia sedang bermain kartu dengan beberapa temannya. Istrinya menyuruhnya pulang.Namun usahawan itu keberatan.
Ia tidak peduli atas permintaan istrinya itu. Usahawan itu mengatakan bahwa ia akan menyelesaikan satu putaran lagi baru kemudian pulang ke rumah.
Tetapi beberapa menit sebelum permainan kartunya selesai, api berkobar. Usahawan itu mati dalam nyala api yang mengerikan itu.

Para regu penolong menyeret tubuhnya yang hangus dari reruntuhan hotel itu keesokan harinya. Semua itu menimpanya, karena dia tidak mau berhenti berjudi sampai satu putaran lagi.

Hidup manusia itu tidak diketahui kapan berakhir. Caranya berakhirnya hidup itu pun tidak pernah diketahui.
Seolah-olah dalam hidup ini orang meraba-raba tentang hari esoknya. Orang tidak bisa memastikan apakah semenit kemudian dia masih hidup atau sudah meninggal.

Kisah di atas menunjukkan bahwa orang tidak peduli akan hidupnya. Orang hanya mencintai dirinya sendiri dengan mengikuti kesenangan pribadinya.
Orang tidak peduli bahwa ada sesamanya yang membutuhkan kehadirannya. Kesenangan pribadi itu ternyata berakibat fatal terhadap hidupnya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus hidup di bawah naungan Tuhan.
Orang yang hidup di bawah naungan Tuhan itu senantiasa mendengarkan suara Tuhan.
Tuhan berbicara lewat orang-orang yang ada di sekitar kita.
Tuhan berbicara lewat tanda-tanda yang ada di sekitar kita. Karena itu, kita dituntut untuk peka terhadap suara Tuhan itu.
Kita dituntut untuk peka terhadap tanda-tanda jaman di sekitar kita.

Setiap hari kita menerima banyak hal baik dari Tuhan dan sesama.
Hal-hal itu merupakan tanda-tanda jaman di mana kita masih diberi perlindungan oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.
Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita.

Karena itu, mari kita syukuri penyertaan Tuhan itu dan senantiasa mendengarkan suaraNya dalam hidup kita.

Ada sebuah kisah tentang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju sebuah menara. Di dalam perjalanan mereka menaiki tangga tersebut, sililin kecil bertanya Kepada pria yang membawanya, “Kita hendak kemana?”
“Kita akan naik lebih tinggi dan akan memberi petunjuk Kepada kapal-kapal besar di tengah lautan yang luas.”
“Apa? Mana mungkin aku bisa memberi petunjuk Kepada kapal-kapal besar dengan cahayaku yang sangat kecil? Kapal-kapal besar itu tidak akan bisa melihat cahayaku,” jawab lilin kecil lemah.
“Itu bukan urusanmu. Jika nyalamu memang kecil, biarlah. Yang harus engkau lakukan adalah tetap menyala dan urusan selanjutnya adalah tugasku,” jawab pria itu.
Tidak lama sampailah mereka di puncak menara dimana terdapat lampu yang sangat besar dgn kaca pemantul yang tersedia di belakangnya. Pria itu menyalakan lampu besar dengan memakai nyala lemah si lilin kecil. Dalam sekejap, tempat itu memantulkan sinar yang terang benderang sehingga kapal-kapal yang ada di tengah laut melihat cahayanya.
Dengan keberadaan dan keterbatasan kita, memang kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi satu hal yang harus anda ingat, bahwa hidup anda seumpama “lilin kecil”yang ada di tangan Allah yang perkasa. Segala kemampuan dan keahlian anda hanya akan tetap seperti nyala lilin kecil jika anda tidak menaruh hidup anda di dalam tangan Allah untuk Ia pakai menjadi alatNya yang mulia.
Sebaliknya walaupun nyala anda sangat kecil bahkan mungkin redup, tapi jika Anda mempercayakan seluruh keberadaan anda kepada Allah, maka Ia sanggup menjadikan nyala kecil anda menjadi nyala besar yang membawa manfaat besar bagi banyak orang.
Bahkan bukan tidak mungkin Yosua yang adalah abdi Musa itu merasakan sedikit gentar di dalam hatinya ketika Allah memerintahkan kepadanya utk memimpin bangsa Israel merebut tanah Kanaan. Allah menghibur dan menguatkan dia bahwa Allah tidak akan meninggalkannya. Allah menjanjikan kemenangan demi kemenangan bagi dia.
Allah hanya meminta kepadanya, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dan jangan menyimpang dari seluruh hukum yang telah diperintahkan Kepadamu” (Yosua1:7)
Jangan memandang ketidakmampuan, keterbatasan, dan kelemahan anda. Jika Allah mempercayakan sesuatu kepada anda entah itu suatu pekerjaan besar ataupun suatu pelayanan, percayalah bahwa anda ada di tangan Allah yang perkasa. Dia akan memakai anda sesuai kehendakNya. Kita hanyalah sebagai alatNya.

