header image
 

All posts in October, 2016

Seorang gadis bernama Li-li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Dalam waktu singkat, Li-li menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Li-li sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Li-li juga dikritik terus-menerus. Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-li dan ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Li-li harus taat kepada setiap permintaan sang mertua.

Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang miskin itu ada dalam stress yang besar.Akhirnya, Li-li tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.Li-li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, yang menjual jamu.Li-li menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.

Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Li-li,saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan
semua yang saya minta.Li-li menjawab,”Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta.”
Mr Huang masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong jamu.

Dia memberitahu Li-Li, “Kamu tidak boleh menggunakan racun yang be-reaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu.Setiap hari masakkan daging babi atau ayam dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat
dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”

Li-Li sangat senang. Dia kembali ke rumah dan membuat rencana pembunuhan terhadap ibu mertua.Minggu demi minggu berlalu, dan berbulan-bulan berlalu, dan setiap hari, Lili melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat apa yang dikatakan Mr Huang tentang menghindari kecurigaan, jadi Li-Li mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua,memperlakukan ibu mertuanya seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Li-li telah belajar mengendalikan emosi-nya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu mertua-nya, yang sekarang kelihatan jauh lebih
baik dan mudah ditemani.Sikap ibu mertua terhadap Li-li berubah, dan dia mulai menyayangi Li-li seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Li-li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya.Li-li dan ibu mertuanya sekarang berlaku seperti ibu dan anak sungguhan.Suami Li-li sangat senang melihat apa yang telah terjadi.

Satu hari, Li-li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi.Dia berkata, “Mr Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu
membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri.Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan.”
Mr. Hunag tersenyum dan mengangkat kepalanya. “Li-li, tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya.Satu-satunya racun yang pernah ada ialah didalam pikiran dan
sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya.”

Teman, pernahkah engkau menyadari bahwa sebagaimana perlakukanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita ?

Pepatah China berkata: Orang yang mengasihi orang lain akan dikasihi.

“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi
orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang
berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik
kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun
berbuat demikian.” Lukas 6:31-33

KASIH ITU TIDAK CEMBURU

(1 KOR. 13:1-8)

 

Dalam bulan keluarga ini menjadi saat di mana kita tidak hanya melihat sesuatu yang di luar tetapi melihat juga pada sesuatu yang di dalam. Istilahnya adalah introspeksi. Berasal dari kata, intro yang berarti ke dalam, dan kata inspeksi yang berarti memeriksa. Jadi dapat disimpulkan bahwa introspeksi adalah bagaimana seseorang berusaha untuk memeriksa kembali ke dalam dirinya. Dalam kitab Zefanya, Allah mengaitkan kata “’memeriksa” dengan kata “menggeledah.” Istilah menggeledah ini lebih dalam artinya sehingga baik sekali jika kita menyadari kehidupan kita dengan berusaha untuk menggeledahnya. Penggeledahan ini menunjukkan bahwa tidak ada sudut sempit yang tidak bisa dilihat, terlebih lagi oleh Allah.

Kasih itu kata yang familiar dan dekat dengan kehidupan kita. Salah satunya adalah kata “Agape” dalam bahasa Yunani dari kasih. Sederhananya, Agape berarti kasih pengorbanan. Kasih yang nyata secara Agape itu adalah Kasih Kristus di kayu salib. Kasih yang penuh pengorbanan diwujudnyatakan oleh Kristus yang mengorbankan diri-Nya untuk penebusan atas dosa. Biarlah setiap kita sebagai jemaat Agape adalah jemaat pertama yang rindu untuk terus memiliki kasih pengorbanan, khususnya di dalam keluarga.

Firman Tuhan berkata bahwa jika setiap kita yang memiliki kemampuan yang begitu hebat, mampu berbagai bahasa, punya iman untuk memindahkan gunung, dan mengetahui segala rahasia dunia ini, tetapi tidak punya kasih, semuanya adalah nol besar. Tanpa adanya Agape dalam kehidupan kita, maka semuanya adalah nol besar. Selanjutnya, Paulus menuliskan mengenai apa itu kasih (ay. 4-8). Kasih dapat dilihat sebagai bentuk yang begitu nyata buat setiap kita sebagai orang percaya. Semuanya itu dituliskan untuk menyatakan keagungan akan kasih bagi kehidupan di dalam Kristus. Terlebih lagi jika kita melihat di ayat ke 13, di sana dinyatakan bahwa baik dalam iman dan pengharapan kita, semuanya bermuara kepada titik yang nyata yang adalah kasih. Sehingga kasih menjadi suatu bentuk nyata atau perwujudan dari kehidupan kita sebagai orang percaya.  Seperti dalam Roma 12:18 berkata, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Biarlah ini menjadi nas yang terus mendorong kita untuk dapat melakukan kasih bagi sesama kita.

