Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
By
Categories: Kumpulan Ilustrasi, Renungan Harian
By
Memberi Tanpa Pamrih
Matius 6 : 1-4
Oleh Sdra. Lukas Suryaman
Memberi dan menolong orang lain adalah baik adanya,dan biasanya hal ini selalu ditanamkan oleh setiap orangtua kepada anak-anaknya.Tetapi banyak orang yang memberi dengan pamrih,dengan embel-embel tertentu,bukan hanya memberi materi,tetapi juga jasa.Jika dilihat dari ayat 1 & 2 pada bacaan diatas,maka firman Tuhan tertulis bahwa janganlah kita melakukan kewajiban agama agar dilihat orang dan dipuji dalam hal : memberi,berdoa dan berpuasa.
Janganlah kita memberi agar supaya dilihat dan dipuji orang lain.Lakukanlah dengan motivasi yang benar,dengan tersembunyi sehingga hanya Tuhan saja yang membalasnya.Memberi adalah masalah hati,jangan mengingat perbuatan baik kita untuk orang lain atau kapan orang tersebut akan membalas budi baik kita.Belajarlah untuk tulus memberi kepada orang lain dengan kerelaan dalam hati.
Memberi bukan tentang “aku,aku dan aku”,tetapi tentang kasih Tuhan saja.Mengapa kita harus memberi? Karena Tuhn sudah melakukannya terlebih dahulu kepada kita,dan sebagai ungkapan rasa syukur kita melakukan hal yang sama untuk orang lain.Jadilah saluran berkat Tuhan yang tulus dan tanpa pamrih.Amin.
Khotbah pada ibadah Komisi Wanita,Rabu 31 Agustus 2016
Categories: Komisi wanita, Renungan Harian
By
Teladan Paulus
Filipi 1: 3-11
Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th
Paulus dalam pelayanannya mengalami banyak kesukaran ,namun tetap teguh,berdoa dan bersyukur untuk segala sesuatu yang dialaminya,dan tetap setia dalam pelayanannya tersebut.Kerinduan terbesar Paulus terhadap jemaat di Filipi adalah :
Ada pesan-pesan dari bagian firman Tuhan ini,yaitu :
Marilah,sebagai jemaat Kristus,kita mengambil teladan dari pengajaran Rasul Paulus dan tetap mengingat serta melakukan pesan-pesan dari bagian firman Tuhan yang sudah kita dengar dan baca.Amin.
Khotbah pada ibadah Komisi Wanita,Rabu 24 Agustus 2016
Categories: Komisi wanita, Renungan Harian
By
Kata anak itu kepada bapanya: Bapa, aku telah berdosa kepada sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Lukas 15:21
Rita berdiri di jalan menatap sebuah rumah bagus dengan sedih. Melalui korden jendela dia melihat orang yang berpakaian sangat bagus sedang berbincang-bincang dan menikmati saat santai. Rita memegang selembar kertas di tangannya, undangan pribadi untuk pesta makan malam. Malam ini ia diundang untuk menghadiri pertemuan oleh profesornya, yang telah terkesan dengan kemampuan akademisnya, dan menginginkan bertemu dia di tempat lain, bukan di kampus.
Dengan hati-hati dia menyentuh undangan dengan jarinya, melihat ke bawah ke arah “baju pestanya yang bagus”, yang tampak begitu tidak menarik dibandingkan dengan gaun yang dipakai orang di dalam rumah yang dia lihat dari jendela itu. Dengan sedih dia berbalik dan berjalan pergi menjauhi tempat itu.
Adegan yang menyedihkan dari film Inggris “Educating Rita” ini, menggambarkan betapa sulitnya seseorang menerima kemungkinan kehidupan yang baru.
Rita berasal dari keluarga kelas bawah, dan tak seorang pun yang kuliah di keluarganya, selain dia. Dia berjuang dengan perasaan minder, dan selamanya dia ingin tahu bagaimana caranya supaya dia “berhasil”.
