header image
 

All posts in August, 2016

Optimis Vs Pesimis
Filipi 4:8
Jadi, akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Seorang yang pesimis akan melihat gelas yang setengahnya berisi air sebagai gelas setengah kosong, sedangkan seorang yang optimis memandangnya sebagai gelas setengah penuh.
Seorang kreatif yang optimis akan memandangnya sebagai sebuah vas bunga mawar, dan seorang pragmatis yang optimis menganggapnya sebagai pelepas dahaga.
Pertimbangkanlah keuntungan-keuntungan yang diperoleh karena memilih rute yang optimistis seperti yang digambarkan dalam cerita ini:
Dua katak terjatuh ke dalam semangkuk krim. Yang satu berjiwa optimis; tetapi yang lain memandang itu dengan sedih.
“Aku akan tenggelam, dan kau juga!” Maka dengan jeritan putus asa yang terakhir, si katak pesimis menutup mata dan berkata, “Selamat tinggal.”
Katak yang berjiwa optimis berseru riang. Katanya, “Sulit untuk keluar, namun aku tak akan mundur! Aku akan berenang sampai kekuatanku habis. Karena setelah mencoba, aku akan mati dengan puas.”
Dengan penuh keberanian si katak optimis berenang sampai seolah-olah ia sedang mengocok krim. Akhirnya, di atas lapisan mentega dia berhenti dan ia pun melompat ke luar dengan gembira.
Apakah pesan moral yang dikandung dalam cerita ini? Mudah! Jika tidak dapat keluar — tetaplah berenang!
Sejumlah orang mengeluh karena TUHAN menaruhkan duri di sekeliling mawar, sementara yang lain memuji karena TUHAN meletakkan mawar di tengah-tengah duri.

Memberi Tanpa Pamrih

Matius 6 : 1-4

Oleh Sdra. Lukas Suryaman

 

Memberi dan menolong orang lain adalah baik adanya,dan biasanya hal ini selalu ditanamkan oleh setiap orangtua kepada anak-anaknya.Tetapi banyak orang yang memberi dengan pamrih,dengan embel-embel tertentu,bukan hanya memberi materi,tetapi juga jasa.Jika dilihat dari ayat 1 & 2 pada bacaan diatas,maka firman Tuhan tertulis bahwa janganlah kita melakukan kewajiban agama agar dilihat orang dan dipuji dalam hal : memberi,berdoa dan berpuasa.

Janganlah kita memberi agar supaya dilihat dan dipuji orang lain.Lakukanlah dengan motivasi yang benar,dengan tersembunyi sehingga hanya Tuhan saja yang membalasnya.Memberi adalah masalah hati,jangan mengingat perbuatan baik kita untuk orang lain atau kapan orang tersebut akan membalas budi baik kita.Belajarlah untuk tulus memberi kepada orang lain dengan kerelaan dalam hati.

Memberi bukan tentang “aku,aku dan aku”,tetapi tentang kasih Tuhan saja.Mengapa kita harus memberi? Karena Tuhn sudah melakukannya terlebih dahulu kepada kita,dan sebagai ungkapan rasa syukur kita melakukan hal yang sama untuk orang lain.Jadilah saluran berkat Tuhan yang tulus dan tanpa pamrih.Amin.

 

Khotbah pada ibadah Komisi Wanita,Rabu 31 Agustus 2016

Teladan Paulus

Filipi 1: 3-11

Pdt.Anthonetha Manobe,S.Th

Paulus dalam pelayanannya mengalami banyak kesukaran ,namun tetap teguh,berdoa dan bersyukur untuk segala sesuatu yang dialaminya,dan tetap setia dalam pelayanannya tersebut.Kerinduan terbesar Paulus terhadap jemaat di Filipi adalah :

  1. Jemaat di Filipi harus menjaga persekutuan didalam Kristus
  2. Paulus rindu jemaat di Filipi berpegang teguh pada ajaran yang benar,yaitu Yesus Kristus.
  3. Ia rindu agar jemaat melakukan segala sesuatu dengan bijak (ayat 10),dalam artian tidak berkompromi dengan apa yang tidak disukai oleh Tuhan

Ada pesan-pesan dari bagian firman Tuhan ini,yaitu :

  1. Persekutuan didalam Kristus adalah yang utama (saling menguatkan,menghangatkan,menopang).
  2. Tetap mengasihi dengan kasih Kristus
  3. Jangan lupa untuk saling mendoakan

Marilah,sebagai jemaat Kristus,kita mengambil teladan dari pengajaran Rasul Paulus dan tetap mengingat serta melakukan pesan-pesan dari bagian firman Tuhan yang sudah kita dengar dan baca.Amin.