 Ringkasan Khotbah: Pdt. Emr. Yance Nayoan, S.Th

PERNAHKAH ANDA MENATAP ORANG-ORANG TERDEKAT ANDA SAAT IA SEDANG TIDUR ?

Kalau belum, Cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.
Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur
dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik
dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia
sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak
akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa
badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih,
betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut
merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja
keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah, rela
melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm…kulitnya mulai keriput
dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini
kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari
mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan
dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayang, dan
sayangnya, itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu… Ayah, Ibu, Suami,
Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya…
Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta
yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.
Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa
banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk
kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah
kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar
pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat
sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan
ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata,
tanpa suara dia berkata “betapa lelahnya aku hari ini”. Dan penyebab
lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.
Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras
mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat
yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.
Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan
menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan
seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka “orang-orang
terkasih itu” tak lagi membuka matanya, selamanya …

Bila kita sebagai umat Kristiani menggunakan kemampuan yang terpendam di dalam diri kita dan mengamalkan semua talenta dan karunia yang telah Tuhan anugerahkan pada kita bagi Tuhan dan sesama, betapa besar perubahan yang akan terjadi di dunia ini. Tuhan tidak menghendaki setiap kita gagal. Tuhan menghendaki kita menjadi terang dan garam dunia untuk orang-orang di sekitar kita.

Elbert Hubbard, seorang yang sangat sukses, menjelaskan orang yang sukses adalah mereka yang mencoba, bukan mengeluh; yang bekerja, bukan mangkir; yang bertanggung jawab, bukan mengelak; yang mau menanggung beban, bukan yang berdiri diam; yang menatap ke depan; yang memberi nasehat.

Charles Kingsley berkata: “Orang yang berhasil hidupnya adalah mereka yang selalu ceria dan berpengharapan, yang melakukan pekerjaannya dengan senyum di wajahnya, bersikap sama dalam menghadapi kesempatan dan kesempitan.”

Jenjang keberhasilan adalah:

0% – Saya tidak mau
10% – Saya tidak dapat;
20% – Saya tidak tahu harus bagaimana;
30% – Saya harap saya bisa;
40% – Apakah ini?
50% – Saya pikir saya mungkin bisa;
60% – Saya mungkin bisa;
70% – Saya pikir saya dapat;
80% – Saya dapat;
90% – Saya mau;
100% – Saya kerjakan;

Orang bilang bahwa untuk sukses 10% adalah gagasan dan 90% usaha. Bersama memberi 100% yaitu “Saya kerjakan”. Kita mengeluh bahwa kita tidak mempunyai talenta dan kesempatan pada saat dimana ketekunan dan konsentrasi yang diperlukan.

“Gunakan talenta yang Anda miliki; hutan akan sepi bila tidak ada burung yang bernyanyi selain yang nyayiannya terbaik,” kata Henry Van Dyke. Burung-burung tidak kuatir tentang siapa yang nanyiannya terbaik; mereka lakukan apa yang wajar mereka lakukan. Daripada membanding-bandingkan dengan talenta orang lain, marilah kita berterima kasih pada Tuhan untuk apapun yang kita miliki dan menggunakannya, karena jika tidak kita akan menjadi orang yang tak berdaya.

Patricia Erwin Nordman, Walking through the Darkness

Family Gathering dalam rangka perayaan bulan keluarga berlangsung pada hari Minggu,23 Oktober 2016 di balai kehutanan Airnona Kupang.Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 13.00-17.00 wita,dan di isi dengan ibadah & penyampaian firman Tuhan,kesaksian ,games,makan siang,serta olahraga zumba sebagai penutup kegiatan disore hari.

 

Pada ibadah rutin Komisi Remaja,Minggu 16 Oktober 2016 diadakan ibadah khusus remaja bersama orangtua dengan tema “Doa Papa Mama”.Ibadah berlangsung pukul 18.00-19.30 wita,dan di isi dengan penyampaian firman Tuhan,persembahan puji-pujian,doa bersama,drama,dan pemberian bunga dari anak remaja untuk masing-masing orangtua.