Ketika kita mempercayakan seluruh keberadaan kita kepada Allah, maka anda akan melihat bagaimana Ia memakai hidup anda dan tidak mustahil keterbatasan anda menjadi berkat yang besar!

Gilbert Tuhabonye mencintai lari. Tumbuh di Burundi, ia berlari di dataran Afrika dekat desanya setiap hari, dan sering ditantang oleh pelari lain yang ingin berlomba. “Mereka akan melihat debu,” katanya, “karena aku akan berlari seperti angin.”

Tuhabonye (36 tahun), tidak pernah bermimpi semangat mudanya untuk berlari itu suatu hari nanti akan menyelamatkan hidupnya, atau akan menjadi hadiah kehidupan bagi orang-orang di tempat yang jauh.
Berasal dari suku Tutsi, Tuhabonye adalah siswa sekolah menengah ketika perang saudara berkobar di negaranya, antara suku Tutsi dan Hutu. Suatu sore, orang-orang dari suku Hutu datang ke sekolah.
“Mereka menempatkan setiap orang Tutsi yang bisa mereka temukan di dalam gedung lalu membakar bangunan itu dengan api, dan mereka ingin melihat semua orang mati,” katanya. Api membakar selama delapan jam yang menakutkan sebelum Tuhabonye keluar. “Saya terus mendengar suara yang mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja,” ujarnya. “Setelah sembilan jam saya berlari.”
Meskipun terluka parah, Tuhabonye berlari meninggalkan pengejarnya. “Tuhan, Dialah yang memberi saya kekuatan untuk dapat pergi menjauhi orang-orang itu,” katanya. Selama pemulihan yang panjang di rumah sakit, ia menjadi seorang Kristen. Saat ini, Tuhabonye tinggal di Austin, Texas, bersama istri dan dua anak perempuan, di mana ia melatih sebanyak 300 pelari seminggu yang menyebut diri mereka sendiri sebagai “Rusa Gilbert”.

Dia tidak melupakan Burundi, di mana ia mulai mendirikan yayasan untuk anak-anak miskin, dan dia melakukan hal serupa di Austin. Bagi dirinya sendiri, matanya menatap jauh ke depan: “Berlari telah membantu saya untuk melupakan dan mengampuni orang-orang yang mencoba membunuh saya. Saya selalu bersyukur kepada Allah… yang memberi saya kecepatan seperti yang saya miliki.”