Khotbah pada ibadah Komisi Wanita,Rabu 24 Agustus 2016

 

 

Kata anak itu kepada bapanya: Bapa, aku telah berdosa kepada sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Lukas 15:21

Rita berdiri di jalan menatap sebuah rumah bagus dengan sedih. Melalui korden jendela dia melihat orang yang berpakaian sangat bagus sedang berbincang-bincang dan menikmati saat santai. Rita memegang selembar kertas di tangannya, undangan pribadi untuk pesta makan malam. Malam ini ia diundang untuk menghadiri pertemuan oleh profesornya, yang telah terkesan dengan kemampuan akademisnya, dan menginginkan bertemu dia di tempat lain, bukan di kampus.

Dengan hati-hati dia menyentuh undangan dengan jarinya, melihat ke bawah ke arah “baju pestanya yang bagus”, yang tampak begitu tidak menarik dibandingkan dengan gaun yang dipakai orang di dalam rumah yang dia lihat dari jendela itu. Dengan sedih dia berbalik dan berjalan pergi menjauhi tempat itu.

Adegan yang menyedihkan dari film Inggris “Educating Rita” ini, menggambarkan betapa sulitnya seseorang menerima kemungkinan kehidupan yang baru.

Rita berasal dari keluarga kelas bawah, dan tak seorang pun yang kuliah di keluarganya, selain dia. Dia berjuang dengan perasaan minder, dan selamanya dia ingin tahu bagaimana caranya supaya dia “berhasil”.

Itu perasaan keraguan terhadap diri sendiri yang menyebabkan dia gagal menghadiri undangan itu.

Tetapi, terima kasih kepada profesornya yang gigih, yang melihat dia lebih daripada dia melihat dirinya sendiri, akhirnya dia menerima undangan profesornya untuk bergabung dengan dunia yang baru.

Pada akhir film itu, wanita yang sederhana itu bersinar sebagai seorang ilmuwan.

Undangan untuk menjadi dan kemudian bersinar sebagai orang Kristen, ada dalam diri kita masing-masing. Kegembiraan terbesar adalah mengetahui bahwa Sang Guru kita senantiasa melihat kita lebih daripada kita memandang diri sendiri.

Tuhan tidak meminta kemampuan kita, tetapi kesediaan kita.

Jadwal & Thema Khotbah Bulan September 2016: “BERAKAR DALAM KRISTUS”

TANGGAL TEMA PENGKHOTBAH
04 September 2016 “Kristus Sebagai Pusat Kehidupan” Pdt. Yandi Manobe, S.Th
11 September 2016 “ Bertumbuh Dalam Kristus” Pdt. Alberth Sutanto
18 September 2016 Tukar Mimbar
25 September 2016 “ Hidup Menghasilkan Buah” Kak. Lucas Suryawan

 

HIDUP BERSAMA SEBAGAI BANGSA YANG MERDEKA

(Yesaya 58:1-12)

 

Berpuasa merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita. Karena kita sering melihat, bahkan sering melakukannya. Kalau dalam konteks internal, biasanya puasa ini dilakukan dalam lingkup persekutuan doa. Mereka selalu berkumpul, berdoa dan puasa. Zaman bangsa Israel, puasa biasanya dihubungkan dengan suatu kegiatan tertentu. Salah satunya adalah untuk mempersiapkan hati mendengar firman Tuhan, atau juga sebagai tanda pertobatan, bahkan tanda kedukaan. Puasa dan doa adalah interposisi antara Allah dan umat-Nya, yang merupakan bentuk perendahan diri dan pengakuan di hadapan Tuhan.