 

 

Sekolah Minggu siang kelas gabungan berlangsung pada pukul 09.00-10.30 Wita,di pimpin oleh Kak Rika,dan cerita firman Tuhan tentang “Timotius Yang Setia ” disampaikan oleh Ev.Ellen Amalo,S.PdK .

 

Pada ibadah Minggu ketiga bulan keluarga,16 Oktober 2016 dilaksanakan baptisan anak yang dipimpin oleh ibu Pdt.Elsa Maramba-Kebang.

Liturgi di isi dengan drama singkat tentang keluarga oleh Komisi Anak,persembahan puji-pujian dan penyerahan kenang-kenangan foto terfavorit keluarga pilihan panitia.Dari sekian banyak sesi photo booth keluarga pada minggu sebelumnya (9 Oktober 2016),terpilih 3 foto terfavorit.

 

 

Memasuki bulan Oktober,bulan keluarga, di adakan beberapa kegiatan dan liturgi khusus yang melibatkan keluarga-keluarga dalam jemaat Agape.Maka pada kesempatan Ibadah Minggu kedua bulan keluarga,9 Oktober 2016 diadakan sesi photo booth keluarga dan liturgi yang diisi dengan drama singkat tentang keluarga.

 

 

Diceritakan bahwa Putri Qara adalah istri saudagar kaya Amenhotep, berasal dari keluarga sederhana, tapi pintar, bijaksana dan berbudi pekerti yang baik. Karena ia berasal dari keluarga yang lebih miskin dibanding dg suaminya, ia sering diperlakukan dengan tidak selayaknya.

Suatu hari ia dan suaminya pergi ke desa nelayan dan melihat ada seorang nelayan yang miskin dan istrinya. Nelayan tersebut sangat miskin dan bahkan untuk membeli jala yang baru untuk mengganti jalanya yg robek pun ia tidak mampu.

Istri nelayan tersebut adalah orang yang pemboros, malas dan suka berjudi, seluruh penghasilan suaminya digunakannya untuk berfoya-foya.
Melihat kenyataan seperti itu, Putri Qara berkata kepada suaminya, bahwa seharusnya istri nelayan tersebut membantu memperbaiki jala suaminya.
Amenhotep, menentang pendapat istrinya, mereka berdebat, sehingga Amenhotep marah dan kemudian memanggil nelayan miskin tersebut. Amenhotep menukarkan Putri Qara dengan istri nelayan tersebut. Putri Qara sedih karena terhina, suaminya memperlakukan seolah-olah dia adalah barang yang bisa dipertukarkan semaunya. Sang nelayan tertegun dan tidak berani membantah, karena Amenhotep terkenal kejam dan sadis karena kekayaannya.

Putri Qara rajin membantu suaminya yang baru dalam bekerja. Karena kepandaian dan kebijaksanaan Putri Qara, lambat laun sang nelayan menjadi kaya.

Suatu ketika ada seorang tua dengan baju compang-camping dan tidak terurus datang ke rumah Putri Qara, pelayan dirumah tersebut mengenalinya sebagai Amenhotep. Amenhotep kemudian melepas terompahnya dan meletakkan di meja kecil di sudut rumah Putri Qara. Oleh pelayan, terompah tersebut diberikan pada Putri Qara dan menceritakan kondisi pemiliknya, sang putri mengenali terompah tersebut dan memerintahkan pelayannya untuk memberikan pada Amenhotep baju baru, terompah baru dan 3 keping uang emas ditambah pesan : aku tidak diwarisi kekayaan tetapi budi pekerti, kebijaksanaan dan kemauan untuk bekerja.

Amenhotep menerima pemberian itu dengan penyesalan akan tindakannya di masa lalu, karena egonya dia menukar istrinya yang baik dan bijaksana dengan seorang wanita yang hanya bisa menghamburkan harta suaminya.

Cerita tersebut sederhana, tapi menyentuh karena ternyata begitu besar pengaruh seorang istri untuk suaminya.
Oleh karenanya, hai wanita dampingi dan dukunglah pria dengan bijaksana, dan hai pria perlakukanlah wanita dengan penuh kasih, karena pada setiap pria yang sukses pasti terdapat seorang wanita yang mendukungnya dengan bijaksana.

Kata-kata emas Salomo:
Isteri yang bijak dan cakap siapakah yang punya ?
Dia lebih berharga daripada emas permata.
Hai suami kasihilah isterimu, karena dia teman pewaris tahta kasih karunia.
Supaya doamu tidak terhalang.
Suami adalah kepala atau imam dari isteri.
Yesus adalah kepala atau imam dari suami
.

« Older Entries