Di tahun 1994, dua orang Amerika menanggapi undangan Departemen Pendidikan Rusia untuk mengajar Moral dan Etika berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab di sekolah-sekolah umum. Mereka diundang mengajar di penjara, kantor, departemen kepolisian, pemadam kebakaran, dan di sebuah tempat yatim piatu yang besar.
Ada sekitar 100 anak laki-laki dan perempuan yang menjadi penghuni panti asuhan di situ, yang terbuang, ditinggalkan dan sekarang ditampung dalam program pemerintah. Beginilah kisah dalam kata-kata mereka.
Waktu itu mendekati musim libur tahun 1994, sewaktu anak-anak yatim piatu kita, untuk pertama kalinya mendengar kisah Natal. Kami cerita soal Maria dan Yusuf yang sesampainya di Bethlehem tidak mendapatkan penginapan. Lalu pergi ke sebuah kandang binatang, di mana bayi Yesus lahir dan diletakkan dalam sebuah palungan. Sepanjang cerita itu, anak-anak maupun staf rumah yatim itu terpukau diam, terpaku takjub mendengarkan. Beberapa di antaranya bahkan duduk di ujung depan kursi mereka seakan agar bisa lebih menangkap tiap kata.
Seusai cerita, semua anak-anak kami beri tiga potong kertas karton untuk membuat palungan, juga sehelai kertas persegi, dan sedikit sobekan kertas napkin berwarna kuning yang kami bawa. Maklum, masa itu kertas berwarna sedang langka di kota ini. Sesuai petunjuk anak-anak itu menyobek kertasnya, lantas dengan hati-hati, menyusun sobekan pita-pita seakan-akan itu jerami kuning di palungan. Potongan kecil kain flanel digunting dari gaun malam bekas dari seorang ibu Amerika saat meninggalkan Rusia – dipakai sebagai selimut kecil bayi itu. Bayi mirip bonekapun digunting dari lembaran kulit tipis yang kami bawa dari Amerika.
Mereka semua sibuk menyusun palungan masing-masing saat aku berjalan keliling, memperhatikan kalau-kalau ada yang butuh bantuan. Semuanya kelihatan beres, sampai aku tiba di meja seorang anak laki-laki kecil bernama Misha. Kelihatannya ia sekitar 6 tahun dan sudah menyelesaikan pekerjaan tangannya. Sewaktu kulihat palungan bocah kecil ini, saya heran bahwa bukannya satu, melainkan ada dua bayi di dalamnya.
Cepat kupanggil penerjemah agar menanyai anak ini kenapa ada dua bayi. Dengan melipat tangannya dan mata menatap hasil karyanya, anak ini mulai mengulang kisah Natal dengan amat serius. Untuk anak semuda dia yang baru sekali mendengar kisah Natal, ia mengurutkan semua kejadian demikian cermat dan telitinya sampai pada bagian kisah di mana Maria meletakkan bayi itu ke dalam palungan. Di sini si Misha mengubahnya. Ia membuat penutup akhir kisah ini demikian:
Sewaktu Maria menaruh bayi itu di palungan, Yesus lalu melihat aku dan bertanya, “apa aku punya tempat tinggal?”
Aku bilang, “aku tak punya mama dan tak punya papa, jadi aku tak punya tempat untuk tinggal.”
Lalu Yesus bilang aku boleh tinggal sama Dia.
Tapi aku bilang tidak bisa, sebab aku kan tidak punya apa-apa yang bisa kuberikan sebagai hadiah seperti orang-orang Majus dalam kisah itu. Tapi aku begitu ingin tinggal bersamanya, jadi aku pikir, apa yah yang aku punya yang bisa dijadikan hadiah. Aku pikir barangkali kalau aku bantu menghangatkan dia, itu bisa jadi hadiah.
Jadi aku bertanya pada Yesus, “kalau aku menghangatkan-Mu, cukup tidak itu sebagai kado?”
Dan Yesus menjawab, “Kalau kamu menjaga dan menghangatkan Aku, itu bakal menjadi hadiah terbaik yang pernah diberikan siapapun padaKu.”
Jadi begitu, terus aku masuk dalam palungan itu, lantas Yesus melihatku dan bilang aku boleh kok tinggal bersamanya untuk selamanya.

Saat si kecil Misha berhenti bercerita, air matanya menggenang meluber jatuh membasahi pipinya yang kecil. Wajahnya ditutupi dengan tangannya, kepalanya ia jatuhkan ke meja dan seluruh tubuh dan pundaknya gemetar saat ia menangis tersedu. Yatim piatu kecil ini telah menemukan seseorang yang tak kan pernah melupakan atau meninggalkannya, yang takkan pernah berbuat jahat padanya, seseorang yang akan tetap tinggal dan menemaninya untuk selamanya.

“Saya telah belajar dari kejadian ini,” si pengajar Amerika mengakhiri ceritanya… , “ternyata yang lebih berharga dalam hidup ini adalah.
Siapa yang kumiliki bukan. Apa yang kumiliki !”

Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa ,Wanita bersuara bagus.
Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada,birama,dan hal lain dibidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika istrinya menyanyi.

Kalau istrinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti : bagian depan kurang tinggi, lain kali berkata bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik “bagian akhir harusnya kres”..naik sedikit. Selalu ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau istrinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia berkeputusan “wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran…”

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu istrinya bersuara bagus dan dia selalu memuji istrinya kalau bernyanyi.

Suatu ketika istrinya bertanya, “Pak, bagaimana laguku?”