Secara implisit dalam bagian teks, umat Allah dengan rutin berpuasa. Dalam ayat 3 berkata, “mengapa kami puasa tapi Engkau tidak memerhatikannya.” Kehidupan mereka memperlihatkan seolah-olah mereka sempurna dalam melakukan kehendak Allah. Tapi Allah juga tidak memerhatikan mereka. Nabi Yesaya memberi jawab dengan mempertegas bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bukti ketidaktaatan mereka. Secara tegas Allah memerintahkan untuk menegur mereka. Praktek kehidupan mereka tidak mencerminkan umat Allah. Semuanya menjadi rutinitas dan praktik kehidupan mereka tidak sinkron. Mereka menekan orang kecil, berkelahi dsb. Ini adalah hal yang tidak dikehendaki Allah. Seharusnya mereka tekun beribadah, mereka juga harus sejalan dengan kehidupan mereka. Hal yang mereka lakukan sebagai praktik agama, adalah baik. Tapi di balik itu praktik khidupan mereka kebalikan dari kerohanian mereka.

Indonesia sudah merdeka 71 tahun. Di sini kita bisa belajar untuk menjadi masyarakat yang baik dan menjadi berkat. Dengan memberi pajak menjadi salah satu bagian kita yang harus kita lakukan. Berbicara tentang warga dan negaranya, begitu banyak hal yang bisa kita diskusikan. Namun, sebagai orang percaya kita belajar melihat pada kebenaran Kritus sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Ada dua hal yg bisa jadi pedoman bagi kita:

  1. Allah menghendaki kita taat beribadah kepada-Nya.
  2. Semua hal yang baik menurut Allah harus kita praktikkan dalam kehidupan kita.

Allah menghendaki kita bukan hanya sekadar mendengar firman Tuhan, tapi juga kita melakukannya.

 Ringkasan Khotbah: Pdt. Jeheskial Adam, S.Th, M.Hum

1 Korintus 9:24
Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

Bill Vukovich, seorang pembalap mobil yang memenangkan perlombaan yang sangat terkenal “Indianapolis 500 Race” sebanyak 2 kali. Sebuah rekor kesuksesan yang jarang dicapai oleh para pembalap mobil. Ketika kepadanya ditanyakan rahasia kesuksesannya, Vukovich berkata, “Tidak ada yang dirahasiakan. Kamu hanya tinggal menekan pedal gas dan setirlah ke arah kiri.”

Kadangkala kita menyulitkan hal-hal yang berhubungan dengan melayani Tuhan. Namun seperti perlombaan balapan mobil, sebenarnya tidak ada rahasia di dalamnya, hanya majulah dan selesaikan pertandingan!

Apakah hari ini anda bergumul dengan kebingungan atau putus asa mengenai apa yang Tuhan perbuat? Tuhan bukanlah Allah yang membingungkan ataupun mematahkan semangat anda. Mari hari ini kita kembali ke basic! Tuhan menciptakan kita, mengasihi kita tanpa syarat dan Ia menginginkan kita bebas dari segala hal yang mengikat kita. Sehingga kita menjadi kudus seperti Allah adalah kudus dan kita dapat mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan pikiran kita. Bahkan kita pun dapat mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri sendiri.

Mari kita bersama-sama memenangkan pertandingan!

Efesus 5:16 — Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Kalimat di atas bukan hal yang asing, tapi pasti kita sering mendengarnya. Mungkin baru beberapa menit yang lalu ada seseorang yang mengatakannya. Tapi kalimat itu kontraproduktif dengan karakter Allah yang selalu punya waktu untuk beraktivitas. Mungkin sedikit dari kita yang menganalisa, betapa destruktifnya makna dibalik kalimat tersebut. Ketika Rasul Paulus mengatakan agar kita menggunakan waktu yang ada, ia ingin menekankan kita harus bekerja lebih keras dari iblis. Ini lebih berupa perintah daripada sekedar himbauan. 2 Petrus 5:8 mengingatkan kita untuk sadar dan berjaga-jaga, sebab lawan kita, si iblis sedang berkeliling mencari siapa saja yang dapat ditelannya alias ia sedang bekerja keras. Jika Anda tidak punya waktu untuk berjaga-jaga, Anda akan ditelannya.