Itu perasaan keraguan terhadap diri sendiri yang menyebabkan dia gagal menghadiri undangan itu.
Tetapi, terima kasih kepada profesornya yang gigih, yang melihat dia lebih daripada dia melihat dirinya sendiri, akhirnya dia menerima undangan profesornya untuk bergabung dengan dunia yang baru.
Pada akhir film itu, wanita yang sederhana itu bersinar sebagai seorang ilmuwan.
Undangan untuk menjadi dan kemudian bersinar sebagai orang Kristen, ada dalam diri kita masing-masing. Kegembiraan terbesar adalah mengetahui bahwa Sang Guru kita senantiasa melihat kita lebih daripada kita memandang diri sendiri.
Tuhan tidak meminta kemampuan kita, tetapi kesediaan kita.
Categories: Kumpulan Ilustrasi, Renungan Harian
By
Jadwal & Thema Khotbah Bulan September 2016: “BERAKAR DALAM KRISTUS”
TANGGAL | TEMA | PENGKHOTBAH |
04 September 2016 | “Kristus Sebagai Pusat Kehidupan” | Pdt. Yandi Manobe, S.Th |
11 September 2016 | “ Bertumbuh Dalam Kristus” | Pdt. Alberth Sutanto |
18 September 2016 | Tukar Mimbar | |
25 September 2016 | “ Hidup Menghasilkan Buah” | Kak. Lucas Suryawan |
Categories: Informasi
By
HIDUP BERSAMA SEBAGAI BANGSA YANG MERDEKA
(Yesaya 58:1-12)
Berpuasa merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita. Karena kita sering melihat, bahkan sering melakukannya. Kalau dalam konteks internal, biasanya puasa ini dilakukan dalam lingkup persekutuan doa. Mereka selalu berkumpul, berdoa dan puasa. Zaman bangsa Israel, puasa biasanya dihubungkan dengan suatu kegiatan tertentu. Salah satunya adalah untuk mempersiapkan hati mendengar firman Tuhan, atau juga sebagai tanda pertobatan, bahkan tanda kedukaan. Puasa dan doa adalah interposisi antara Allah dan umat-Nya, yang merupakan bentuk perendahan diri dan pengakuan di hadapan Tuhan.
Secara implisit dalam bagian teks, umat Allah dengan rutin berpuasa. Dalam ayat 3 berkata, “mengapa kami puasa tapi Engkau tidak memerhatikannya.” Kehidupan mereka memperlihatkan seolah-olah mereka sempurna dalam melakukan kehendak Allah. Tapi Allah juga tidak memerhatikan mereka. Nabi Yesaya memberi jawab dengan mempertegas bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bukti ketidaktaatan mereka. Secara tegas Allah memerintahkan untuk menegur mereka. Praktek kehidupan mereka tidak mencerminkan umat Allah. Semuanya menjadi rutinitas dan praktik kehidupan mereka tidak sinkron. Mereka menekan orang kecil, berkelahi dsb. Ini adalah hal yang tidak dikehendaki Allah. Seharusnya mereka tekun beribadah, mereka juga harus sejalan dengan kehidupan mereka. Hal yang mereka lakukan sebagai praktik agama, adalah baik. Tapi di balik itu praktik khidupan mereka kebalikan dari kerohanian mereka.
Indonesia sudah merdeka 71 tahun. Di sini kita bisa belajar untuk menjadi masyarakat yang baik dan menjadi berkat. Dengan memberi pajak menjadi salah satu bagian kita yang harus kita lakukan. Berbicara tentang warga dan negaranya, begitu banyak hal yang bisa kita diskusikan. Namun, sebagai orang percaya kita belajar melihat pada kebenaran Kritus sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Ada dua hal yg bisa jadi pedoman bagi kita:
Allah menghendaki kita bukan hanya sekadar mendengar firman Tuhan, tapi juga kita melakukannya.
Ringkasan Khotbah: Pdt. Jeheskial Adam, S.Th, M.Hum
Categories: Renungan Mingguan