Dia menjawab antusias, “Ma, saya ini selalu ingin pulang karena mau dengar engkau menyanyi”

Lain kali dia berkata, “Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi,lagumulah yang terngiang-ngiang”

Istrinya sangat bersukacita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih, dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam dan mengeluarkan volume pertama dan ternyata disambut baik masyarakat.

Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi suaminya seorang tukang ledeng, yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan,bentakan.kecaman,amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

KASIH ITU PANJANG SABAR

( I Samuel 25: )

 

Jauh sebelum R.A Kartini memperjuangkan hal-hal perempuan,Alkitab telah lebih dalam membahas tentang sikap perempuan. Dalam pembacaan tadi berbicara mengenai sepasang suami istri yang memiliki karakter yang berbeda. Abigail bijaksana dan Nabal yang jahat dan kasar. Keluarga ini mengalami masalah yang besar, mengalami ancaman pembunuhan oleh Daud yang diabaikan karena sikap Nabal yang membuat Daud meradang dan hendak membinasakan keluarga Nabal dan semua yang ada padanya.

Dalam liturgi seperti ini Abigail mengambil tindakan, dan tindakan ini dilakukan semata-samata untuk menyelamatkan suami dan keluarganya. Abigail menyelesaikan masalah itu dengan sikap atau peran sebagai perempuan dengan laki-laki yang seringkali melawan pedang dengan pedang.

Mari kita lihat 3 hal yang dilakukan oleh Abigail ketika suami dalam masalah:

  1. Abigail tahu menggunakan waktu yang tepat, tindakan segera diambil ketika suaminya ada dalam situasi yang genting. Abigail tidak menunda-nunda waktu, Ia segera melakukan sesuatu untuk suaminya juga untuk banyak orang karena tindakan ini adalah tindakan baik.
  2. Demi suami yang tercinta, Abigail berani menghadap Daud, ia mempertaruhkan nyawa dan dirinya untuk keselamatan suami dan banyak orang.
  3. Abigail jujur dan rela berkorban. Abigail rela menanggung kesalahan suaminya, dan jujur mengakui kesalahan suaminya. Ia tidak menutup-nutupi siapa suaminya.

Apa yang telah dilakukan Abigail membuat Nabal marah, dan beberapa hari setelah itu ia mati. Perjuangan seorang perempuan melawan masalah, ada cara-cara yang bijak untuk menghadapi itu butuh kebijaksanaan dalam melakukannya. Berbicara mengenai peran istri dalam rumah tangga, bukan sekedar peran domestic ; jangan samakan peran dan kodrat. Kodrat adalah hal-hal yang tidak bisa digantikan contohnya, menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui, tetapi sebagai pekerjaan perempuan dan laki-laki dapat dikerjakan, karena istri adalah teman, sahabat, maka hargailah. Amin.

Khotbah: Pdt. Agnes  Ina,S.Th

 

Seorang pemuda sebentar lagi akan diwisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana, akhir dari jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku pendidikan.

Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda ayahnya pasti akan membelikan mobil itu untuknya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin sekali nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Dia pun berangan-angan mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya, bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan keteman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya. Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,… bukan sebuah kunci ! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Kitab Suci yang bersampulkan kulit asli, dikulit itu terukir indah namanya dengan tinta emas. Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, “Yaahh… Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan alkitab ini untukku ? ” Lalu dia membanting Kitab Suci itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses, dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang cerdas. Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk ke rumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal di situ. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang dirumah itu. Dan ketika dia membuka brankas ayahnya, dia menemukan Kitab Suci itu, masih terbungkus dengan kertas yang sama beberapa tahun yang lalu. Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Kitab Suci itu, dan mulai membuka halamannya. Di halaman pertama Kitab Suci itu, dia membaca tulisan tangan ayahnya, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan Tuhan Maha Kaya dari segala apa yang ada di dunia ini”

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Kitab Suci itu. Dia memungutnya,…. sebuah kunci mobil ! Di gantungan kunci mobil itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan ! Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. dan sebuah kwitansi pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu. Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok ke dalam. Bagian dalam mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga. Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk di samping mobil itu, air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak mungkin diobati……..

Seberapa mahal dan berharganya kita pernah kehilangan sebuah barang, namun tak sebanding dengan kehilangan orang-orang yang kita cintai.