Pernahkah Anda renungkan bagaimana perasaan Allah ketika kita berkata, “Maaf, saya tidak punya waktu!” Untuk Dia?? Ia juga berkata, “Engkau menyebut Aku Bapa, tapi tidak menghormati Aku. Engkau menyebut Aku Tuhan, tapi tidak melayani Aku. Engkau menyebut Aku sahabat, tapi tidak meyembah Aku. Maaf bila suatu saat engkau bertanya apakah namamu tercantum dalam kitab Kehidupan-Ku, saat itulah Aku akan berkata, ‘Maaf, Aku tidak punya waktu untuk menuliskannya.’” Jelas penyesalan tidak berguna, karena itu selagi masih ada waktu mari kita sediakan waktu untuk Dia.

Milikilah waktu bersama dengan Dia, sebagai bukti Anda sungguh mengasihi-Nya.

Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya. Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.

Pikir pengembara itu “ Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini. “ Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun. Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati “ Betapa hebatnya aku. Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku . “

Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu. Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya “ Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya.” Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja. Sekali lagi ia berkata dalam hati : “ Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku. “

Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya. Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : “ Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya. “ Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia…tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah. “ Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku. “ Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu.

Betapa sukacitanya ia melihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini. Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya. Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : “ Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangn yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya ? “

Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : “Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU ?”

Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu. Untuk kedua kalinya, Tuhan harus menumpahkan darahNya untuk suatu kebahagiaan.

Kadang, kita lupa bahwa Tuhan selalu menyertai dan melindungi kita. Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus berkorban untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan yang tak mampu menolak untuk menyertai anakNya, dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasihNya dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tanganNya bekerja dalam hidup kita?

Seorang pemain akrobat. Di ujung dua buah tiang yang tinggi dipasang sebatang balok besi yang menghubungkan kedua tiang tersebut. Dan di atas balok besi itulah ia berjalan kesana kemari sambil berusaha menjaga keseimbangan badannya. Ia mencoba beberapa gerakan yang nampaknya amat berbahaya yang membuat penonton harus menahan nafas agar jantung tidak terputus.

Sang akrobat lalu berhenti sejenak dan memperhatikan semua penontonnya, lalu bertanya; “Siapa di antara kalian merelakan diri agar saya pikul melewati balok besi ini?” Tak satupun di antara para penonton itu yang rela menerima tawaran tersebut. Semua tentu saja takut kalau-kalau suatu kefatalan terjadi maka mereka akan terjatuh. Dan bila sungguh terjadi demikian maka ajal mereka akan berakhir di balik balok besi tersebut.

Tiba-tiba seorang anak kecil secara amat berani menaiki tiang tersebut dan merelakan diri untuk dipikul sang akrobat melewati balok besi tersebut. Ketika ia berada di atas pundak sang akrobat, semua penonton menahan nafas. Semua mengatupkan tangan berdoa agar keduanya selamat. Ada pula di antara penonton tersebut yang memejamkan mata tak berani menonton.

Ketika adegan ini berakhir dan sang akrobat maupun anak kecil yang ada di pundaknya selamat tiba di seberang, ada orang datang bertanya kepada anak tersebut; “Mengapa anda begitu berani membiarkan dirimu berada dalam bahaya seperti itu?”

Sang anak kecil itu dengan penuh rasa bangga berkata; “Karena ia adalah ayahku. Bersama ayahku, aku tak akan pernah merasa takut, bahkan di tengah mara bahaya sekalipun.”

Tahukah anda siapa Allah yang anda sembah?? Kita selalu menyapaNya sebagai Bapa. Dan dengan sapaan itulah kita mendoakan doa yang diajarkan Yesus kepada kita: “Bapa kami yang ada di Surga…”. Namun apakah kita juga sama seperti sang anak kecil di atas, yang kendatipun berada di tengah bahaya namun tak merasa takut? Si kecil tak merasa takut karena ia percaya sepenuhnya pada cinta dan kasih setia ayahnya. Hendaknya kitapun demikian; Bersama Allah, kita tak perlu takut, bahkan ketika harus berhadapan dengan mara bahaya yang paling mengerikan sekali pun.

Hendaknya kitapun bersama sang Pemazmur bermadah: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Maz 23; 4).

« Older Entries